Ekonomi Melambat, Para Miliarder China Ingin Pindahkan Uang Mereka ke Luar Negeri
Kamis, 02 November 2023 - 14:33 WIB
Para ekonom mengatakan meski perjalanan internasional belum kembali ke tingkat sebelum pandemi, suku bunga Amerika Serikat (AS) yang tinggi dan lemahnya yuan merupakan insentif kuat bagi orang kaya di China untuk memindahkan uang mereka ke luar negeri.
Pada paruh pertama tahun 2023, terdapat kekurangan sebesar USD19,5 miliar dalam data neraca pembayaran China, yang digunakan para ekonom sebagai indikator pelarian modal, meski nilai sebenarnya dari uang yang keluar mungkin lebih tinggi.
Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom Natixis untuk Asia Pasifik, mengatakan bahwa tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai kebijakan ekonomi masa depan dan peluang bisnis di China juga mendorong masyarakat untuk membawa tabungan mereka ke luar negeri.
Pada 2021, Presiden China Xi Jinping menghidupkan kembali seruan untuk "kemakmuran bersama”, yang secara luas ditafsirkan sebagai seruan bagi para taipan untuk membagikan kekayaan mereka secara lebih luas.
Pada tahun itu, Alibaba—perusahaan teknologi yang didirikan Jack Ma—yang pernah menjadi salah satu pengusaha terkemuka di China, menyumbangkan 100 miliar yuan untuk tujuan tersebut.
Xi Jinping dianggap sangat tidak percaya terhadap jajaran elite China sejak uang senilai lebih dari USD600 miliar keluar dari perekonomian negara pada 2015, setelah devaluasi yuan yang mengejutkan.
Sejak saat itu, Beijing berupaya memperketat cengkeramannya atas kekayaan China—dan orang-orang yang memiliki sebagian besar kekayaan tersebut.
Partai Komunis China (PKC) sangat ketakutan ketika miliarder seperti Ma mulai mempertanyakan regulator China secara terbuka (setelah Ma menyampaikan komentarnya pada 2020, dia menghilang dari pandangan publik selama beberapa tahun).
Slogan "kemakmuran bersama" telah memudar dari pandangan ketika Beijing berupaya mempromosikan China sebagai negara terbuka untuk bisnis setelah tiga tahun tidak ada kasus Covid-19. Namun tekanan terhadap elite bisnis masih terus berlanjut, dan kini setelah perbatasan dibuka, banyak orang yang mempertimbangkan rencana untuk keluar dari negara tersebut.
Pada paruh pertama tahun 2023, terdapat kekurangan sebesar USD19,5 miliar dalam data neraca pembayaran China, yang digunakan para ekonom sebagai indikator pelarian modal, meski nilai sebenarnya dari uang yang keluar mungkin lebih tinggi.
Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom Natixis untuk Asia Pasifik, mengatakan bahwa tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai kebijakan ekonomi masa depan dan peluang bisnis di China juga mendorong masyarakat untuk membawa tabungan mereka ke luar negeri.
Seruan Xi Jinping
Pada 2021, Presiden China Xi Jinping menghidupkan kembali seruan untuk "kemakmuran bersama”, yang secara luas ditafsirkan sebagai seruan bagi para taipan untuk membagikan kekayaan mereka secara lebih luas.
Pada tahun itu, Alibaba—perusahaan teknologi yang didirikan Jack Ma—yang pernah menjadi salah satu pengusaha terkemuka di China, menyumbangkan 100 miliar yuan untuk tujuan tersebut.
Xi Jinping dianggap sangat tidak percaya terhadap jajaran elite China sejak uang senilai lebih dari USD600 miliar keluar dari perekonomian negara pada 2015, setelah devaluasi yuan yang mengejutkan.
Sejak saat itu, Beijing berupaya memperketat cengkeramannya atas kekayaan China—dan orang-orang yang memiliki sebagian besar kekayaan tersebut.
Partai Komunis China (PKC) sangat ketakutan ketika miliarder seperti Ma mulai mempertanyakan regulator China secara terbuka (setelah Ma menyampaikan komentarnya pada 2020, dia menghilang dari pandangan publik selama beberapa tahun).
Slogan "kemakmuran bersama" telah memudar dari pandangan ketika Beijing berupaya mempromosikan China sebagai negara terbuka untuk bisnis setelah tiga tahun tidak ada kasus Covid-19. Namun tekanan terhadap elite bisnis masih terus berlanjut, dan kini setelah perbatasan dibuka, banyak orang yang mempertimbangkan rencana untuk keluar dari negara tersebut.
tulis komentar anda