Jepang Buang Air Nuklir Fukushima ke Laut Besok, Indonesia Bisa Kena Dampaknya
Rabu, 23 Agustus 2023 - 12:06 WIB
Selama dua tahun terakhir, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) telah meminta persetujuan untuk mulai membuang air dari PLTN Dai-Ichi Fukushima, yang lumpuh akibat gempa bumi dan tsunami tahun 2011.
PLTN tersebut memproduksi 100 meter kubik air radioaktif setiap hari, untuk menjaga reaktornya agar tidak meleleh, dan TEPCO kehabisan tempat penyimpanan.
Perusahaan bermaksud mengeluarkan total satu juta metrik ton air, dimulai dengan sekitar 7,800 meter kubik selama 17 hari.
Tokyo bersikeras bahwa air limbah nuklir tersebut telah diolah dan tidak menimbulkan bahaya bagi umat manusia atau kehidupan laut, namun China tidak setuju.
Proposal pembuangan limbah nuklir ke laut telah didukung oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang mengatakan bahwa dampaknya terhadap lingkungan “dapat diabaikan”.
Menurut badan pengawas nuklir PBB tersebut, air limbah tersebut mengandung sekitar 190 becquerel tritium per liter, jauh di bawah batas 10.000 becquerel yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi baru-baru ini mengeklaim air limbah tersebut cukup aman untuk diminum dan berenang. Namun dia tidak menanggapi permintaan Beijing untuk meminumnya sendiri.
“China dan pemangku kepentingan lainnya telah berulang kali menekankan bahwa jika air yang terkontaminasi nuklir di Fukushima benar-benar aman, maka Jepang tidak perlu membuangnya ke laut—dan tentu saja tidak akan membuangnya jika tidak aman,” kata Wang.
Meskipun Beijing tidak menentukan langkah-langkah yang akan diambil sebagai tanggapannya, wilayah administratif khusus China di Hong Kong dan Makau telah mengatakan bahwa mereka akan “segera mengaktifkan” kontrol impor makanan laut Jepang, yang mencakup ikan hidup, beku, didinginkan, dan dikeringkan, serta ikan segar seperti garam laut dan rumput laut.
PLTN tersebut memproduksi 100 meter kubik air radioaktif setiap hari, untuk menjaga reaktornya agar tidak meleleh, dan TEPCO kehabisan tempat penyimpanan.
Perusahaan bermaksud mengeluarkan total satu juta metrik ton air, dimulai dengan sekitar 7,800 meter kubik selama 17 hari.
Tokyo bersikeras bahwa air limbah nuklir tersebut telah diolah dan tidak menimbulkan bahaya bagi umat manusia atau kehidupan laut, namun China tidak setuju.
Proposal pembuangan limbah nuklir ke laut telah didukung oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang mengatakan bahwa dampaknya terhadap lingkungan “dapat diabaikan”.
Menurut badan pengawas nuklir PBB tersebut, air limbah tersebut mengandung sekitar 190 becquerel tritium per liter, jauh di bawah batas 10.000 becquerel yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi baru-baru ini mengeklaim air limbah tersebut cukup aman untuk diminum dan berenang. Namun dia tidak menanggapi permintaan Beijing untuk meminumnya sendiri.
“China dan pemangku kepentingan lainnya telah berulang kali menekankan bahwa jika air yang terkontaminasi nuklir di Fukushima benar-benar aman, maka Jepang tidak perlu membuangnya ke laut—dan tentu saja tidak akan membuangnya jika tidak aman,” kata Wang.
Meskipun Beijing tidak menentukan langkah-langkah yang akan diambil sebagai tanggapannya, wilayah administratif khusus China di Hong Kong dan Makau telah mengatakan bahwa mereka akan “segera mengaktifkan” kontrol impor makanan laut Jepang, yang mencakup ikan hidup, beku, didinginkan, dan dikeringkan, serta ikan segar seperti garam laut dan rumput laut.
(mas)
tulis komentar anda