Ekonomi Melambat, Para Miliarder China Ingin Pindahkan Uang Mereka ke Luar Negeri

Kamis, 02 November 2023 - 14:33 WIB
Xi Jinping dianggap sangat tidak percaya terhadap jajaran elite China sejak uang senilai lebih dari USD600 miliar keluar dari perekonomian negara pada 2015, setelah devaluasi yuan yang mengejutkan.

Sejak saat itu, Beijing berupaya memperketat cengkeramannya atas kekayaan China—dan orang-orang yang memiliki sebagian besar kekayaan tersebut.

Partai Komunis China (PKC) sangat ketakutan ketika miliarder seperti Ma mulai mempertanyakan regulator China secara terbuka (setelah Ma menyampaikan komentarnya pada 2020, dia menghilang dari pandangan publik selama beberapa tahun).

Slogan "kemakmuran bersama" telah memudar dari pandangan ketika Beijing berupaya mempromosikan China sebagai negara terbuka untuk bisnis setelah tiga tahun tidak ada kasus Covid-19. Namun tekanan terhadap elite bisnis masih terus berlanjut, dan kini setelah perbatasan dibuka, banyak orang yang mempertimbangkan rencana untuk keluar dari negara tersebut.

Bulan lalu, Hui Ka Yan, pendiri pengembang properti Evergrande dan pernah menjadi orang terkaya di Asia, ditangkap karena kejahatan yang tidak dijelaskan secara spesifik. Bao Fan, seorang bankir investasi terkenal yang pernah dianggap sebagai raja dalam dunia transaksi teknologi, ditahan pada bulan Februari dan tidak terlihat lagi sejak saat itu. Eksekutif lainnya di China telah ditempatkan di bawah larangan keluar.

Situasi saat ini merupakan perubahan besar dari tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an, ketika China sedang mempersiapkan diri untuk bergabung ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di tahun 2001 dan memperkenalkan sejumlah reformasi pasar yang memungkinkan para pengusaha China untuk mengumpulkan kekayaan dalam jumlah besar.

Itu adalah era di mana menghasilkan uang lebih diutamakan daripada hal lainnya. Namun di bawah kepemimpinan Xi Jinping, yang telah mengkonsolidasikan kekuasaan pribadinya lebih dari pemimpin mana pun sejak Mao Zedong, penekanannya kembali pada kendali politik, dibandingkan kebebasan ekonomi.

"Hukuman sewenang-wenang yang dijatuhkan kepada kelas kaya tidak seperti yang kita lihat sejak tahun 1990-an," kata Victor Shih, profesor ekonomi politik China di Universitas California San Diego.

"Hal ini telah mendorong banyak orang di kelas tersebut untuk berpikir tentang melakukan diversifikasi ke luar China," sambungnya.

Tekad Meninggalkan China



Ada semakin banyak tanda-tanda orang-orang kaya asal China pindah ke tempat-tempat yang dekat dengan mereka. Lebih dari 10 persen kondominium mewah yang dijual di Singapura dalam tiga bulan pertama tahun ini jatuh ke tangan pembeli China daratan, naik dari sekitar 5 persen pada kuartal pertama tahun 2022, menurut data dari OrangeTee—sebuah perusahaan real estate.

Saat ini terdapat sekitar 1.100 kantor keluarga tunggal—perusahaan yang didirikan untuk mengelola kekayaan keluarga tertentu—di Singapura, naik dari 50 kantor pada tahun 2018, dan sekitar setengah dari jumlah tersebut diperkirakan klien asal China.

Orang-orang kaya di China juga mencari cara memindahkan diri sendiri serta uang mereka keluar dari China. Sekitar 13.500 orang dengan kekayaan tinggi diperkirakan akan meninggalkan China tahun ini, naik dari 10.800 orang tahun lalu, menurut Henley & Partners, sebuah konsultan imigrasi.

"Pemerintah China hanya mementingkan kepentingannya sendiri, seperti yang ditemukan oleh Jack Ma dan banyak orang lainnya," kata David Lesperance, seorang konsultan independen yang membantu orang-orang dengan kekayaan sangat tinggi untuk pindah. "Jadi kita harus melihat bagaimana melindungi kekayaan dan kesejahteraan Anda," lanjut dia.

Lesperance mengatakan dirinya menerima semakin banyak pertanyaan dari para pebisnis yang ingin memindahkan seluruh timnya keluar dari China, bukan hanya keluarga mereka. Selain risiko politik, kata dia, para pengusaha tidak lagi merasa bahwa China adalah lahan penuh peluang.

Pada tahun 2017, China mencetak dua miliarder baru dalam seminggu. Kini, pertumbuhan ekonomi melambat.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More