Hadiri Parade Senjata Korut, Komitmen China atas Resolusi DK PBB Dipertanyakan
Senin, 07 Agustus 2023 - 11:08 WIB
Alasan ketiga adalah strategi Indo-Pasifik AS dan sekutunya. Washington ingin China mematuhi tatanan internasional berbasis aturan sambil mempertahankan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Jika terjadi konflik, ada kekhawatiran China akan memblokir Laut China Selatan yang memfasilitasi lebih dari USD5 triliun perdagangan internasional setiap tahunnya. China memandang seluruh Laut China Selatan sebagai wilayah perlindungannya, dan tidak ingin AS, aliansi Quad, atau kekuatan internasional lainnya, menunjukkan kehadiran militer mereka di sana.
Dalam 10 tahun terakhir, China telah memodernisasi angkatan bersenjatanya dengan memiliki angkatan laut terbesar di dunia berdasarkan ukuran armada—menurut Laporan Layanan Riset Kongres AS 2021—dan angkatan udara operasional terbesar kedua di dunia yang memiliki setidaknya 600 pesawat tempur generasi ke-4 dan sejumlah besar pesawat tempur generasi ke-5 seperti J-20 dan FC-31/J-31.
China masih kekurangan peralatan militer untuk benar-benar menantang AS dan mitranya di kawasan Indo-Pasifik. Performa buruk militer Rusia dalam perangnya melawan pasukan Ukraina terus diamati kepemimpinan militer China, mengingat bahwa Negeri Tirai Bambu belum pernah berperang lagi sejak tahun 1979.
Pertempuran terakhir Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) adalah dengan pasukan Vietnam yang berpengalaman dan bermotivasi tinggi, yang telah berhasil menghancurkan invasi China 40 tahun lalu.
Pada awal 2018, artikel dalam PLA Daily memperingatkan bahwa "perdamaian dan kemakmuran selama beberapa dekade telah memperburuk korupsi dan melemahkan kesiapan angkatan bersenjata China."
Beberapa ahli mengutip kesiapan militer China yang tidak memadai sebagai alasan untuk menekan tombol jeda perihal agresinya di Selat Taiwan. Meski ini adalah masalah analisis, China tidak akan pernah menyukai kekuatan militer Barat memiliki kehadiran yang mendominasi di wilayah tersebut, karena berkaitan erat dalam mekanisme keamanan China.
Semenanjung Korea berbagi perbatasan panjang dengan jantung industri China di provinsi timur laut negara itu. Untuk memastikan bahwa kepentingan strategisnya tidak terancam, China ingin Korea Utara melanjutkan uji coba senjata sebagai mekanisme pencegah agar AS, Jepang, Korea Selatan tetap terkendali.
Oleh karena itu, menurut Lowy Institute, sebuah think tank yang berbasis di Australia, dukungan Beijing untuk Korea Utara akan tetap utuh di masa mendatang karena memang sesuai dengan perhitungan geopolitiknya. Perhatian strategis utamanya adalah menjaga kawasan tersebut dari tangan AS dan juga Quad.
Jika terjadi konflik, ada kekhawatiran China akan memblokir Laut China Selatan yang memfasilitasi lebih dari USD5 triliun perdagangan internasional setiap tahunnya. China memandang seluruh Laut China Selatan sebagai wilayah perlindungannya, dan tidak ingin AS, aliansi Quad, atau kekuatan internasional lainnya, menunjukkan kehadiran militer mereka di sana.
Dalam 10 tahun terakhir, China telah memodernisasi angkatan bersenjatanya dengan memiliki angkatan laut terbesar di dunia berdasarkan ukuran armada—menurut Laporan Layanan Riset Kongres AS 2021—dan angkatan udara operasional terbesar kedua di dunia yang memiliki setidaknya 600 pesawat tempur generasi ke-4 dan sejumlah besar pesawat tempur generasi ke-5 seperti J-20 dan FC-31/J-31.
China masih kekurangan peralatan militer untuk benar-benar menantang AS dan mitranya di kawasan Indo-Pasifik. Performa buruk militer Rusia dalam perangnya melawan pasukan Ukraina terus diamati kepemimpinan militer China, mengingat bahwa Negeri Tirai Bambu belum pernah berperang lagi sejak tahun 1979.
Pertempuran terakhir Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) adalah dengan pasukan Vietnam yang berpengalaman dan bermotivasi tinggi, yang telah berhasil menghancurkan invasi China 40 tahun lalu.
Pada awal 2018, artikel dalam PLA Daily memperingatkan bahwa "perdamaian dan kemakmuran selama beberapa dekade telah memperburuk korupsi dan melemahkan kesiapan angkatan bersenjata China."
Beberapa ahli mengutip kesiapan militer China yang tidak memadai sebagai alasan untuk menekan tombol jeda perihal agresinya di Selat Taiwan. Meski ini adalah masalah analisis, China tidak akan pernah menyukai kekuatan militer Barat memiliki kehadiran yang mendominasi di wilayah tersebut, karena berkaitan erat dalam mekanisme keamanan China.
Semenanjung Korea berbagi perbatasan panjang dengan jantung industri China di provinsi timur laut negara itu. Untuk memastikan bahwa kepentingan strategisnya tidak terancam, China ingin Korea Utara melanjutkan uji coba senjata sebagai mekanisme pencegah agar AS, Jepang, Korea Selatan tetap terkendali.
Oleh karena itu, menurut Lowy Institute, sebuah think tank yang berbasis di Australia, dukungan Beijing untuk Korea Utara akan tetap utuh di masa mendatang karena memang sesuai dengan perhitungan geopolitiknya. Perhatian strategis utamanya adalah menjaga kawasan tersebut dari tangan AS dan juga Quad.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda