Di Ambang Perang Besar, Negara-negara Afrika Barat Bersiap Invasi Niger
Minggu, 06 Agustus 2023 - 10:37 WIB
NIAMEY - Niger, di bawah kekuasaan junta, di ambang perang besar karena negara-negara Afrika Barat bersiap untuk intervensi militer setelah ultimatumagar mengakhiri kudeta berakhir hari Minggu (6/8/2023).
Para kepala pertahanan negara-negara Afrika Barat telah menyusun rencana aksi militer jika kudeta Niger tidak dibatalkan hari ini.
Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) telah memberikan batas waktu kepada para pemimpin kudeta Niger hingga Minggu untuk mundur dan mengembalikan kekuasaan kepada presiden terpilih, Mohamed Bazoum.
Blok tersebut telah mengambil sikap keras atas pengambilalihan kekuasaan pada 26 Juli lalu, kudeta ketujuh di Afrika Barat dan Tengah sejak 2020.
Mengingat deposit uranium dan minyaknya serta peran penting dalam perang dengan pemberontak Islamis di wilayah Sahel, Niger memiliki kepentingan strategis bagi Amerika Serikat, China, Eropa, dan Rusia.
AS telah menghentikan program bantuan asing tertentu yang menguntungkan pemerintah Niger, tetapi akan terus memberikan bantuan kemanusiaan dan makanan. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Jumat.
Prancis, seperti dikutip Reuters, akan mendukung intervensi militer ECOWAS untuk membuat kudeta gagal, tetapi belum menentukan apakah itu akan memerlukan dukungan militer untuk intervensi.
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna telah bertemu dengan mantan perdana menteri Niger, Ouhoumoudou Mahamadou, dan duta besar Niger di Paris pada hari Sabtu.
Di bawah rencana intervensi, keputusan kapan dan di mana akan menyerang akan dibuat oleh kepala negara dan tidak akan diungkapkan kepada komplotan kudeta. Demikian disampaikan Abdel-Fatau Musah, komisioner urusan politik, perdamaian dan keamanan ECOWAS.
“Semua elemen yang akan digunakan untuk intervensi akhir telah dikerjakan di sini, termasuk sumber daya yang dibutuhkan, bagaimana dan kapan kita akan mengerahkan pasukan,” katanya pada penutupan pertemuan tiga hari di Ibu Kota Nigeria, Abuja.
Pilihan apa pun yang dipilih badan 15 negara itu berisiko menimbulkan konflik lebih lanjut di salah satu wilayah termiskin di dunia, di mana kelompok-kelompok yang terkait dengan ISIS dan al-Qaeda tumbuh subur dalam kekacauan.
Tidak jelas berapa banyak dukungan yang dimiliki blok ECOWAS. Chad, yang bukan bagian dari ECOWAS tetapi pemimpin militernya, Presiden Mahamat Idriss Déby, berperan dalam upaya mediasi untuk krisis Niger minggu ini, mengatakan tidak akan melakukan intervensi militer.
Menteri Pertahanan Chad Jenderal Daoud Yaya Brahim mengatakan kepada televisi nasional pada hari Jumat: "Kami selalu menganjurkan dialog antara warga Niger dan kami tidak akan pernah campur tangan dengan cara militer."
ECOWAS telah memberlakukan sanksi terhadap Niger dan mengirim delegasi ke ibu kotanya, Niamey, pada hari Kamis untuk mencari “resolusi damai”.
Namun seorang sumber di rombongan delegasi mengatakan mereka ditolak mentah-mentah oleh junta Niger.
“Kami ingin diplomasi berhasil, dan kami ingin pesan ini disampaikan dengan jelas kepada mereka bahwa kami memberi mereka setiap kesempatan untuk membalikkan apa yang telah mereka lakukan,” kata Musah.
Presiden Nigeria Bola Tinubu mengatakan kepada pemerintahannya untuk mempersiapkan opsi termasuk penempatan personel militer. Perintahnya itu muncul dalam sebuah surat yang dibacakan kepada senat negara itu pada hari Jumat.
Senegal juga mengatakan akan mengirim pasukan.
