Meski Perang dengan Ukraina dan Disanksi Barat, Rusia Justru Untung Besar, Kenapa?

Jum'at, 17 November 2023 - 00:11 WIB
Ekonomi Rusia justru terus tumbuh di tengah perang dan sanksi Barat. Foto/Reuters
MOSKOW - Surplus transaksi berjalan Rusia telah meningkat tajam, menopang mata uang nasional seiring pulihnya ekspor energi meskipun ada tekanan dari sanksi Barat.

Neraca transaksi berjalan, yang mengukur perbedaan antara uang yang masuk ke negara tersebut melalui perdagangan, investasi dan transfer terhadap dana keluar, berjumlah USD53,8 miliar atau Rp834 triliun pada sepuluh bulan pertama tahun ini.

Surplus bulan Oktober melebihi USD11 miliar untuk bulan kedua berturut-turut setelah mencapai level tertinggi tahun ini pada bulan September. Bank sentral merevisi proyeksi transaksi berjalan untuk setahun penuh naik dari USD45 miliar menjadi USD60 miliar karena melonjaknya harga minyak.





Pendapatan Moskow dari penjualan minyak dan gas melonjak ke level tertinggi dalam satu setengah tahun, mencapai USD17,7 miliar pada bulan lalu meskipun ada perkiraan defisit yang besar.

“Data baru menunjukkan Rusia terus memperoleh manfaat dari pendapatan ekspor komoditas yang tinggi. Kami memperkirakan Rusia akan kembali membukukan surplus transaksi berjalan sebesar USD20 miliar pada sisa dua bulan tahun 2023, menjadikan keseluruhan neraca eksternal menjadi sekitar USD75 miliar,” prediksi ekonom Rusia dari Bloomberg, Alex Isakov.

“Peningkatan pendapatan ekspor membantu menghentikan pelemahan rubel, namun dalam beberapa bulan mendatang mata uang Rusia mungkin akan diuji ketika pemerintah membangun kembali cadangan devisanya mulai bulan Januari,” tambahnya.

Hal ini terjadi setelah Moskow mengalihkan sebagian besar arus perdagangannya ke arah timur setelah sanksi Barat mengganggu sebagian besar rantai pasokan di pasar Eropa.

Pihak berwenang Rusia menerapkan kembali beberapa kontrol modal yang mengharuskan eksportir, termasuk produsen minyak utama, untuk menjual pendapatan mereka dari perdagangan luar negeri di pasar domestik untuk mengamankan arus masuk mata uang asing.

Langkah tersebut membantu memberikan dukungan terhadap rubel, yang menguat sekitar 5% terhadap dolar AS pada bulan Oktober. Mata uang tersebut terus menguat minggu ini hingga di bawah 89 terhadap greenback untuk pertama kalinya sejak akhir Juli.
(ahm)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More