Situasi Kemanusiaan di Jalur Gaza Sangat Buruk, Tidak Ada Zona Aman untuk Mengungsi

Rabu, 06 Desember 2023 - 17:57 WIB
Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza sangat buruk, tidak ada zona aman untuk mengungsi. Foto/Ilustrasi
JALUR GAZA - Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza sangat buruk dan tidak ada zona aman di wilayah kantong Palestina itu. Hal itu diungkapkan Profesor Michael Lynk, mantan pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hak asasi manusia di wilayah pendudukan Palestina.

Organisasi bantuan global menyerukan gencatan senjata berkelanjutan di tengah memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Mereka juga memperingatkan bahwa warga sipil kehabisan tempat untuk mengungsi.

Mengenai apa yang disebut “zona aman” bagi warga sipil di Jalur Gaza untuk menghindari pemboman Israel, Lynk mengatakan Jalur Gaza adalah wilayah yang sama sekali tidak memiliki fasilitas untuk menampung ratusan ribu atau bahkan lebih dari satu juta pengungsi Palestina.





“Tidak ada tempat yang bisa memberi mereka makan, memberi mereka air, menyediakan sanitasi, (dan) menyediakan tempat berlindung saat ini karena kita mendekati musim dingin di Mediterania,” katanya kepada CNA’s Asia First pada Rabu (6/12/2023).

“Kami memiliki hampir 2 juta orang yang terkonsentrasi di ujung selatan, di tengah pertempuran sengit, dengan tentara Israel bergerak ke selatan dan sebagian besar batalyon Hamas masih berada di sana dan siap melawan mereka,” imbuhnya seperti dilansir dari Channel News Asia.

Sementara itu Dr Kristian Coates Ulrichsen, peneliti Timur Tengah di Baker Institute for Public Policy di Rice University, mengatakan: “Bahkan jika mereka bisa berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, hal itu tidak terlalu berpengaruh dalam hal kepadatan penduduk dan kondisi kemanusiaan yang menyedihkan.”

“Saya pikir kekhawatirannya adalah tidak ada tempat di Jalur Gaza yang berpotensi aman dan terlindungi,” katanya kepada CNA938.

Pertempuran antara Israel dan Hamas berlanjut pada hari Jumat, setelah jeda singkat selama tujuh hari untuk pertukaran sandera dan tahanan serta pengiriman bantuan kemanusiaan.

Hukum internasional mungkin telah dilanggar oleh kedua belah pihak dalam konflik tersebut, kata Prof Lynk, profesor emeritus hukum di Western University di Kanada.

“Menangkap warga sipil dan menyandera mereka merupakan kejahatan perang,” katanya, seraya menambahkan bahwa penangkapan dan penahanan anak-anak Palestina oleh Israel juga melanggar hukum internasional.

Israel membalas serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menurut mereka menewaskan sekitar 1.200 orang.

Serangan militernya telah merenggut nyawa lebih dari 16.000 warga Palestina di daerah kantong tersebut, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Sementara itu, kata Prof Lynk, sebagian besar rumah sakit di Gaza tidak lagi berfungsi karena rusak atau kekurangan.

“Staf mereka terpaksa pergi oleh pasukan Israel yang bergerak ke selatan di Gaza. Tidak ada perbekalan, tidak ada obat bius, tidak ada obat-obatan. Kemampuan rumah sakit ini untuk beroperasi sangat kecil,” katanya.

“Satu-satunya yang beroperasi sebagian saat ini dan menerima bantuan kemanusiaan dalam bentuk peralatan medis adalah mereka yang berada di ujung selatan,” ia menambahkan.



Sejak kampanye Israel dimulai, sekitar 80 persen dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza telah diusir dari rumah mereka, dan sebagian besar dari mereka mengungsi ke selatan.

Wilayah selatan yang padat kini menampung tiga kali lipat jumlah penduduk biasanya.

Para ahli mengatakan kepadatan yang berlebihan membuat situasi kemanusiaan menjadi lebih buruk, karena warga tidak bisa mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan dengan segera.

Israel melaporkan bahwa pasukannya pada hari Selasa mencapai jantung Khan Younis di Gaza selatan dan juga mengepung kota tersebut.

Dr Ulrichsen mengatakan ini merupakan indikasi bahwa operasi Israel, yang awalnya dilakukan di utara Jalur Gaza, telah gagal mencapai dominasi penuh atas wilayah tersebut.

“Ketika kepemimpinan Israel terus menghadapi perlawanan yang sangat keras dari Hamas, mereka akan menyimpulkan bahwa mereka harus memperluas operasi di seluruh wilayah tersebut,” tambahnya.

“Jika itu yang terjadi, maka bagi komunitas Palestina dan penduduk sipil, mereka tidak punya tempat tujuan,” imbuhnya.

Menurut laporan, para pejabat Amerika memperkirakan fase invasi darat Israel ke Gaza saat ini akan berakhir pada bulan Januari.

Dr Ulrichsen yakin hal ini memberi sinyal kepada para pemimpin politik dan militer Israel bahwa perang tidak bisa berakhir begitu saja.

“Ada banyak tekanan AS yang diungkapkan selama beberapa minggu terakhir bahwa Israel harus mengakhiri permainannya,” ujarnya.

“Dan menurut saya, tampil di depan umum dengan jangka waktu dan jangka waktu tertentu adalah cara untuk memberi tahu para pemimpin Israel bahwa hal ini harus dilakukan suatu saat nanti,” sambungnya.

Dia menambahkan bahwa Washington khawatir Israel tidak memiliki rencana mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya, dan menolak upaya mitra internasional untuk mencoba dan mengidentifikasi solusi politik terhadap konflik yang tampaknya tidak berujung.

(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More