Operasi Badai al-Aqsa Hamas: Lebih dari 700 Orang Israel Tewas, 100 Lebih Diculik
Senin, 09 Oktober 2023 - 06:39 WIB
TEL AVIV - Serangan besar-besaran kelompok perlawanan Palestina; Hamas, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa telah menewaskan lebih dari 700 orang di Israel. Lebih dari 100 orang lainnya diculik.
Angka korban tewas di Israel itu dilaporkan Times of Israel, Senin (9/10/2023) dengan mengutip para pejabat setempat.
Israel secara resmi mengumumkan keadaan perang pada hari Minggu. Jumlah korban tewas di pihak negara Yahudi itu diperkirakan akan terus bertambah karena korban luka mencapai ribuan, banyak di antaranya dalam kondisi serius.
Kantor Pers Pemerintah, sebuah badan yang beroperasi di bawah Kantor Perdana Menteri Israel, mengatakan bahwa jumlah sandera di Gaza mencapai lebih dari 100 orang.
Hamas dan Jihad Islam sesumbar pada Minggu malam bahwa mereka menyandera sekitar 130 orang Israel, mengeklaim bahwa ini termasuk sandera tingkat pejabat tinggi militer.
Operasi Badai al-Aqsa dimulai sejak Sabtu dengan tembakan ribuan roket ke berbagai wilayah di Israel. Hamas mengeklaim telah menembakkan 5.000 roket dalam 20 menit, namun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mencatat ada lebih dari 2.000 roket yang menyerang negara Yahudi tersebut.
Serangan ribuan roket itu gagal dicegat sistem pertahanan rudal Iron Dome, di mana banyak roket menghantam gedung dan instalasi militer Israel.
Sesaat setelah serangan ribuan roket, ratusan milisi Hamas memasuki kota-kota di Israel selatan dan mengumbar banyak tembakan. Mereka juga menculik orang-orang yang diklaim sebagai tentara Zionis.
IDF sebelumnya mengatakan Israel telah diserang dari udara, darat, dan laut oleh Hamas.
Sebagai respons, Israel telah meluncurkan Operasi Pedang Besi. Jet-jet tempur Zionis membombardir target-target di Gaza sepanjang hari pada Minggu.
Menurut laporan Al Jazeera, korban tewas di Gaza akibat serangan udara Israel telah mencapai lebih dari 430 orang. Para pejabat Zionis bersumpah akan melenyapkan wilayah kantong Palestina tersebut.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa kabinet keamanan telah melakukan pemungutan suara pada Sabtu malam untuk menyatakan negara tersebut secara resmi berperang, yang berarti negara tersebut dapat melakukan “aktivitas militer yang signifikan."
Pertempuran sedang berlangsung pada hari Minggu di setidaknya tiga komunitas dekat perbatasan Gaza yang dikuasai oleh kelompok Hamas sehari sebelumnya, dan tembakan roket terus mengincar komunitas Israel, ketika IDF bersiap untuk melakukan apa yang diperkirakan akan menjadi kampanye berkepanjangan melawan kelompok perlawanan Palestina yang berbasis di Gaza tersebut.
Dalam serangan yang sangat luas, kelompok Hamas menyerbu ke 22 lokasi di Israel selatan pada Sabtu pagi, termasuk kota-kota dan komunitas kecil sejauh 15 mil (24 kilometer) dari perbatasan Gaza.
Di beberapa tempat, mereka berkeliaran selama berjam-jam, menembaki warga sipil dan tentara ketika militer Israel berusaha memberikan tanggapan. Pada saat yang sama, ribuan roket ditembakkan ke kota-kota di selatan dan tengah.
Adegan kekacauan dan penderitaan serta kegagalan berkepanjangan untuk mengendalikan situasi telah mengejutkan dan membuat marah publik Israel, dan memicu tuntutan akan jawaban atas banyak kegagalan intelijen, penempatan pasukan, dan kebijakan yang telah menyebabkan bencana nasional tersebut.
Angka korban tewas di Israel itu dilaporkan Times of Israel, Senin (9/10/2023) dengan mengutip para pejabat setempat.
Israel secara resmi mengumumkan keadaan perang pada hari Minggu. Jumlah korban tewas di pihak negara Yahudi itu diperkirakan akan terus bertambah karena korban luka mencapai ribuan, banyak di antaranya dalam kondisi serius.
Kantor Pers Pemerintah, sebuah badan yang beroperasi di bawah Kantor Perdana Menteri Israel, mengatakan bahwa jumlah sandera di Gaza mencapai lebih dari 100 orang.
Hamas dan Jihad Islam sesumbar pada Minggu malam bahwa mereka menyandera sekitar 130 orang Israel, mengeklaim bahwa ini termasuk sandera tingkat pejabat tinggi militer.
Operasi Badai al-Aqsa dimulai sejak Sabtu dengan tembakan ribuan roket ke berbagai wilayah di Israel. Hamas mengeklaim telah menembakkan 5.000 roket dalam 20 menit, namun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mencatat ada lebih dari 2.000 roket yang menyerang negara Yahudi tersebut.
Serangan ribuan roket itu gagal dicegat sistem pertahanan rudal Iron Dome, di mana banyak roket menghantam gedung dan instalasi militer Israel.
Sesaat setelah serangan ribuan roket, ratusan milisi Hamas memasuki kota-kota di Israel selatan dan mengumbar banyak tembakan. Mereka juga menculik orang-orang yang diklaim sebagai tentara Zionis.
IDF sebelumnya mengatakan Israel telah diserang dari udara, darat, dan laut oleh Hamas.
Sebagai respons, Israel telah meluncurkan Operasi Pedang Besi. Jet-jet tempur Zionis membombardir target-target di Gaza sepanjang hari pada Minggu.
Menurut laporan Al Jazeera, korban tewas di Gaza akibat serangan udara Israel telah mencapai lebih dari 430 orang. Para pejabat Zionis bersumpah akan melenyapkan wilayah kantong Palestina tersebut.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa kabinet keamanan telah melakukan pemungutan suara pada Sabtu malam untuk menyatakan negara tersebut secara resmi berperang, yang berarti negara tersebut dapat melakukan “aktivitas militer yang signifikan."
Pertempuran sedang berlangsung pada hari Minggu di setidaknya tiga komunitas dekat perbatasan Gaza yang dikuasai oleh kelompok Hamas sehari sebelumnya, dan tembakan roket terus mengincar komunitas Israel, ketika IDF bersiap untuk melakukan apa yang diperkirakan akan menjadi kampanye berkepanjangan melawan kelompok perlawanan Palestina yang berbasis di Gaza tersebut.
Dalam serangan yang sangat luas, kelompok Hamas menyerbu ke 22 lokasi di Israel selatan pada Sabtu pagi, termasuk kota-kota dan komunitas kecil sejauh 15 mil (24 kilometer) dari perbatasan Gaza.
Di beberapa tempat, mereka berkeliaran selama berjam-jam, menembaki warga sipil dan tentara ketika militer Israel berusaha memberikan tanggapan. Pada saat yang sama, ribuan roket ditembakkan ke kota-kota di selatan dan tengah.
Adegan kekacauan dan penderitaan serta kegagalan berkepanjangan untuk mengendalikan situasi telah mengejutkan dan membuat marah publik Israel, dan memicu tuntutan akan jawaban atas banyak kegagalan intelijen, penempatan pasukan, dan kebijakan yang telah menyebabkan bencana nasional tersebut.
(mas)
tulis komentar anda