Pembatasan Ibadah Haji, Perekonomian Masyarakat Arab Saudi Terpukul

Kamis, 30 Juli 2020 - 06:31 WIB
Foto/Reuters
RIYADH - Sajjad Malik memegang kepalanya yang terasa berat. Pemilik perusahaan transportasi umum di dekat Masjidilharam tengah menghadapi problem keuangan perusahaan. Akibatnya tidak ada jamaah haji yang bisa diangkut seperti musim haji sebelumnya, dan tidak ada lagi rombongan jamaah umrah yang bergelombang mendatangi Tanah Suci.

Sajjad dan masyarakat Saudi lainnya sebenarnya bisa memaklumi keputusan pemerintah negara membatalkan ibadah umrah dan membatasi jamaah haji . Namun, mereka tidak menampik dampaknya secara ekonomi besar, sebab beberapa dari mereka menggantungkan penghasilan dari turis asing yang datang melaksanakan haji.

“Kami tidak memiliki pekerjaan, tidak ada pendapatan, tidak ada apa pun. Biasanya kami meraup cukup uang selama haji,’’ ujar Sajjad, dilansir CNN, sambil meratapi buku daftar pelanggannya yang kosong.

Salah satu karyawannya, Samiur Rahman, seorang sopir, juga mengatakan kondisi keuangannya kian mengering. Dia pun mengaku rindu melihat lautan jamaah haji yang memadati jalan raya berbalutkan kain putih. Saat ini jalanan tampak lengang. Hanya burung-burung merpati yang mengisi kekosongan aspal Mekkah. (Baca: Tiba di Mina, Jamah Mulai Laksanakan Ibadah haji)



“Kami kelaparan. Kami kini tidur empat hingga lima orang di satu kamar yang seharusnya diisi dua orang,” ujar Samiur. Sajjad sendiri mengaku tidak sanggup untuk membantu 50 karyawannya. “Saya lalu bertanya apakah mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah. Mereka mengatakan tidak.”

Mazen Al-Sudairi, kepala riset lembaga keuangan Al-Rajhi Capital, mengakui keterpurukan tersebut. Dia mengungkapkan, Mekkah dan Madinah akan kehilangan pendapatan sekitar USD9–12 miliar pada musim haji tahun ini. Pemerintah Arab Saudi sudah mencoba membantu pengusaha menengah dan kecil. Namun, proses pemulihannya masih belum optimal.

Bukan hanya masyarakat Saudi yang terdampak. Pebisnis yang selama ini terkait langsung dengan dinamika haji dan umroh juga terdampak. Peternak sapi di Kenya yang sering melakukan impor menuju Arab Saudi juga terdampak. Patrick Kimani dari Asosiasi Produsen Peternakan Kenya mengatakan banyak ternaknya yang tidak terjual, sebab permintaan dari Arab Saudi menurun. Padahal, biasanya mereka mengimpor hingga 5.000 sapi selama haji. (Baca juga: Ternyata Jumlah Jamaah Haji Tak Hanya 1.000 tapi 10.000 Orang)

“Kami sekarang mencoba menjualnya di pasar lokal,” ujar Patrick. “Namun, kami tidak dapat menyangkal merasa cemas. Pasalnya, dengan banyaknya pasokan maka harganya akan turun. Semua sapi yang ditawarkan kepada pemborong akan ‘dibuang’ dan dijual dengan harga rendah supaya penjualannya berlangsung cepat.”

Perusahaan agen haji juga berada di ambang kebangkrutan. Shahzad Tajj, pemilik agen haji dan umrah di Pakistan, mengaku roda bisnisnya tidak berputar. Padahal, tahun lalu Pakistan mengirimkan jamaah haji terbanyak ke Arab Saudi. Akhirnya, Shahzad mau tidak mau merampingkan jumlah karyawannya ke titik minimal.

“Pada dasarnya, bisnis kami nol besar,” ujar Shahzad. “Bahkan, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan traveling tidak berjalan, mulai logistik hingga penerbangan. Kami benar-benar tidak siap untuk menghadapi krisis ini. Akhirnya kami terpaksa menjual aset, mobil, dan properti yang kami miliki demi bertahan.”

Seperti diketahui, musim haji tahun ini berlangsung berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain jumlah jamaah dibatasi sekitar 1.000 orang, hanya warga Arab Saudi dan ekspatriat yang berkesempatan mengikuti pelaksanaan ziarah Islam tahunan tersebut. (Baca juga: Permintaan Maaf Mendikbud Harus Diikuti Kebijakan Positif)

Seluruh jamaah juga diwajibkan mengenakan masker, menjalani pemeriksaan suhu tubuh, menjalani pemeriksaan kesehatan, dan melalui isolasi sebelum dan sesudah menjalani ibadah haji. Menteri Urusan Haji Arab Saudi Mohammed Saleh Binten mengatakan bahwa jamaah akan dikarantina di rumah dan di hotel.

“Jamaah haji akan dikarantina di rumah mereka dan di hotel selama empat hari sebelum melaksanakan ibadah haji,” ujar Saleh, dikutip Reuters. Selain itu, jamaah haji tidak boleh minum langsung dari sumur zamzam. Selama lempar jumrah ke tiga tiang di jembatan jumrah, Mina, semua batu juga harus sudah steril.

Peraturan itu merupakan bagian dari program pencegahan dan pengendalian penyakit Arab Saudi, terkait mewabahnya virus korona Covid-19 yang menjangkiti hampir 17 juta orang di seluruh dunia sejak Januari silam. Arab Saudi sendiri mencatat lebih dari 279.000 kasus dengan angka kematian 3.000 orang.

Ibadah haji tahun ini benar-benar berbeda dengan ibadah haji pada sebelum-sebelumnya,” ujar Saleh, dikutip BBC. “Dengan adanya krisis kesehatan yang ditimbulkan virus Covid-19, langkah pencegahan terpaksa kami ambil untuk memastikan keselamatan dan kemaslahatan umat muslim yang beribadah haji.”

Ekspatriat asal Australia yang berkesempatan mengikuti haji tahun ini, Kehinde Qasim Yusuf, mengatakan bahwa kebijakan pemerintah Arab Saudi sudah tepat. Meski kuotanya dibatasi, Arab Saudi telah memberikan jatah 70% kepada ekspatriat muslim, sedangkan sisanya untuk warga asli Arab Saudi. (Lihat videonya: Akibat Hubungan Arus Pendek Listrik, Gudang Penyimpanan Beras Terbakar)

Ekspatriat keturunan Maroko-Prancis, Sarah Lagdaa, mengatakan bahwa proses pendaftaran dan pemeriksaan kesehatan berlangsung dengan cepat dan mudah. “Seluruh proses ini menunjukkan pemerintah Arab Saudi peduli akan kesehatan jamaah haji. Saya sangat senang dapat mengikuti ibadah haji tahun ini.”

Biasanya ibadah haji diikuti 2,5 juta orang dari seluruh dunia dengan pemasukan ekonomi mencapai USD12 miliar per tahun. Sebanyak 1,8 juta jamaah tersebut berasal dari luar Arab Saudi. Namun dengan adanya pembatasan jamaah menjadi 1.000 orang, perputaran uang tersebut kemungkinan akan turun drastis. (Muh Shamil)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More