NATO Kirim Lebih Banyak Pasukan ke Kosovo
Sabtu, 07 Oktober 2023 - 07:17 WIB
PRISTINA - Sekitar 200 tentara Inggris mendarat di Kosovo pada Jumat (6/10/2023) untuk memperkuat kontingen NATO di provinsi Serbia yang memisahkan diri.
Langkah ini menyusul insiden bulan lalu yang melibatkan polisi etnis Albania. Seorang jenderal Turki akan mengambil alih komando pasukan tersebut pekan depan.
Anggota Batalyon 1 Resimen Kerajaan Putri Wales bergabung dengan 400 tentara Inggris yang sudah berada di Kosovo. Awal pekan ini, pemerintah Rumania juga berjanji akan mengirim 100 tentara lagi.
“Pengerahan ini merupakan langkah bijaksana untuk memastikan KFOR memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk memenuhi mandat PBB untuk menjaga lingkungan yang aman dan terjamin serta kebebasan bergerak bagi semua orang di Kosovo,” ujar pernyataan blok pimpinan Amerika Serikat (AS) tersebut.
NATO mengirim pasukan ke Kosovo pada Juni 1999, setelah melancarkan perang udara selama 78 hari melawan Serbia atas nama separatis etnis Albania di provinsi tersebut.
Pemerintahan sementara di Pristina mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008, namun belum diakui oleh Serbia atau sekitar separuh negara di dunia, termasuk Rusia, China, dan India.
Para pemimpin Albania dan Serbia pekan lalu meminta KFOR mengambil alih tugas kepolisian di wilayah mayoritas Serbia di utara provinsi tersebut.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan hal ini lebih baik daripada memiliki polisi yang loyal kepada Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti, yang dia tuduh “meneror” warga Serbia setempat.
Perdana Menteri Albania Edi Rama berpendapat ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan militan Serbia menyerang polisi etnis Albania.
London dan Bukares menjanjikan bala bantuan setelah insiden 24 September di Banjska, ketika tiga warga Serbia dan satu petugas polisi etnis Albania kehilangan nyawa.
Kurti mengklaim Beograd berada di balik “serangan teroris” di Kosovo. Vucic membantah hal ini, dengan alasan orang-orang Serbia setempat mungkin telah mengangkat senjata sebagai tanggapan atas penindasan Pristina, yang menurutnya ditoleransi oleh KFOR.
Komandan KFOR saat ini, Jenderal Italia Angelo Michele Ristuccia, mengatakan kepada media Albania pada Jumat bahwa kehadiran pasukan NATO “menghentikan eskalasi” di Banjska.
Dia dijadwalkan menyerahkan komando kepada Jenderal Turki Ozkan Ulutas pada 10 Oktober.
Turki memiliki sekitar 600 tentara sebagai bagian dari kontingen KFOR yang beranggotakan 4.500 orang.
Meskipun Ankara telah membangun hubungan ekonomi yang baik dengan Beograd, Ankara juga memasok drone tempur Bayraktar kepada Pristina.
Langkah ini menyusul insiden bulan lalu yang melibatkan polisi etnis Albania. Seorang jenderal Turki akan mengambil alih komando pasukan tersebut pekan depan.
Anggota Batalyon 1 Resimen Kerajaan Putri Wales bergabung dengan 400 tentara Inggris yang sudah berada di Kosovo. Awal pekan ini, pemerintah Rumania juga berjanji akan mengirim 100 tentara lagi.
“Pengerahan ini merupakan langkah bijaksana untuk memastikan KFOR memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk memenuhi mandat PBB untuk menjaga lingkungan yang aman dan terjamin serta kebebasan bergerak bagi semua orang di Kosovo,” ujar pernyataan blok pimpinan Amerika Serikat (AS) tersebut.
NATO mengirim pasukan ke Kosovo pada Juni 1999, setelah melancarkan perang udara selama 78 hari melawan Serbia atas nama separatis etnis Albania di provinsi tersebut.
Pemerintahan sementara di Pristina mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008, namun belum diakui oleh Serbia atau sekitar separuh negara di dunia, termasuk Rusia, China, dan India.
Para pemimpin Albania dan Serbia pekan lalu meminta KFOR mengambil alih tugas kepolisian di wilayah mayoritas Serbia di utara provinsi tersebut.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan hal ini lebih baik daripada memiliki polisi yang loyal kepada Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti, yang dia tuduh “meneror” warga Serbia setempat.
Perdana Menteri Albania Edi Rama berpendapat ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan militan Serbia menyerang polisi etnis Albania.
London dan Bukares menjanjikan bala bantuan setelah insiden 24 September di Banjska, ketika tiga warga Serbia dan satu petugas polisi etnis Albania kehilangan nyawa.
Kurti mengklaim Beograd berada di balik “serangan teroris” di Kosovo. Vucic membantah hal ini, dengan alasan orang-orang Serbia setempat mungkin telah mengangkat senjata sebagai tanggapan atas penindasan Pristina, yang menurutnya ditoleransi oleh KFOR.
Komandan KFOR saat ini, Jenderal Italia Angelo Michele Ristuccia, mengatakan kepada media Albania pada Jumat bahwa kehadiran pasukan NATO “menghentikan eskalasi” di Banjska.
Dia dijadwalkan menyerahkan komando kepada Jenderal Turki Ozkan Ulutas pada 10 Oktober.
Turki memiliki sekitar 600 tentara sebagai bagian dari kontingen KFOR yang beranggotakan 4.500 orang.
Meskipun Ankara telah membangun hubungan ekonomi yang baik dengan Beograd, Ankara juga memasok drone tempur Bayraktar kepada Pristina.
(sya)
tulis komentar anda