Iran Serukan Negara-Negara Islam dan Arab Bersatu Melawan Israel
Jum'at, 20 Oktober 2023 - 10:21 WIB
TEHERAN - Iran telah menyerukan negara-negara Islam dan Arab untuk membentuk front persatuan melawan Israel.
Seruan ini muncul ketika negara-negara Barat meningkatkan peringatan agar tidak mengeksploitasi situasi yang tidak menentu akibat perang besar Israel-Hamas dan memicu konflik regional.
Teheran, yang secara finansial dan militer mendukung Hamas, berada di bawah pengawasan ketat sejak para pejuang kelompok Palestina tersebut menyerbu perbatasan selatan Israel pada 7 Oktober lalu. Serangan yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa ini menewaskan lebih dari 1.400 orang dan ratusan lainnya diculik sebagai tawanan.
Iran bersikeras bahwa pihaknya tidak terlibat dalam serangan Hamas tersebut namun merayakan serangan itu sebagai “kesuksesan”.
Ketika Israel menanggapi serangan mengejutkan Hamas dengan menggempur Gaza, Presiden Iran Ebrahim Raisi meminta rekannya dari Suriah; Bashar Al-Assad, melalui panggilan telepon untuk bekerja sama melawan Israel.
“Semua negara Islam dan Arab harus mencapai konvergensi dan kerja sama yang serius dalam menghentikan kejahatan rezim Zionis terhadap bangsa Palestina yang tertindas,” kata Raisi dalam seruannya, seperti dikutip The New Arab, Jumat (20/10/2023).
Menuduh Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina, Raisi mengatakan Iran akan berkoordinasi dengan negara-negara Islam sesegera mungkin.
Teheran juga menawarkan diri menjadi tuan rumah pertemuan darurat Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang beranggotakan 57 negara.
Sejauh ini, belum ada keputusan yang diumumkan mengenai proposal tersebut.
Namun Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian dijadwalkan mengunjungi negara-negara kawasan, termasuk Irak pada hari Kamis dan kemudian Lebanon untuk mempromosikan inisiatif Teheran.
Dia juga berbicara dengan mitranya dari Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah bin Zayed Al-Nahyan melalui telepon, mengatakan; "Berlanjutnya serangan dan pengepungan di Gaza adalah contoh hukuman kolektif dan kejahatan perang sistematis terhadap kemanusiaan."
Sebagai negara non-Arab, Iran dikecualikan dari beberapa organisasi penting di Timur Tengah, seperti Liga Arab yang bertemu Rabu di Kairo.
Berbeda dengan Iran, yang tidak mengakui Israel dan menjadikan dukungan terhadap Palestina sebagai inti kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam tahun 1979, beberapa negara Arab sangat ingin meningkatkan hubungan dengan Israel.
Beberapa harian Iran pada hari Kamis memuat gambar kehancuran yang disebabkan oleh pengeboman Israel di wilayah kantong Palestina yang dihuni oleh lebih dari 2,4 juta orang.
Namun, mereka tidak menyebutkan lebih 1.400 warga Israel yang terbunuh dan ratusan lainnya ditawan melintasi perbatasan oleh kelompok Hamas.
Meskipun negara-negara Barat tidak menuduh Teheran terlibat langsung dalam serangan Hamas terhadap Israel, beberapa negara mengatakan dukungan jangka panjang yang diberikan Iran kepada Hamas memungkinkan kelompok tersebut melakukan serangannya.
“Sejauh ini, kami tidak memiliki bukti nyata bahwa Iran memberikan dukungan konkrit dan operasional terhadap serangan pengecut ini,” kata Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Kamis merujuk pada serangan Hamas terhadap Israel.
“Tetapi jelas bagi kita semua bahwa tanpa dukungan Iran selama beberapa tahun terakhir, Hamas tidak akan mampu melakukan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Israel,” ujarnya.
Pada hari Rabu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan Iran untuk “berhati-hati” agar tidak semakin mengobarkan api konflik di wilayah Timur Tengah.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang memegang keputusan akhir dalam kebijakan-kebijakan utama negara, pada Selasa lalu membantah keterlibatan Iran dalam serangan Hamas terhadap Israel. Namun dia menegaskan kembali dukungan negaranya terhadap Palestina.
