Anak Buah Putin Inspeksi Situs Tes Bom Nuklir Terkuat Sejagat Tsar Bomba, Ada Apa?
Selasa, 15 Agustus 2023 - 07:39 WIB
MOSKOW - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu tiba-tiba melakukan inspeksi ke situs tes bom nuklir terkuat di dunia, Tsar Bomba, di Novaya Zemlya, Kutub Utara.
Inspeksi oleh anak buah Presiden Vladimir Putin itu terjadi ketika ketegangan seputar senjata nuklir membara pada titik tertinggi dalam beberapa dasawarsa selama perang Rusia di Ukraina.
Kementerian Pertahanan telah mengonfirmasi inspeksi Shoigu yang berlangsung pekan lalu.
Menurut kementerian tersebut, Shoigu terbang di atas Central Training Ground Rusia bersama Alexey Likhachev, kepala perusahaan nuklir negara; Rosatom.
Central Training Ground adalah tempat lebih dari 130 uji coba senjata nuklir dari tahun 1954 hingga 1990. Itu termasuk tes Tsar Bomba.
Tsar Bomba mampu menghasilkan ledakan 50 megaton atau 3.300 kalinya dari ledakan bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada 1945. Namun Soviet saat itu hanya menguji Tsar Bomba dengan 24,2 megaton atau kurang dari setengah kekuatan potensialnya.
Kementerian Pertahanan Rusia, lebih lanjut, mengatakan Shoigu juga memeriksa pasukan yang dikerahkan di Kutub Utara serta persiapan untuk mempertahankan instalasi yang sangat penting.
Ketegangan nuklir global melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina. Pada Februari 2023, Putin menangguhkan partisipasi Rusia dalam New START Treaty, perjanjian yang membatasi persenjataan nuklir Moskow dan Washington.
Dalam pidatonya kepada warga Rusia, pemimpin Kremlin kemudian mengatakan Rosatom harus siap melanjutkan uji coba nuklir jika Washington melakukannya "lebih dulu".
"Tentu saja, kami tidak akan menjadi yang pertama melakukan ini," kata Putin saat itu. “Tetapi jika Amerika Serikat menguji, maka kami akan melakukannya,” katanya lagi.
"Tidak seorang pun harus berada di bawah ilusi berbahaya bahwa paritas strategis global dapat dihancurkan."
Pada bulan Februari, seorang pejabat Rusia mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa Novaya Zemlya siap untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir, jika perlu.
"Central Training Ground sekarang digunakan untuk melakukan pengujian sampel senjata dan peralatan militer canggih," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Newsweek, Selasa (15/8/2023).
Situs Novaya Zemlya di Kutub Utara telah menjadi tempat uji coba bom nuklir Soviet pada pertengahan 1950-an, dan di sanalah para ilmuwan Soviet meledakkan Tsar Bomba yang terkenal pada tahun 1961, senjata nuklir terbesar dan terkuat di dunia yang pernah diuji coba.
Moratorium kemudian diberlakukan sejak era Perang Dingin, menghentikan uji coba senjata nuklir.
Pada akhir April, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menepis saran bahwa Moskow dapat melanjutkan uji coba nuklir, dengan mengatakan; "Saat ini, semua orang berpegang pada moratorium."
Pada peringatan 25 tahun Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) pada awal April 2023, pemerintah Inggris dan Prancis mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa mereka ingin mengungkapkan keprihatinan mereka atas pengumuman Rusia yang akan memastikan kesiapannya untuk melakukan uji coba nuklir.
"Kami menegaskan kembali pentingnya CTBT, yang telah ditandatangani dan diratifikasi Rusia, dan kepatuhan Rusia terhadap moratorium uji coba nuklirnya," kata London dan Paris.
Pada pertengahan Juni, Putin mengatakan senjata nuklir taktis telah dipindahkan ke Belarusia, setelah Kremlin mengatakan pada Maret bahwa senjata strategis akan dikirim ke negara yang berbatasan dengan Ukraina dan Rusia.
Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines mengatakan kepada anggota Parlemen AS pada Mei 2023 bahwa "sangat tidak mungkin" Moskow akan menggunakan senjata nuklir.
