Kim Jong Un Tempuh Perjalanan Pulang Sejauh 254 Km dengan Kereta Api
Minggu, 17 September 2023 - 19:55 WIB
MOSKOW - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pulang dengan kereta api pada Minggu (17/9/2023).
Kim mengakhiri kunjungan selama seminggu ke Rusia yang mencakup pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin mengenai kerja sama militer dan lainnya yang lebih erat.
Sebuah video yang diterbitkan oleh kantor berita pemerintah Rusia RIA pada Minggu menunjukkan Kim berjalan di sepanjang karpet merah menuju gerbong keretanya di kota Artyom di Timur Jauh Rusia, dan melambaikan tangan diiringi suara band militer.
Artyom berjarak sekitar 254 km (159 mil) dari stasiun Khasan di perbatasan Rusia dengan Korea Utara.
"Perjalanan pemimpin Korea Utara, yang jarang meninggalkan negaranya, menandai masa kejayaan persahabatan dan solidaritas serta kerja sama yang terbuka dalam sejarah perkembangan hubungan antara DPRK dan Rusia,” demikian laporan kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA.
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya khawatir akan memanasnya hubungan militer antara kedua negara tetangga tersebut ketika Rusia terus melakukan invasi ke Ukraina dan Korea Utara, negara komunis yang tertutup, terus melanjutkan pengembangan rudal dan nuklir.
Korea Selatan dan Amerika Serikat mengatakan kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia akan melanggar sanksi PBB terhadap Pyongyang dan sekutu mereka akan memastikan ada konsekuensi yang harus dibayar.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyebut kemitraan militer semacam itu “ilegal dan tidak adil”,. Dia mengatakan bahwa komunitas internasional akan “bersatu lebih erat” untuk mengatasi hubungan yang semakin erat antara Moskow dan Pyongyang.
Yoon akan berangkat ke New York pada Senin untuk menghadiri Majelis Umum PBB.
Sementara itu, Rusia telah berusaha keras untuk mempublikasikan kunjungan Kim, dengan berulang kali memberikan petunjuk tentang prospek kerja sama militer dengan Korea Utara, sebuah negara yang dibentuk pada tahun 1948 dengan dukungan Uni Soviet.
Pada Sabtu Kim bertemu dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, yang menunjukkan kepada pemimpin Korea Utara pesawat pengebom strategis berkemampuan nuklir, rudal hipersonik, dan kapal perang Rusia.
Kim dan Shoigu bertukar pendapat konstruktif mengenai isu-isu praktis yang timbul dalam memperkuat koordinasi strategis dan taktis, kerja sama dan pertukaran timbal balik antara angkatan bersenjata kedua negara dan di bidang pertahanan dan keamanan nasional mereka.
"Moskow sedang mendiskusikan latihan militer gabungan dengan Korea Utara," kata Shoigu kepada media Rusia. Dia mengunjungi Pyongyang pada bulan Juli dan mengunjungi pameran senjata bersama Kim, salah satu tanda paling mencolok dari semakin dalamnya hubungan hingga saat itu.
Selama perjalanannya ke Rusia, Kim mengunjungi Armada Laut Pasifik Rusia, yang dilengkapi dengan kapal selam nuklir strategis dan kapal militer lainnya. Kim memuji armada tersebut atas kontribusinya terhadap perdamaian di wilayah tersebut. Dia difoto saat mengunjungi ruang kendali dan memeriksa kapal perang.
Bulan ini, Korea Utara meluncurkan "kapal selam serangan nuklir taktis" operasional pertamanya.
Sebagai oleh-oleh, Oleg Kozhemyako, gubernur wilayah Primorsky di timur jauh Rusia, memberi Kim rompi anti peluru dan enam drone yang diproduksi di wilayah tersebut.
Kim mengakhiri kunjungan selama seminggu ke Rusia yang mencakup pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin mengenai kerja sama militer dan lainnya yang lebih erat.
Sebuah video yang diterbitkan oleh kantor berita pemerintah Rusia RIA pada Minggu menunjukkan Kim berjalan di sepanjang karpet merah menuju gerbong keretanya di kota Artyom di Timur Jauh Rusia, dan melambaikan tangan diiringi suara band militer.
Artyom berjarak sekitar 254 km (159 mil) dari stasiun Khasan di perbatasan Rusia dengan Korea Utara.
"Perjalanan pemimpin Korea Utara, yang jarang meninggalkan negaranya, menandai masa kejayaan persahabatan dan solidaritas serta kerja sama yang terbuka dalam sejarah perkembangan hubungan antara DPRK dan Rusia,” demikian laporan kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA.
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya khawatir akan memanasnya hubungan militer antara kedua negara tetangga tersebut ketika Rusia terus melakukan invasi ke Ukraina dan Korea Utara, negara komunis yang tertutup, terus melanjutkan pengembangan rudal dan nuklir.
Korea Selatan dan Amerika Serikat mengatakan kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia akan melanggar sanksi PBB terhadap Pyongyang dan sekutu mereka akan memastikan ada konsekuensi yang harus dibayar.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyebut kemitraan militer semacam itu “ilegal dan tidak adil”,. Dia mengatakan bahwa komunitas internasional akan “bersatu lebih erat” untuk mengatasi hubungan yang semakin erat antara Moskow dan Pyongyang.
Yoon akan berangkat ke New York pada Senin untuk menghadiri Majelis Umum PBB.
Sementara itu, Rusia telah berusaha keras untuk mempublikasikan kunjungan Kim, dengan berulang kali memberikan petunjuk tentang prospek kerja sama militer dengan Korea Utara, sebuah negara yang dibentuk pada tahun 1948 dengan dukungan Uni Soviet.
Pada Sabtu Kim bertemu dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, yang menunjukkan kepada pemimpin Korea Utara pesawat pengebom strategis berkemampuan nuklir, rudal hipersonik, dan kapal perang Rusia.
Kim dan Shoigu bertukar pendapat konstruktif mengenai isu-isu praktis yang timbul dalam memperkuat koordinasi strategis dan taktis, kerja sama dan pertukaran timbal balik antara angkatan bersenjata kedua negara dan di bidang pertahanan dan keamanan nasional mereka.
"Moskow sedang mendiskusikan latihan militer gabungan dengan Korea Utara," kata Shoigu kepada media Rusia. Dia mengunjungi Pyongyang pada bulan Juli dan mengunjungi pameran senjata bersama Kim, salah satu tanda paling mencolok dari semakin dalamnya hubungan hingga saat itu.
Selama perjalanannya ke Rusia, Kim mengunjungi Armada Laut Pasifik Rusia, yang dilengkapi dengan kapal selam nuklir strategis dan kapal militer lainnya. Kim memuji armada tersebut atas kontribusinya terhadap perdamaian di wilayah tersebut. Dia difoto saat mengunjungi ruang kendali dan memeriksa kapal perang.
Bulan ini, Korea Utara meluncurkan "kapal selam serangan nuklir taktis" operasional pertamanya.
Sebagai oleh-oleh, Oleg Kozhemyako, gubernur wilayah Primorsky di timur jauh Rusia, memberi Kim rompi anti peluru dan enam drone yang diproduksi di wilayah tersebut.
(ahm)
tulis komentar anda