Hadiri Parade Senjata Korut, Komitmen China atas Resolusi DK PBB Dipertanyakan
Senin, 07 Agustus 2023 - 11:08 WIB
Setelah perang Ukraina pecah tahun lalu, China dan Rusia telah dituduh oleh Amerika Serikat dan para sekutu Barat-nya sebagai dua negara yang melindungi Korea Utara dari tindakan DK PBB.
Pada Maret 2023, sesuai laporan AP, Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield mengatakan dalam pertemuan DK PBB bahwa elemen "penghalang" dari China dan Rusia adalah sikap keduanya dalam memberikan dorong kepada Korea Utara untuk terus "meluncurkan rudal balistik tanpa hukuman" serta memajukan pengembangan senjata yang lebih canggih dan berbahaya.
Namun apa yang telah menciptakan riak di lingkaran strategis dan diplomatik adalah bahwa China, yang mengeklaim dirinya sebagai kekuatan internasional yang bertanggung jawab, sangat tertarik dengan tampilan ICBM Korea Utara saat parade berlangsung. Rusia telah mengirim Menteri Pertahanan Sergei Shoigu ke parade tersebut, di mana China diwakili Li Hongzhong.
Kedua tamu Korea Utara ini menyerahkan surat dari presiden masing-masing negara, Vladimir Putin dan Xi Jinping, kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Keduanya juga sempat berfoto bersama Kim.
Sejumlah analis memandangnya sebagai dukungan terhadap aktivitas Korea Utara, di mana kegiatan tersebut dinilai bersifat provokatif dan berdampak pada perdamaian serta keamanan kawasan.
Ada beberapa kemungkinan mengapa China tidak ingin mengubah sikap terhadap Korea Utara dan meminta Kim untuk berhenti menciptakan ketegangan di Semenanjung Korea.
Alasan pertama, Presiden Xi Jinping ingin AS dan Eropa, atau seluruh masyarakat internasional, menerima bahwa hanya China yang memiliki kemampuan untuk memimpin tatanan dunia baru. Ia baru-baru ini menjadi perantara kesepakatan damai antara Iran dan Arab Saudi, dua negara yang sempat menjadi rival kuat di Timur Tengah.
Xi menginginkan kepemimpinan global untuk China sebagai imbalan untuk mengakhiri pertikaian antara kedua Korea di Semenanjung. Tapi kemudian, ia dinilai para pakar tidak akan meminta Korea Utara untuk menghentikan uji coba rudal dan senjata nuklir untuk meredakan ketegangan di Semenanjung, sampai China memiliki hubungan yang rusak dengan AS.
Alasan kedua didasarkan pada geopolitik. China ingin Korea Utara menjaga Semenanjung Korea tetap menjadi kuali ketegangan, dan ingin terus menciptakan ketakutan di benak pemerintahan AS, Jepang, dan Korea Selatan tentang keamanan kawasan. Selain itu, Xi menginginkan peran Korea Utara dalam mengalihkan perhatian AS, Jepang, dan Korea Selatan di wilayah tersebut, di saat Beijing sedang mempersiapkan serangan militer ke Taiwan untuk tujuan reunifikasi.
Pada Maret 2023, sesuai laporan AP, Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield mengatakan dalam pertemuan DK PBB bahwa elemen "penghalang" dari China dan Rusia adalah sikap keduanya dalam memberikan dorong kepada Korea Utara untuk terus "meluncurkan rudal balistik tanpa hukuman" serta memajukan pengembangan senjata yang lebih canggih dan berbahaya.
Baca Juga
Namun apa yang telah menciptakan riak di lingkaran strategis dan diplomatik adalah bahwa China, yang mengeklaim dirinya sebagai kekuatan internasional yang bertanggung jawab, sangat tertarik dengan tampilan ICBM Korea Utara saat parade berlangsung. Rusia telah mengirim Menteri Pertahanan Sergei Shoigu ke parade tersebut, di mana China diwakili Li Hongzhong.
Kedua tamu Korea Utara ini menyerahkan surat dari presiden masing-masing negara, Vladimir Putin dan Xi Jinping, kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Keduanya juga sempat berfoto bersama Kim.
Sejumlah analis memandangnya sebagai dukungan terhadap aktivitas Korea Utara, di mana kegiatan tersebut dinilai bersifat provokatif dan berdampak pada perdamaian serta keamanan kawasan.
Ada beberapa kemungkinan mengapa China tidak ingin mengubah sikap terhadap Korea Utara dan meminta Kim untuk berhenti menciptakan ketegangan di Semenanjung Korea.
Alasan pertama, Presiden Xi Jinping ingin AS dan Eropa, atau seluruh masyarakat internasional, menerima bahwa hanya China yang memiliki kemampuan untuk memimpin tatanan dunia baru. Ia baru-baru ini menjadi perantara kesepakatan damai antara Iran dan Arab Saudi, dua negara yang sempat menjadi rival kuat di Timur Tengah.
Xi menginginkan kepemimpinan global untuk China sebagai imbalan untuk mengakhiri pertikaian antara kedua Korea di Semenanjung. Tapi kemudian, ia dinilai para pakar tidak akan meminta Korea Utara untuk menghentikan uji coba rudal dan senjata nuklir untuk meredakan ketegangan di Semenanjung, sampai China memiliki hubungan yang rusak dengan AS.
Alasan kedua didasarkan pada geopolitik. China ingin Korea Utara menjaga Semenanjung Korea tetap menjadi kuali ketegangan, dan ingin terus menciptakan ketakutan di benak pemerintahan AS, Jepang, dan Korea Selatan tentang keamanan kawasan. Selain itu, Xi menginginkan peran Korea Utara dalam mengalihkan perhatian AS, Jepang, dan Korea Selatan di wilayah tersebut, di saat Beijing sedang mempersiapkan serangan militer ke Taiwan untuk tujuan reunifikasi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda