Ketika Mohammed bin Salman 'Tabok' Wahhabi untuk Tampilkan Islam Arab Saudi yang Moderat
Rabu, 06 September 2023 - 15:19 WIB
Masyarakat Arab Saudi yang merasa tertinggal dalam perekonomian minyak yang sedang berkembang telah menemukan simbol pembebasan yang inspiratif pada diri Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, yang membantu menggulingkan monarki Mesir pada tahun 1952 dan melaksanakan rencana untuk mendistribusikan kembali kekayaan Mesir.
Raja Faisal mendorong para cendekiawan Wahhabi untuk bekerja sama dengan kelompok Islam yang bermotif politik untuk menolak politik revolusioner Mesir di bawah kepemimpinan Abdel Nasser dan menciptakan visi baru tentang Islam bagi generasi muda Saudi.
Raja Faisal mengizinkan para sarjana Wahhabi untuk mereformasi institusi pendidikan Saudi dengan kurikulum Islam konservatif mereka.
Di luar negeri, para ulama pendukung Raja Faisal menampilkan Wahhabisme sebagai alternatif Islam otentik terhadap ideologi Perang Dingin AS vs Uni Soviet. Orang-orang Arab Saudi yang kaya, menurut para sarjana Wahhabi, mempunyai kewajiban agama untuk mempromosikan Wahhabisme ke seluruh dunia.
Reformasi oleh Raja Faisal membuahkan hasil. Raja Khalid, sebagai penerus Raja Faisal, terus berpihak pada ulama Wahhabi, khususnya ketika menanggapi dua tantangan besar pada tahun 1979.
Sekelompok mahasiswa Arab Saudi, yang percaya bahwa reformasi Raja Faisal dan Raja Khalid tidak sah, merebut Masjidil Haram di Makkah, situs paling suci umat Islam, selama dua minggu pada tahun 1979. Serangan terhadap Masjidil Haram dipandang sebagai serangan terhadap monarki itu sendiri, yang mengeklaim sebagai “Penjaga Dua Masjid Suci".
Penyitaan tersebut berakhir dengan kekerasan dengan tindakan gabungan dari pasukan militer Prancis dan Arab Saudi. Setelah itu, Raja Khalid setuju untuk mengangkat pejabat agama yang menegaskan kredibilitas Islam di monarki.
Juga pada tahun 1979, pemuda Arab Saudi lainnya melakukan perjalanan untuk bergabung dalam perlawanan melawan invasi Soviet ke Afghanistan. Salah satu orang Saudi yang menjawab seruan tersebut pada tahun itu adalah Osama bin Laden, yang kemudian mendirikan al-Qaeda pada tahun 1988.
Keluhan Osama bin Laden dan al-Qaeda terhadap monarki muncul setelah Raja Fahd menerima peningkatan pengerahan tentara Amerika Serikat ke tanah Arab Saudi menyusul invasi pemimpin Irak Saddam Hussein ke Kuwait pada tahun 1990.
Raja Faisal mendorong para cendekiawan Wahhabi untuk bekerja sama dengan kelompok Islam yang bermotif politik untuk menolak politik revolusioner Mesir di bawah kepemimpinan Abdel Nasser dan menciptakan visi baru tentang Islam bagi generasi muda Saudi.
Raja Faisal mengizinkan para sarjana Wahhabi untuk mereformasi institusi pendidikan Saudi dengan kurikulum Islam konservatif mereka.
Di luar negeri, para ulama pendukung Raja Faisal menampilkan Wahhabisme sebagai alternatif Islam otentik terhadap ideologi Perang Dingin AS vs Uni Soviet. Orang-orang Arab Saudi yang kaya, menurut para sarjana Wahhabi, mempunyai kewajiban agama untuk mempromosikan Wahhabisme ke seluruh dunia.
Reformasi Melawan Wahhabisme
Reformasi oleh Raja Faisal membuahkan hasil. Raja Khalid, sebagai penerus Raja Faisal, terus berpihak pada ulama Wahhabi, khususnya ketika menanggapi dua tantangan besar pada tahun 1979.
Sekelompok mahasiswa Arab Saudi, yang percaya bahwa reformasi Raja Faisal dan Raja Khalid tidak sah, merebut Masjidil Haram di Makkah, situs paling suci umat Islam, selama dua minggu pada tahun 1979. Serangan terhadap Masjidil Haram dipandang sebagai serangan terhadap monarki itu sendiri, yang mengeklaim sebagai “Penjaga Dua Masjid Suci".
Penyitaan tersebut berakhir dengan kekerasan dengan tindakan gabungan dari pasukan militer Prancis dan Arab Saudi. Setelah itu, Raja Khalid setuju untuk mengangkat pejabat agama yang menegaskan kredibilitas Islam di monarki.
Juga pada tahun 1979, pemuda Arab Saudi lainnya melakukan perjalanan untuk bergabung dalam perlawanan melawan invasi Soviet ke Afghanistan. Salah satu orang Saudi yang menjawab seruan tersebut pada tahun itu adalah Osama bin Laden, yang kemudian mendirikan al-Qaeda pada tahun 1988.
Keluhan Osama bin Laden dan al-Qaeda terhadap monarki muncul setelah Raja Fahd menerima peningkatan pengerahan tentara Amerika Serikat ke tanah Arab Saudi menyusul invasi pemimpin Irak Saddam Hussein ke Kuwait pada tahun 1990.
Lihat Juga :
tulis komentar anda