Namun, Presiden AS Joe Biden menggambarkan ancaman penyebaran senjata nuklir taktis Rusia sebagai ancaman nyata.
Inspeksi oleh anak buah Presiden Vladimir Putin itu terjadi ketika ketegangan seputar senjata nuklir membara pada titik tertinggi dalam beberapa dasawarsa selama perang Rusia di Ukraina.
Kementerian Pertahanan telah mengonfirmasi inspeksi Shoigu yang berlangsung pekan lalu.
Menurut kementerian tersebut, Shoigu terbang di atas Central Training Ground Rusia bersama Alexey Likhachev, kepala perusahaan nuklir negara; Rosatom.
Central Training Ground adalah tempat lebih dari 130 uji coba senjata nuklir dari tahun 1954 hingga 1990. Itu termasuk tes Tsar Bomba.
Tsar Bomba mampu menghasilkan ledakan 50 megaton atau 3.300 kalinya dari ledakan bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada 1945. Namun Soviet saat itu hanya menguji Tsar Bomba dengan 24,2 megaton atau kurang dari setengah kekuatan potensialnya.
Kementerian Pertahanan Rusia, lebih lanjut, mengatakan Shoigu juga memeriksa pasukan yang dikerahkan di Kutub Utara serta persiapan untuk mempertahankan instalasi yang sangat penting.
Ketegangan nuklir global melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina. Pada Februari 2023, Putin menangguhkan partisipasi Rusia dalam New START Treaty, perjanjian yang membatasi persenjataan nuklir Moskow dan Washington.
Dalam pidatonya kepada warga Rusia, pemimpin Kremlin kemudian mengatakan Rosatom harus siap melanjutkan uji coba nuklir jika Washington melakukannya "lebih dulu".
"Tentu saja, kami tidak akan menjadi yang pertama melakukan ini," kata Putin saat itu. “Tetapi jika Amerika Serikat menguji, maka kami akan melakukannya,” katanya lagi.
"Tidak seorang pun harus berada di bawah ilusi berbahaya bahwa paritas strategis global dapat dihancurkan."
Pada bulan Februari, seorang pejabat Rusia mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa Novaya Zemlya siap untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir, jika perlu.
"Central Training Ground sekarang digunakan untuk melakukan pengujian sampel senjata dan peralatan militer canggih," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Newsweek, Selasa (15/8/2023).
Situs Novaya Zemlya di Kutub Utara telah menjadi tempat uji coba bom nuklir Soviet pada pertengahan 1950-an, dan di sanalah para ilmuwan Soviet meledakkan Tsar Bomba yang terkenal pada tahun 1961, senjata nuklir terbesar dan terkuat di dunia yang pernah diuji coba.
Moratorium kemudian diberlakukan sejak era Perang Dingin, menghentikan uji coba senjata nuklir.
Pada akhir April, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menepis saran bahwa Moskow dapat melanjutkan uji coba nuklir, dengan mengatakan; "Saat ini, semua orang berpegang pada moratorium."
Pada peringatan 25 tahun Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) pada awal April 2023, pemerintah Inggris dan Prancis mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa mereka ingin mengungkapkan keprihatinan mereka atas pengumuman Rusia yang akan memastikan kesiapannya untuk melakukan uji coba nuklir.
"Kami menegaskan kembali pentingnya CTBT, yang telah ditandatangani dan diratifikasi Rusia, dan kepatuhan Rusia terhadap moratorium uji coba nuklirnya," kata London dan Paris.
Pada pertengahan Juni, Putin mengatakan senjata nuklir taktis telah dipindahkan ke Belarusia, setelah Kremlin mengatakan pada Maret bahwa senjata strategis akan dikirim ke negara yang berbatasan dengan Ukraina dan Rusia.
Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines mengatakan kepada anggota Parlemen AS pada Mei 2023 bahwa "sangat tidak mungkin" Moskow akan menggunakan senjata nuklir.
Namun, Presiden AS Joe Biden menggambarkan ancaman penyebaran senjata nuklir taktis Rusia sebagai ancaman nyata.
(mas)
tulis komentar anda