Terowongan Maut Hamas Penyeimbang Militer Canggih Israel Itu Bernama Metro Gaza
Sabtu, 04 November 2023 - 00:08 WIB
GAZA - Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari secara teratur mengingatkan publik Israel bahwa perang melawan Hamas di Gaza dilakukan dari udara, laut dan darat.
Namun dia melewatkan satu hal, arena penting yang mungkin menjadi fokus ketika Israel mengirim pasukannya lebih jauh ke wilayah kantong Palestina tersebut—jaringan terowongan bawah tanah luas yang dibangun oleh Hamas.
Menurut mereka yang memantau secara dekat kelompok perlawanan yang didukung Iran, serta pengakuan para pemimpinnya sendiri, Hamas telah membangun sistem bawah tanah sepanjang sekitar 300 mil yang berada di bawah rumah-rumah warga sipil, sekolah dan rumah sakit di daerah perkotaan Jalur Gaza.
Dan selama tiga minggu terakhir –sejak pasukannya melakukan serangan besar-besaran ke wilayah Israel pada 7 Oktober–kepemimpinan Hamas, baik politik maupun militer, telah bersembunyi dengan aman di sana ketika jet tempur Israel menggempur wilayah tersebut dari atas.
Pada hari Rabu saat briefing dengan pers asing, Hagari mengatakan kerusakan besar di kamp pengungsi Jabalia setelah serangan udara Israel pada hari Selasa diperburuk oleh fakta bahwa terdapat terowongan di bawah daerah perkotaan yang padat. Penduduk setempat melaporkan melihat lubang runtuhan terbuka di bawah bangunan yang dibom.
Para pakar mengatakan kepada Fox News Digital bahwa ketika pasukan darat Israel memperluas wilayah Gaza, IDF akan terpaksa mengalihkan perhatiannya ke medan perang bawah tanah ini, yang merupakan tantangan yang dihadapi dalam konflik-konflik lain baru-baru ini—khususnya di Timur Tengah—namun tidak pernah sebesar ini.
“Terowongan mengubah segalanya tentang bagaimana militer dapat maju dan mengendalikan situasi,” kata Daphné Richemond-Barak, peneliti senior dan kepala International Law Desk at the International Institute for Counter-Terrorism di Reichman University, Israel, Jumat (3/11/2023).
“Terowongan mengubah medan perang menjadi medan perang multidimensi, yang tidak terjadi di daerah perkotaan pada umumnya, dan ini adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan sebagai bagian dari tantangan operasional,” lanjut Richemond-Barak, yang juga merupakan peneliti di Modern War Institute.
Namun dia melewatkan satu hal, arena penting yang mungkin menjadi fokus ketika Israel mengirim pasukannya lebih jauh ke wilayah kantong Palestina tersebut—jaringan terowongan bawah tanah luas yang dibangun oleh Hamas.
Menurut mereka yang memantau secara dekat kelompok perlawanan yang didukung Iran, serta pengakuan para pemimpinnya sendiri, Hamas telah membangun sistem bawah tanah sepanjang sekitar 300 mil yang berada di bawah rumah-rumah warga sipil, sekolah dan rumah sakit di daerah perkotaan Jalur Gaza.
Dan selama tiga minggu terakhir –sejak pasukannya melakukan serangan besar-besaran ke wilayah Israel pada 7 Oktober–kepemimpinan Hamas, baik politik maupun militer, telah bersembunyi dengan aman di sana ketika jet tempur Israel menggempur wilayah tersebut dari atas.
Pada hari Rabu saat briefing dengan pers asing, Hagari mengatakan kerusakan besar di kamp pengungsi Jabalia setelah serangan udara Israel pada hari Selasa diperburuk oleh fakta bahwa terdapat terowongan di bawah daerah perkotaan yang padat. Penduduk setempat melaporkan melihat lubang runtuhan terbuka di bawah bangunan yang dibom.
Para pakar mengatakan kepada Fox News Digital bahwa ketika pasukan darat Israel memperluas wilayah Gaza, IDF akan terpaksa mengalihkan perhatiannya ke medan perang bawah tanah ini, yang merupakan tantangan yang dihadapi dalam konflik-konflik lain baru-baru ini—khususnya di Timur Tengah—namun tidak pernah sebesar ini.
“Terowongan mengubah segalanya tentang bagaimana militer dapat maju dan mengendalikan situasi,” kata Daphné Richemond-Barak, peneliti senior dan kepala International Law Desk at the International Institute for Counter-Terrorism di Reichman University, Israel, Jumat (3/11/2023).
“Terowongan mengubah medan perang menjadi medan perang multidimensi, yang tidak terjadi di daerah perkotaan pada umumnya, dan ini adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan sebagai bagian dari tantangan operasional,” lanjut Richemond-Barak, yang juga merupakan peneliti di Modern War Institute.
tulis komentar anda