Sebut Kudeta Militer Family Affair, Oposisi Gabon Klaim Menangi Pemilu

Sabtu, 02 September 2023 - 13:41 WIB
Kandidat presiden dari kelompok oposisi Gabon, Albert Ondo Ossa, telah mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden pada 26 Agustus lalu. Foto/Al Jazeera
LIBREVILLE - Kandidat presiden dari kelompok oposisi Gabon , Albert Ondo Ossa, telah mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden pada 26 Agustus lalu. Ia juga menolak kudeta yang terjadi pada hari Rabu lalu di negara Afrika tengah yang kaya minyak itu dan mengaku kecewa, menyebutnya sebagai family affair.

Perwira militer Gabon merebut kekuasaan pada hari Rabu, beberapa menit setelah Ali Bongo diumumkan sebagai presiden untuk masa jabatan ketiga dalam pemilu.

“Saya menganggap diri saya sebagai kandidat yang memenangkan pemilihan presiden,” kata Ossa dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, menambahkan bahwa hasil pemilu dan pengambilalihan militer adalah dua kudeta dalam satu seperti dilansir dari kantor berita berbasis di Qatar itu, Sabtu (2/9/2023).

Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai klaimnya namun mengatakan bahwa masyarakat Gabon telah memberikan suara besar-besaran untuknya dan dia akan menggunakan cara-cara konstitusional untuk menentang hasil pemilu.



Ossa, seorang profesor ekonomi yang dicalonkan oleh enam partai oposisi di bawah aliansi Alternance 2023, memperoleh 30 persen suara sementara petahana Ali Bongo memperoleh 64 persen suara.

Sebelumnya, pada Rabu lalu, selusin tentara yang memperkenalkan diri sebagai anggota “Komite Transisi dan Pemulihan Lembaga”, mengumumkan di televisi nasional bahwa mereka membatalkan pemilu dan membubarkan semua lembaga negara pada Rabu lalu.

Para pelaku kudeta mengatakan mereka bertindak sebagian karena pemerintahan yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diprediksi serta karena persiapan pemilu tidak memenuhi persyaratan untuk pemungutan suara yang transparan, kredibel, dan inklusif yang sangat diharapkan oleh masyarakat Gabon.



Presiden yang digulingkan, Ali Bongo, kemudian mengonfirmasi melalui video viral yang diyakini direkam di istana presiden, bahwa ia telah ditahan oleh para pemimpin kudeta, yang sebagian besar tampaknya berasal dari Garda Republik, yang diberi mandat untuk mengamankan presiden.

Brice Nguema, pemimpin unit tersebut dan sepupu Bongo, kemudian ditunjuk sebagai pemimpin transisi pada hari Rabu.

Ossa dan Nguema sendiri tidak asing satu sama lain. Kandidat presiden dari kelompok oposisi itu menjabat sebagai menteri pendidikan di bawah masa jabatan ayah Bongo, Omar, ketika Nguema menjadi kapten di Garda Republik.

“Saya telah membayangkan kudeta ini, kemungkinan besar terjadi,” kata Ossa.

“Saya mengikuti aktivitas politik di negara ini, saya melihat bagaimana lembaga-lembaga tersebut bekerja, saya melihat bagaimana pengawal presiden bekerja dan saya melihat kebangkitan Brice Oligui Nguema dan saya tahu ada sesuatu yang sedang terjadi,” tuturnya.

Ossa pun mengkritik kudeta tersebut dan mengatakan bahwa hal itu mengecewakan.

“Anda pikir Anda sedang menyelamatkan negara Anda, tetapi kemudian Anda menyadari bahwa Anda kembali ke titik awal. Ini memalukan,” ujarnya.



Politisi tersebut mengatakan kepada saluran Prancis TV5 Monde bahwa kudeta tersebut diatur oleh Pascaline Bongo, saudara perempuan presiden yang digulingkan. Dia menolak memberikan rincian lebih lanjut tentang dugaan keterlibatannya dengan Al Jazeera, dan lebih memilih untuk fokus pada pemimpin baru yang dia sebut sebagai “Bongo kecil”.

“Dia sepupu Bongo, jadi bagaimana menurutku dia berbeda? Ini revolusi istana, kita masih dalam kekuasaan Bongo… dia dibesarkan di istana, pemuda ini. Saya mengenalnya sebagai kerabat Bongo, seperti yang diketahui semua orang Gabon,” tutur Ossa, namun menolak mengomentari secara spesifik laporan tersebut.

“Pada dasarnya, saya pikir keluarga Bongo menyingkirkan salah satu anggotanya yang membebani keluarga, dan mereka ingin kekuasaan Bongo terus berlanjut, sekaligus mencegah Albert Ondo Ossa berkuasa,” tambahnya.

“Itu adalah revolusi istana, bukan kudeta. Ini adalah urusan keluarga, di mana satu saudara laki-laki menggantikan saudara laki-laki lainnya,” terangnya.

Tokoh oposisi tersebut mengatakan perayaan di kalangan masyarakat merupakan reaksi awal yang akan segera digantikan oleh kesadaran bahwa keluarga Bongo masih berkuasa melalui kuasanya.

Ossa mengatakan dia berkomitmen untuk mengembalikan mandatnya, namun tidak akan menyerukan warga untuk turun ke jalan untuk berdemonstrasi, seperti di Kenya dan Zimbabwe, setelah pemilu baru-baru ini.

Sebaliknya, ia berjanji untuk memprioritaskan saluran diplomatik internal dan eksternal dalam “memastikan kembalinya tatanan republik”.

(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More