10 Alasan Armenia Meninggalkan Rusia dan Mendekati AS

Minggu, 17 September 2023 - 20:30 WIB

2. Rusia Tidak Memberikan Senjata kepada Armenia

Presiden Armenia Nikol Pashinyan mengatakan negaranya mulai merasakan “buah pahit” dari “kesalahan strategis” yang mempercayakan Rusia dengan tanggung jawab yang hampir eksklusif atas pertahanan negaranya.

“Arsitektur keamanan Armenia 99,999% terkait dengan Rusia,” katanya kepada surat kabar Italia La Repubblica awal bulan ini. “Tetapi saat ini kita melihat bahwa Rusia sendiri membutuhkan senjata… Sekalipun Rusia menginginkannya, Federasi Rusia tidak dapat memenuhi kebutuhan Armenia.”

3. Perang dengan Azerbaijan



Foto/Reuters

Sejak Pashinyan berkuasa pada tahun 2018 berkat “Revolusi Beludru” di Armenia – sebuah luapan kemarahan terhadap korupsi dan kronisme yang masih ada di bekas republik Soviet tersebut – negaranya menghadapi ketegangan yang semakin meningkat dengan Azerbaijan.

Titik konflik yang paling sengit adalah Nagorno-Karabakh, wilayah yang terkurung daratan di Pegunungan Kaukasus yang telah menjadi penyebab dua perang antar negara bertetangga dalam tiga dekade terakhir, terakhir pada tahun 2020. Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun wilayah tersebut penduduknya sebagian besar adalah etnis Armenia.

Konflik yang berlangsung selama 44 hari pada musim gugur tahun 2020 mengungkap inferioritas militer Armenia. Sedangkan Azerbaijan, yang dipersenjatai dengan drone dan jet tempur F-16 yang disediakan oleh Turki, meraih kemenangan telak, mengklaim sekitar sepertiga wilayah Nagorno-Karabakh, serta menyerang Armenia.

4. Menolak Rusia sebagai Mediator

Rusia membantu mengakhiri perang dengan merundingkan gencatan senjata. Kesepakatan itu mengatur sekitar 2.000 pasukan penjaga perdamaian Rusia untuk dikerahkan ke Nagorno-Karabakh untuk menjaga koridor Lachin, satu-satunya jalan yang menghubungkannya dengan Armenia.

Namun pasukan penjaga perdamaian Rusia tidak mencegah pasukan Azerbaijan mendirikan pos pemeriksaan militer di sepanjang koridor Lachin, sehingga mencegah impor makanan ke daerah kantong tersebut. Azerbaijan membantah melakukan blokade, sementara Rusia membantah tuduhan tidak bertindak.

"Ketidakmampuan atau keengganan Rusia untuk campur tangan telah membuat banyak orang di pemerintahan Armenia merasa dikhianati," kata Vahram Ter-Matevosyan, seorang profesor kebijakan luar negeri di American University of Armenia, yang berbasis di ibu kota, Yerevan, dilansir CNN.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More