5 Fakta Pemilu Negara Bagian di Malaysia, antara Mengumbar Janji dan Menjual Retorika Agama-Ras

Rabu, 02 Agustus 2023 - 21:35 WIB
Direktur BowerGroup Asia Asrul Hadi Abdullah Sani mengatakan kepada CNA bahwa sementara debat kebijakan dan analisis janji pemilu harus menjadi bagian inti dari kampanye, dia mengakui bahwa kenyataannya sangat berbeda.

“Sayangnya, debat dan wacana kebijakan bukanlah norma dalam kampanye pemilu. Itu sebabnya partai politik perlu turun ke lapangan dan memastikan manifestonya diterjemahkan ke setiap lapisan masyarakat,” ujar Asrul.

“Sangat tidak mungkin mayoritas pemilih akan memutuskan berdasarkan manifesto masing-masing melainkan pada kepribadian dan retorika emosional,” tambahnya.

Analis politik James Chin, Profesor Studi Asia di University of Tasmania dan Rekan Senior di Institut Jeffrey Cheah di Asia Tenggara, menggemakan sentimen serupa.

Dia mengatakan kepada CNA: “Manifesto pemilu tidak penting dalam skema keseluruhan dalam politik Malaysia. Orang-orang hanya melihat halaman depan surat kabar dan mempertimbangkan berita utama yang besar tetapi bukan detail spesifik dari manifesto tersebut.

2. Permainan Emosi Lebih Utama

sindopict-0YTxzpno79a


Foto/CNA

Lim Guan Eng, ketua partai komponen PH Partai Aksi Demokratik (DAP), mengakui bahwa berbicara tentang program ekonomi “tidak begitu menarik bagi pemilih dibandingkan dengan pidato berapi-api yang menyentuh ras dan agama”.

Namun, mantan menteri keuangan Malaysia dan mantan kepala menteri Penang menyatakan bahwa itu adalah langkah yang tepat bagi PH-BN untuk mencatat janji pemilu.

“Pada akhirnya, Anda berbicara tentang batu bata dan mortir. Perekonomian, negara dibangun di atas batu bata dan mortir, selangkah demi selangkah, dengan susah payah dan rajin. Jadi ini adalah sesuatu yang akan dilakukan oleh pemerintah yang bertanggung jawab,” katanya kepada CNA.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!