Barat Usik Iran dan Korut, Tapi Tutup Mata Terhadap Senjata Nuklir Israel
Jum'at, 08 Desember 2023 - 04:11 WIB
Menurut data tidak resmi dari Pusat Pengendalian Senjata Nuklir dan Non-Proliferasi, Israel mampu memproduksi senjata nuklir pada akhir tahun 1960-an. Diperkirakan terdapat sekitar 90 hulu ledak nuklir berbasis plutonium di negara itu dan ia telah memproduksi cukup plutonium untuk 100-200 senjata nuklir.
Patut dicatat bahwa negara-negara Barat, yang memberikan tekanan terhadap Iran—salah satu pihak dalam NPT—, dan Korea Utara—yang bukan merupakan salah satu pihak dalam perjanjian tersebut—dan yang fasilitas nuklirnya sedang diperiksa karena telah menerima Perjanjian Inspeksi Keamanan, diam saja tentang program nuklir Israel.
Gartner mengatakan bahwa ancaman senjata nuklir dalam konflik yang menggunakan senjata konvensional tidak akan menimbulkan akibat yang serius. Hal ini lebih jelas terlihat dalam Perang Ukraina-Rusia, dan bahwa Kyiv tidak mundur meskipun ada ancaman nuklir dari Moskow.
Situasi serupa juga terjadi pada serangan Israel di Gaza. “Penggunaan senjata nuklir hanya dapat dipertimbangkan jika terjadi ancaman terhadap eksistensi suatu negara. Hamas tidak mengancam keberadaan Israel, sehingga kemungkinan seperti itu (penggunaan senjata nuklir) sangat lemah,” ujarnya.
Gartner mencatat bahwa jika Israel menggunakan senjata nuklir di Gaza, maka mereka juga akan terkena dampak yang serius, dan bahkan jika Israel menggunakan senjata nuklir skala kecil, hal ini dapat menyebabkan kerusakan besar pada diri mereka sendiri.
Mengatakan bahwa kebijakan Israel bertentangan dengan aturan internasional dalam banyak masalah, Gartner mencatat bahwa “hanya ada sedikit tekanan dari Amerika Serikat”, termasuk mengenai senjata nuklir.
Gartner berpendapat, Israel mengancam akan menggunakan senjata nuklir jika AS tidak memberikan dukungannya. “Mereka menggunakan ini sebagai instrumen untuk menarik AS ke dalam konflik. Sikap ini mungkin berperan saat ini,” ujarnya.
Gartner mencatat bahwa IAEA dan AS ingin Israel menjadi pihak dalam NPT, namun belum ada langkah nyata yang diambil untuk mencapai hal ini.
“AS tidak mempunyai pengaruh serius terhadap Israel dalam hal ini. Karena alasan ini, Israel bahkan belum menerima Perjanjian Keamanan Komprehensif yang diterapkan oleh badan tersebut untuk semua orang, dan Israel bahkan tidak menjadi agenda dalam pertemuan Dewan Gubernur IAEA,” paparnya.
Gartner menarik perhatian pada negara-negara Barat yang menentang deklarasi Timur Tengah sebagai zona bebas nuklir dan bahwa Amerika Serikat menolak proposal ini selama negosiasi mengenai masalah ini.
Patut dicatat bahwa negara-negara Barat, yang memberikan tekanan terhadap Iran—salah satu pihak dalam NPT—, dan Korea Utara—yang bukan merupakan salah satu pihak dalam perjanjian tersebut—dan yang fasilitas nuklirnya sedang diperiksa karena telah menerima Perjanjian Inspeksi Keamanan, diam saja tentang program nuklir Israel.
Gartner mengatakan bahwa ancaman senjata nuklir dalam konflik yang menggunakan senjata konvensional tidak akan menimbulkan akibat yang serius. Hal ini lebih jelas terlihat dalam Perang Ukraina-Rusia, dan bahwa Kyiv tidak mundur meskipun ada ancaman nuklir dari Moskow.
Situasi serupa juga terjadi pada serangan Israel di Gaza. “Penggunaan senjata nuklir hanya dapat dipertimbangkan jika terjadi ancaman terhadap eksistensi suatu negara. Hamas tidak mengancam keberadaan Israel, sehingga kemungkinan seperti itu (penggunaan senjata nuklir) sangat lemah,” ujarnya.
Gartner mencatat bahwa jika Israel menggunakan senjata nuklir di Gaza, maka mereka juga akan terkena dampak yang serius, dan bahkan jika Israel menggunakan senjata nuklir skala kecil, hal ini dapat menyebabkan kerusakan besar pada diri mereka sendiri.
Mengatakan bahwa kebijakan Israel bertentangan dengan aturan internasional dalam banyak masalah, Gartner mencatat bahwa “hanya ada sedikit tekanan dari Amerika Serikat”, termasuk mengenai senjata nuklir.
Gartner berpendapat, Israel mengancam akan menggunakan senjata nuklir jika AS tidak memberikan dukungannya. “Mereka menggunakan ini sebagai instrumen untuk menarik AS ke dalam konflik. Sikap ini mungkin berperan saat ini,” ujarnya.
Gartner mencatat bahwa IAEA dan AS ingin Israel menjadi pihak dalam NPT, namun belum ada langkah nyata yang diambil untuk mencapai hal ini.
“AS tidak mempunyai pengaruh serius terhadap Israel dalam hal ini. Karena alasan ini, Israel bahkan belum menerima Perjanjian Keamanan Komprehensif yang diterapkan oleh badan tersebut untuk semua orang, dan Israel bahkan tidak menjadi agenda dalam pertemuan Dewan Gubernur IAEA,” paparnya.
Gartner menarik perhatian pada negara-negara Barat yang menentang deklarasi Timur Tengah sebagai zona bebas nuklir dan bahwa Amerika Serikat menolak proposal ini selama negosiasi mengenai masalah ini.
Lihat Juga :
tulis komentar anda