Saat Barat Lindungi Zionis, Pemuda Palestina Pilih Melawan Israel dengan Tidak Kabur dari Gaza
Sabtu, 11 November 2023 - 15:08 WIB
Hilangnya Kepercayaan pada Komunitas Internasional
Menanggapi serangan mendadak yang dilakukan gerakan Palestina Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, Israel menempatkan Jalur Gaza di bawah blokade dan melancarkan serangan balasan yang kemudian diperluas menjadi operasi darat penuh.
Sementara sebagian besar negara-negara Barat menyatakan solidaritasnya dengan Israel dan enggan mengkritik respons keras militer Israel yang menewaskan lebih dari 11.000 warga sipil Palestina.
“Israel dilindungi oleh Barat. Bagi kita saat ini, pemerintah Barat tampil sebagai pembohong di hadapan seluruh dunia. Mereka akan mendukung kaum tertindas jika mereka membenci penindas dan tidak berteman dengan penindas. Tapi jika Israel penindas adalah teman mereka, mereka akan baik-baik saja. Itu tergantung pada seberapa banyak mereka menyukai atau membenci penindas. Israel melakukan hal-hal buruk terhadap Palestina. Anda memberi mereka legitimasi di dunia,” ungkap Qafesha.
Sebagai seorang yang menganjurkan perlawanan damai, Qafesha menjelaskan bahwa dia memahami mengapa sebagian warga Palestina memilih jalur perlawanan bersenjata.
“Hal ini terjadi karena warga Palestina telah kehilangan kepercayaan terhadap komunitas internasional dalam menyelesaikan penjajahan ini. Saya pikir pemerintah Israel harus disalahkan, karena ketika mereka mempunyai kesempatan memberikan solusi kepada Palestina, mereka berbalik melawan Palestina, mengabaikan kami. Mereka seharusnya disalahkan atas semua yang terjadi di sini," tegas dia.
Pada 5 November 2023, Israel mengumumkan pasukan daratnya maju jauh ke utara Jalur Gaza, hingga ke pantai, yang secara efektif membagi Gaza menjadi dua bagian.
Pasukan Pertahanan Israel mendesak warga Gaza untuk mengungsi dari utara ke selatan, berjanji menjaga “koridor” evakuasi tetap terbuka.
“Banyak warga Palestina memilih tinggal di rumah dan mati. Tapi mereka tidak ingin meninggalkan rumah dan menjadi pengungsi lagi. Kami tidak ingin pergi ke mana pun. Saat kami ke Mesir, kami ingin melakukan perjalanan yang menyenangkan dan kembali. Kami tidak ingin pergi,” ungkap Qafesha.
Aktivis tersebut menjelaskan, memilih tetap tinggal di rumah sudah merupakan bentuk perlawanan warga Palestina.
Lihat Juga :
tulis komentar anda