4 Alasan Israel Menyerang RS Indonesia di Gaza, dari Perang Psikologis hingga Didukung Penuh AS
Senin, 20 November 2023 - 19:26 WIB
“Ini adalah bagian dari pola pelecehan yang sudah berlangsung lama terhadap staf dan layanan medis, di mana Israel menunjukkan kepada warga Palestina bahwa tidak ada seorang pun dan tidak ada ruang yang aman,” kata Mustafa kepada Al Jazeera.
“Ini adalah upaya sistematis untuk mengintimidasi penduduk lokal dan melemahkan keinginan mereka untuk melawan,” tambahnya.
Foto/Reuters
Sepanjang perang, Israel telah menargetkan sejumlah ambulans dan fasilitas medis di Tepi Barat dan Gaza, mengklaim bahwa pejuang Palestina menggunakannya untuk bergerak dan berlindung, tanpa memberikan bukti atas klaim tersebut.
"Israel juga menargetkan bangunan sipil seperti rumah sakit karena mereka dapat lolos dari serangan tersebut," kata Trita Parsi, wakil presiden eksekutif di Quincy Institute for Responsible Statecra yang berkantor pusat di Washington.
“Satu-satunya pengawasan dan batasan yang penting adalah yang datang dari Amerika Serikat,” kata Parsi kepada Al Jazeera.
“Perhitungan Israel adalah bahwa kemarahan internasional tidak menjadi masalah selama Amerika Serikat menolak membatasi tindakan Israel,” tambahnya.
Dengan tidak adanya tekanan dari AS, ditambah dengan pemerintahan “paling ekstremis” dan sayap kanan yang pernah dimiliki Israel, “Israel mengambil kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan”, jelas Parsi.
Namun, seiring dengan berlanjutnya perang, AS mungkin terpaksa mendesak sekutunya untuk mengurangi keganasan serangannya, seiring dengan menurunnya citra AS di seluruh dunia.
“Ini adalah upaya sistematis untuk mengintimidasi penduduk lokal dan melemahkan keinginan mereka untuk melawan,” tambahnya.
4. Sombong karena Didukung Penuh AS
Foto/Reuters
Sepanjang perang, Israel telah menargetkan sejumlah ambulans dan fasilitas medis di Tepi Barat dan Gaza, mengklaim bahwa pejuang Palestina menggunakannya untuk bergerak dan berlindung, tanpa memberikan bukti atas klaim tersebut.
"Israel juga menargetkan bangunan sipil seperti rumah sakit karena mereka dapat lolos dari serangan tersebut," kata Trita Parsi, wakil presiden eksekutif di Quincy Institute for Responsible Statecra yang berkantor pusat di Washington.
“Satu-satunya pengawasan dan batasan yang penting adalah yang datang dari Amerika Serikat,” kata Parsi kepada Al Jazeera.
“Perhitungan Israel adalah bahwa kemarahan internasional tidak menjadi masalah selama Amerika Serikat menolak membatasi tindakan Israel,” tambahnya.
Dengan tidak adanya tekanan dari AS, ditambah dengan pemerintahan “paling ekstremis” dan sayap kanan yang pernah dimiliki Israel, “Israel mengambil kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan”, jelas Parsi.
Namun, seiring dengan berlanjutnya perang, AS mungkin terpaksa mendesak sekutunya untuk mengurangi keganasan serangannya, seiring dengan menurunnya citra AS di seluruh dunia.
tulis komentar anda