Ukraina Ancam Lakukan Serangan Jarak Jauh ke Rusia
Jum'at, 01 September 2023 - 07:34 WIB
KYIV - Ukraina, secara eksplisit, mengancam akan melakukan serangan jarak jauh ke Rusia. Kyiv mengaku telah memproduksi sendiri misil jarak jauh.
“Program rudal Presiden Ukraina sedang beraksi. Uji cobanya berhasil, penerapannya efektif,” kata Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional (NSDC) Ukraina Oleksiy Danilov dalam video berdurasi 20 detik di media sosial X.
Videonya juga menunjukkan sesuatu yang tampak seperti sebuah rudal diluncurkan di malam hari. “Sevastopol menunggu, Kamchatka menunggu, Kronstadt menunggu…” lanjut Danilov, seperti dikutip Russia Today, Jumat (1/9/2023).
Komentar Danilov terdengar seperti ancaman terhadap pangkalan Angkatan Laut Rusia atau bahkan semenanjung di Timur Jauh. Itu juga merupakan lirik yang salah kutip dari lagu populer Lyube, yang disebut sebagai band favorit Presiden Rusia Vladimir Putin.
Komentar Danilov muncul setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Kamis bahwa negaranya telah memproduksi senjata jarak jauh di dalam negeri.
“Penggunaan senjata jarak jauh kami berhasil: targetnya tercapai pada jarak 700 kilometer!” kata Zelensky di Telegram, merujuk pada latihan yang dilakukan oleh Kementerian Industri Strategis.
Zelensky tidak merinci jenis senjata apa yang digunakan, atau apa targetnya.
Beberapa media Ukraina mengaitkan komentar Danilov tentang program rudal dengan klaim Zelensky tentang senjata jarak jauh.
Kata “700 kilometer” yang disampaikan Zelensky kemungkinan juga mengacu pada Pskov, sebuah kota di barat laut Rusia yang letaknya jauh dari perbatasan Ukraina, namun hanya berjarak 30 km dari anggota NATO; Estonia.
Beberapa pesawat angkut militer rusak di bandara Pskov pada Rabu pagi akibat serangan drone besar-besaran oleh Ukraina.
Zelensky, Danilov, dan pejabat Ukraina lainnya telah berulang kali bersikeras bahwa mereka hanya menggunakan senjata produksi dalam negeri untuk menyerang wilayah Rusia, karena Amerika Serikat dan sekutunya melarang Kyiv menggunakan rudal dan drone yang disediakan Barat untuk tujuan tersebut.
Namun awal pekan ini, The Economist mengungkapkan bahwa operator drone Ukraina sangat bergantung pada data intelijen dan satelit Barat untuk menghindari pertahanan udara Rusia.
Ukraina pertama kali menargetkan Moskow dengan drone pada bulan Mei, dan mulai melancarkan serangan yang lebih sering pada bulan Juli, ketika serangan balasan yang banyak digembar-gemborkan di selatan terhenti di benteng Rusia.
“Program rudal Presiden Ukraina sedang beraksi. Uji cobanya berhasil, penerapannya efektif,” kata Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional (NSDC) Ukraina Oleksiy Danilov dalam video berdurasi 20 detik di media sosial X.
Videonya juga menunjukkan sesuatu yang tampak seperti sebuah rudal diluncurkan di malam hari. “Sevastopol menunggu, Kamchatka menunggu, Kronstadt menunggu…” lanjut Danilov, seperti dikutip Russia Today, Jumat (1/9/2023).
Komentar Danilov terdengar seperti ancaman terhadap pangkalan Angkatan Laut Rusia atau bahkan semenanjung di Timur Jauh. Itu juga merupakan lirik yang salah kutip dari lagu populer Lyube, yang disebut sebagai band favorit Presiden Rusia Vladimir Putin.
Komentar Danilov muncul setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Kamis bahwa negaranya telah memproduksi senjata jarak jauh di dalam negeri.
“Penggunaan senjata jarak jauh kami berhasil: targetnya tercapai pada jarak 700 kilometer!” kata Zelensky di Telegram, merujuk pada latihan yang dilakukan oleh Kementerian Industri Strategis.
Zelensky tidak merinci jenis senjata apa yang digunakan, atau apa targetnya.
Beberapa media Ukraina mengaitkan komentar Danilov tentang program rudal dengan klaim Zelensky tentang senjata jarak jauh.
Kata “700 kilometer” yang disampaikan Zelensky kemungkinan juga mengacu pada Pskov, sebuah kota di barat laut Rusia yang letaknya jauh dari perbatasan Ukraina, namun hanya berjarak 30 km dari anggota NATO; Estonia.
Beberapa pesawat angkut militer rusak di bandara Pskov pada Rabu pagi akibat serangan drone besar-besaran oleh Ukraina.
Zelensky, Danilov, dan pejabat Ukraina lainnya telah berulang kali bersikeras bahwa mereka hanya menggunakan senjata produksi dalam negeri untuk menyerang wilayah Rusia, karena Amerika Serikat dan sekutunya melarang Kyiv menggunakan rudal dan drone yang disediakan Barat untuk tujuan tersebut.
Namun awal pekan ini, The Economist mengungkapkan bahwa operator drone Ukraina sangat bergantung pada data intelijen dan satelit Barat untuk menghindari pertahanan udara Rusia.
Ukraina pertama kali menargetkan Moskow dengan drone pada bulan Mei, dan mulai melancarkan serangan yang lebih sering pada bulan Juli, ketika serangan balasan yang banyak digembar-gemborkan di selatan terhenti di benteng Rusia.
(mas)
tulis komentar anda