Hari Kedua Gencatan Senjata, Hamas Bebaskan Lebih Banyak Sandera

Minggu, 26 November 2023 - 07:10 WIB
Hamas bebaskan lebih banyak sandera Israel pada hari kedua gencatan senjata. Foto/Reuters
YERUSALEM - Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan kelompok perlawanan Islam Palestina , Hamas , menyerahkan 13 sandera Israel dan empat warga asing ke Komite Palang Merah Internasional pada Sabtu malam.

Sebelumnya kesepakatan pembebasan sandera sempat tertunda sementara karena perselisihan mengenai pasokan bantuan di utara wilayah kantong yang terkepung. Namun hal ini bisa diatasi dengan mediasi Qatar dan Mesir.

“13 warga Israel dan 4 warga asing diterima oleh ICRC dan dalam perjalanan ke Rafah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, melalui platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (26/11/2023).



Gambar televisi menunjukkan kendaraan Palang Merah di persimpangan Rafah antara Gaza dan Mesir.

Seorang pejabat Palestina yang akrab dengan diplomasi tersebut mengatakan Hamas akan melanjutkan gencatan senjata empat hari yang disepakati dengan Israel, yang merupakan penghentian pertempuran pertama dalam perang selama tujuh minggu.

Al Ansari sebelumnya mengatakan penundaan singkat dan hambatan terhadap pembebasan sandera dapat diatasi melalui kontak Qatar-Mesir dengan kedua belah pihak, dan menambahkan bahwa 39 warga sipil Palestina akan dibebaskan sebagai imbalannya.

Al Ansari mengatakan di antara para sandera Israel, delapan orang diperkirakan adalah anak-anak dan lima lainnya perempuan. Sedangkan warga Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel akan terdiri dari 33 anak-anak dan enam perempuan.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adrienne Watson mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengenai penundaan kesepakatan penyanderaan.

"Sekitar 3-1/2 jam setelah panggilan telepon mereka, Gedung Putih mengetahui dari pihak Qatar bahwa perjanjian tersebut kembali berlaku dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) bergerak untuk mengumpulkan para sandera," tambah Watson.



Sayap bersenjata Hamas sebelumnya mengatakan pihaknya menunda pembebasan sandera putaran kedua yang dijadwalkan pada hari Sabtu sampai Israel memenuhi semua persyaratan gencatan senjata, termasuk berkomitmen untuk membiarkan truk bantuan masuk ke Gaza utara.

Juru bicara Hamas Osama Hamdan mengatakan hanya 65 dari 340 truk bantuan yang memasuki Gaza sejak Jumat telah mencapai Gaza utara. Jumlah tersebut kurang dari setengah dari apa yang disepakati Israel.

Brigade Al-Qassam juga mengatakan Israel gagal menghormati persyaratan pembebasan tahanan Palestina. Qadura Fares, komisaris Palestina untuk tahanan, mengatakan Israel tidak membebaskan tahanan berdasarkan senioritas, seperti yang diharapkan.

Menteri Pertanian Avi Dichter, yang merupakan anggota kabinet keamanan Israel, mengatakan kepada Channel 13 News bahwa Israel mematuhi kesepakatan dengan Hamas yang dimediasi oleh Qatar.

Israel mengatakan 50 truk berisi makanan, air, peralatan tempat berlindung, dan pasokan medis telah dikerahkan ke Gaza utara di bawah pengawasan PBB, pengiriman bantuan signifikan pertama ke sana sejak dimulainya perang.

Perselisihan singkat mengenai gencatan senjata tersebut menimbulkan kekhawatiran atas kelancaran implementasi kesepakatan penyanderaan setelah 13 wanita dan anak-anak Israel dibebaskan oleh Hamas pada hari Jumat. Di sisi lain, sekitar 39 wanita dan remaja Palestina dibebaskan dari penjara Israel.

Juru bicara militer Israel Olivier Rafowicz mengatakan kepada televisi Prancis bahwa Israel dengan tegas menghormati ketentuan gencatan senjata, dan mengatakan militer tidak melakukan serangan atau operasi ofensif di Gaza pada hari Sabtu.

Sebanyak 50 sandera akan ditukar dengan 150 tahanan Palestina selama empat hari gencatan senjata, penghentian pertempuran pertama sejak pejuang Hamas mengamuk di Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang.

Menanggapi serangan itu, Israel telah berjanji untuk menghancurkan militan Hamas yang menguasai Gaza, menghujani daerah kantong tersebut dengan bom dan peluru dan melancarkan serangan darat di utara. Hingga saat ini, sekitar 14.800 orang, sekitar 40% di antaranya adalah anak-anak, telah terbunuh, kata otoritas kesehatan Palestina pada hari Sabtu.

Sebelum penundaan pertukaran sandera dan tawanan terbaru, Mesir, yang mengontrol perbatasan Rafah yang dilalui pasokan bantuan ke Gaza selatan, mengatakan pihaknya telah menerima “sinyal positif” dari semua pihak mengenai kemungkinan perpanjangan gencatan senjata.



Israel mengatakan gencatan senjata dapat diperpanjang jika Hamas terus melepaskan sandera setidaknya 10 orang per hari. Sumber Palestina mengatakan hingga 100 sandera bisa dibebaskan.

Perselisihan singkat mengenai implementasi perjanjian gencatan senjata kontras dengan suasana gembira pada hari sebelumnya ketika para sandera dipertemukan kembali dengan keluarga mereka.

Setelah hampir 50 hari disandera di Gaza, Ohad Munder yang berusia sembilan tahun berlari menyusuri koridor rumah sakit di Israel ke pelukan ayahnya, menurut rekaman yang dirilis oleh rumah sakit.

Gilat Livni, Direktur Pediatri di pusat fasilitas medis tersebut mengatakan kepada wartawan, dia dan tiga anak lainnya yang dibebaskan pada saat yang sama berada dalam kondisi yang relatif baik.

“Mereka berbagi pengalaman, kami bersama mereka hingga larut malam dan itu menarik, menyedihkan, dan mengharukan,” kata Livni.

“Saya bermimpi kami pulang,” kata sandera lainnya, Raz Asher yang berusia empat tahun, sambil duduk di pelukan ayahnya di ranjang rumah sakit setelah dia, ibu, dan adik perempuannya dibebaskan.

“Sekarang mimpinya menjadi kenyataan,” jawab ayahnya, Yoni.

Namun, bagi warga Palestina, kegembiraan atas pembebasan tahanan dari penjara-penjara Israel memiliki nuansa yang pahit. Polisi Israel terlihat menggerebek rumah Sawsan Bkeer pada hari Jumat tak lama sebelum putrinya Marah (24) dibebaskan. Polisi Israel menolak berkomentar terkait hal ini.

“Tidak ada kegembiraan yang nyata, bahkan kegembiraan kecil ini pun kita rasakan saat menunggu,” kata Sawsan Bkeer. “Kami masih takut untuk merasa bahagia,” tukasnya.

(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More