Seruan ini muncul ketika negara-negara Barat meningkatkan peringatan agar tidak mengeksploitasi situasi yang tidak menentu akibat perang besar Israel-Hamas dan memicu konflik regional.
Teheran, yang secara finansial dan militer mendukung Hamas, berada di bawah pengawasan ketat sejak para pejuang kelompok Palestina tersebut menyerbu perbatasan selatan Israel pada 7 Oktober lalu. Serangan yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa ini menewaskan lebih dari 1.400 orang dan ratusan lainnya diculik sebagai tawanan.
Iran bersikeras bahwa pihaknya tidak terlibat dalam serangan Hamas tersebut namun merayakan serangan itu sebagai “kesuksesan”.
Ketika Israel menanggapi serangan mengejutkan Hamas dengan menggempur Gaza, Presiden Iran Ebrahim Raisi meminta rekannya dari Suriah; Bashar Al-Assad, melalui panggilan telepon untuk bekerja sama melawan Israel.
“Semua negara Islam dan Arab harus mencapai konvergensi dan kerja sama yang serius dalam menghentikan kejahatan rezim Zionis terhadap bangsa Palestina yang tertindas,” kata Raisi dalam seruannya, seperti dikutip The New Arab, Jumat (20/10/2023).
Menuduh Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina, Raisi mengatakan Iran akan berkoordinasi dengan negara-negara Islam sesegera mungkin.
Teheran juga menawarkan diri menjadi tuan rumah pertemuan darurat Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang beranggotakan 57 negara.
Sejauh ini, belum ada keputusan yang diumumkan mengenai proposal tersebut.
Namun Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian dijadwalkan mengunjungi negara-negara kawasan, termasuk Irak pada hari Kamis dan kemudian Lebanon untuk mempromosikan inisiatif Teheran.
Dia juga berbicara dengan mitranya dari Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah bin Zayed Al-Nahyan melalui telepon, mengatakan; "Berlanjutnya serangan dan pengepungan di Gaza adalah contoh hukuman kolektif dan kejahatan perang sistematis terhadap kemanusiaan."
Sebagai negara non-Arab, Iran dikecualikan dari beberapa organisasi penting di Timur Tengah, seperti Liga Arab yang bertemu Rabu di Kairo.
Berbeda dengan Iran, yang tidak mengakui Israel dan menjadikan dukungan terhadap Palestina sebagai inti kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam tahun 1979, beberapa negara Arab sangat ingin meningkatkan hubungan dengan Israel.
Beberapa harian Iran pada hari Kamis memuat gambar kehancuran yang disebabkan oleh pengeboman Israel di wilayah kantong Palestina yang dihuni oleh lebih dari 2,4 juta orang.
Namun, mereka tidak menyebutkan lebih 1.400 warga Israel yang terbunuh dan ratusan lainnya ditawan melintasi perbatasan oleh kelompok Hamas.
Meskipun negara-negara Barat tidak menuduh Teheran terlibat langsung dalam serangan Hamas terhadap Israel, beberapa negara mengatakan dukungan jangka panjang yang diberikan Iran kepada Hamas memungkinkan kelompok tersebut melakukan serangannya.
“Sejauh ini, kami tidak memiliki bukti nyata bahwa Iran memberikan dukungan konkrit dan operasional terhadap serangan pengecut ini,” kata Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Kamis merujuk pada serangan Hamas terhadap Israel.
“Tetapi jelas bagi kita semua bahwa tanpa dukungan Iran selama beberapa tahun terakhir, Hamas tidak akan mampu melakukan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Israel,” ujarnya.
Pada hari Rabu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan Iran untuk “berhati-hati” agar tidak semakin mengobarkan api konflik di wilayah Timur Tengah.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang memegang keputusan akhir dalam kebijakan-kebijakan utama negara, pada Selasa lalu membantah keterlibatan Iran dalam serangan Hamas terhadap Israel. Namun dia menegaskan kembali dukungan negaranya terhadap Palestina.
(mas)
tulis komentar anda