Partai Republik-Demokrat Gontok-gontokan, Eks Presiden Rusia: Bisa Jadi Perang Saudara

Minggu, 27 Agustus 2023 - 14:18 WIB
Eks presiden Rusia menyebut tuntutan terhadap Donald Trump untuk menjegalnya maju pilpres AS 2024. Foto/Ilustrasi
MOSKOW - Konfrontasi antara Partai Demokrat dan Republik di Amerika Serikat (AS) bisa berubah menjadi perang saudara besar-besaran. Hal itu diungkapkan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.

Berbicara kepada kantor berita RT dan TASS pada hari Sabtu, Medvedev mengatakan ada keretakan besar di antara para elit di AS.

“Ini adalah bentrokan antara kelompok konservatif Partai Republik dan kelompok liberal, yang diwakili oleh Partai Demokrat, yang sebenarnya telah memecah-belah Amerika,” ujarnya.



“Amerika saat ini berada dalam perselisihan internal. Amerika sedang berkonflik dengan dirinya sendiri,” kata Medvedev, yang saat ini menjabat wakil ketua Dewan Keamanan Rusia.



“Lagi pula, menurut saya, perselisihan ini tidak dapat didamaikan dalam beberapa aspek. Konflik domestik seperti ini seringkali berakhir dengan perang saudara,” terangnya.

“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di AS, namun tingkat konflik saat ini (tinggi),” ia menambahkan seperti dikutip dari RT, Minggu (27/8/2023).

Medvedev mencatat tuntutan pidana yang sedang berlangsung terhadap mantan Presiden Donald Trump, yang mengincar nominasi calon presiden dari Partai Republik untuk melawan petahana, Joe Biden, dalam pemilihan presiden 2024.

Medvedev mengklaim bahwa tuduhan terhadap Trump diajukan bukan demi keadilan, tetapi untuk mencegah Trump berpartisipasi dalam pemilu.



Ketika ditanya apakah ada kesamaan antara pemerintahan Barack Obama dan Gedung Putih era Biden dalam hal menangani konflik, Medvedev mengatakan ada lebih banyak “pragmatisme” selama masa pemerintahan Obama. Dia menambahkan bahwa Biden lebih terlibat secara mental, politik dan ekonomi di Ukraina, yang telah “terikat tangannya.”

"Tekad Biden untuk mendukung Kiev melawan Rusia telah menjadikannya sandera Ukraina, yang sangat menyedihkan bagi Ukraina dan AS,” ujar Medvedev.

Trump menghadapi serangkaian tuntutan pidana, termasuk dugaan kesalahan penanganan dokumen rahasia dan upaya membatalkan hasil pemilu presiden tahun 2020. Pada hari Sabtu, dia dimasukkan ke penjara Georgia dan dibebaskan dengan jaminan, menjadi presiden AS pertama yang difoto.

Trump menegaskan bahwa semua tuduhan terhadap dirinya adalah “perburuan penyihir” yang bermotif politik.

(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More