Sementara itu, juta Niger mendapat dukungan dari Burkina Faso dan Mali. Selain itu, juta Niger juga dilaporkan telah meminta bantuan kepada tentara bayaran Rusia; Wagner Group.
Para kepala pertahanan negara-negara Afrika Barat telah menyusun rencana aksi militer jika kudeta Niger tidak dibatalkan hari ini.
Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) telah memberikan batas waktu kepada para pemimpin kudeta Niger hingga Minggu untuk mundur dan mengembalikan kekuasaan kepada presiden terpilih, Mohamed Bazoum.
Blok tersebut telah mengambil sikap keras atas pengambilalihan kekuasaan pada 26 Juli lalu, kudeta ketujuh di Afrika Barat dan Tengah sejak 2020.
Mengingat deposit uranium dan minyaknya serta peran penting dalam perang dengan pemberontak Islamis di wilayah Sahel, Niger memiliki kepentingan strategis bagi Amerika Serikat, China, Eropa, dan Rusia.
AS telah menghentikan program bantuan asing tertentu yang menguntungkan pemerintah Niger, tetapi akan terus memberikan bantuan kemanusiaan dan makanan. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Jumat.
Prancis, seperti dikutip Reuters, akan mendukung intervensi militer ECOWAS untuk membuat kudeta gagal, tetapi belum menentukan apakah itu akan memerlukan dukungan militer untuk intervensi.
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna telah bertemu dengan mantan perdana menteri Niger, Ouhoumoudou Mahamadou, dan duta besar Niger di Paris pada hari Sabtu.
Di bawah rencana intervensi, keputusan kapan dan di mana akan menyerang akan dibuat oleh kepala negara dan tidak akan diungkapkan kepada komplotan kudeta. Demikian disampaikan Abdel-Fatau Musah, komisioner urusan politik, perdamaian dan keamanan ECOWAS.
“Semua elemen yang akan digunakan untuk intervensi akhir telah dikerjakan di sini, termasuk sumber daya yang dibutuhkan, bagaimana dan kapan kita akan mengerahkan pasukan,” katanya pada penutupan pertemuan tiga hari di Ibu Kota Nigeria, Abuja.
Pilihan apa pun yang dipilih badan 15 negara itu berisiko menimbulkan konflik lebih lanjut di salah satu wilayah termiskin di dunia, di mana kelompok-kelompok yang terkait dengan ISIS dan al-Qaeda tumbuh subur dalam kekacauan.
Tidak jelas berapa banyak dukungan yang dimiliki blok ECOWAS. Chad, yang bukan bagian dari ECOWAS tetapi pemimpin militernya, Presiden Mahamat Idriss Déby, berperan dalam upaya mediasi untuk krisis Niger minggu ini, mengatakan tidak akan melakukan intervensi militer.
Menteri Pertahanan Chad Jenderal Daoud Yaya Brahim mengatakan kepada televisi nasional pada hari Jumat: "Kami selalu menganjurkan dialog antara warga Niger dan kami tidak akan pernah campur tangan dengan cara militer."
ECOWAS telah memberlakukan sanksi terhadap Niger dan mengirim delegasi ke ibu kotanya, Niamey, pada hari Kamis untuk mencari “resolusi damai”.
Namun seorang sumber di rombongan delegasi mengatakan mereka ditolak mentah-mentah oleh junta Niger.
“Kami ingin diplomasi berhasil, dan kami ingin pesan ini disampaikan dengan jelas kepada mereka bahwa kami memberi mereka setiap kesempatan untuk membalikkan apa yang telah mereka lakukan,” kata Musah.
Presiden Nigeria Bola Tinubu mengatakan kepada pemerintahannya untuk mempersiapkan opsi termasuk penempatan personel militer. Perintahnya itu muncul dalam sebuah surat yang dibacakan kepada senat negara itu pada hari Jumat.
Senegal juga mengatakan akan mengirim pasukan.
Sementara itu, juta Niger mendapat dukungan dari Burkina Faso dan Mali. Selain itu, juta Niger juga dilaporkan telah meminta bantuan kepada tentara bayaran Rusia; Wagner Group.
(mas)
tulis komentar anda