Kejahatan Perang! 43 Warga Palestina Tewas Sekejap oleh Bom AS yang Ditembakkan Israel
Jum'at, 08 Desember 2023 - 00:02 WIB
“Hanya jenazah anak saya Nadim yang ditemukan utuh. Bayi perempuanku, Safa, kami hanya menemukan tangannya."
Najjar kini tinggal bersama dua putranya yang masih hidup di tenda dekat reruntuhan rumahnya.
"Hidup kami hancur dalam sekejap. Keluarga kami hancur. Sesuatu yang tidak terpikirkan kini menjadi kenyataan," katanya.
Serangan kedua terjadi pada 22 Oktober sekitar tengah hari, ketika serangan udara Israel menghantam tiga rumah di utara Deir al-Balah milik keluarga Abu Mu'eileq, menewaskan 18 anggota keluarga dan tetangganya.
Bakir Abu Mu'eileq, seorang dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan, kehilangan istrinya, Islam (34), dan empat anak mereka, Do'a (16), Ghanem (14), Mohamed (12), dan Lama (11).
Abu Mu'eileq mengatakan kepada Amnesty bahwa dia dan kerabatnya "fokus pada keluarga dan pekerjaan kami dan jauh dari politik".
"Kami dokter para ilmuwan dan peneliti, dan fokus kami adalah menjalani kehidupan yang baik dan membangun masa depan yang baik bagi anak-anak kami,” katanya. “Kami tidak mengerti mengapa rumah kami dibom.”
Menurut Amnesty, tanda-tanda khas pada pecahan yang ditemukan di kedua lokasi tersebut menunjukkan bahwa pecahan tersebut merupakan bagian dari kerangka yang mengelilingi badan bom Joint Direct Attack Munition (JDAM), sebuah peralatan yang dapat mengubah bom "jatuh bebas" menjadi rudal berpemandu presisi.
Pada potongan yang ditemukan, penyelidik menemukan kode yang menurut Amnesty terkait dengan pabrikan Boeing yang berbasis di AS.
Boeing merujuk MEE ke Departemen Pertahanan untuk memberikan komentar, yang kemudian merujuk MEE ke sebuah pengarahan pada hari Selasa di mana juru bicara Pentagon mengatakan bahwa laporan Amnesty sedang ditinjau.
Najjar kini tinggal bersama dua putranya yang masih hidup di tenda dekat reruntuhan rumahnya.
"Hidup kami hancur dalam sekejap. Keluarga kami hancur. Sesuatu yang tidak terpikirkan kini menjadi kenyataan," katanya.
Serangan kedua terjadi pada 22 Oktober sekitar tengah hari, ketika serangan udara Israel menghantam tiga rumah di utara Deir al-Balah milik keluarga Abu Mu'eileq, menewaskan 18 anggota keluarga dan tetangganya.
Bakir Abu Mu'eileq, seorang dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan, kehilangan istrinya, Islam (34), dan empat anak mereka, Do'a (16), Ghanem (14), Mohamed (12), dan Lama (11).
Abu Mu'eileq mengatakan kepada Amnesty bahwa dia dan kerabatnya "fokus pada keluarga dan pekerjaan kami dan jauh dari politik".
"Kami dokter para ilmuwan dan peneliti, dan fokus kami adalah menjalani kehidupan yang baik dan membangun masa depan yang baik bagi anak-anak kami,” katanya. “Kami tidak mengerti mengapa rumah kami dibom.”
Menurut Amnesty, tanda-tanda khas pada pecahan yang ditemukan di kedua lokasi tersebut menunjukkan bahwa pecahan tersebut merupakan bagian dari kerangka yang mengelilingi badan bom Joint Direct Attack Munition (JDAM), sebuah peralatan yang dapat mengubah bom "jatuh bebas" menjadi rudal berpemandu presisi.
Pada potongan yang ditemukan, penyelidik menemukan kode yang menurut Amnesty terkait dengan pabrikan Boeing yang berbasis di AS.
Boeing merujuk MEE ke Departemen Pertahanan untuk memberikan komentar, yang kemudian merujuk MEE ke sebuah pengarahan pada hari Selasa di mana juru bicara Pentagon mengatakan bahwa laporan Amnesty sedang ditinjau.
tulis komentar anda