Bagaimana Pejuang Palestina di Jenin Membodohi Israel? Begini Caranya
Kamis, 20 Juli 2023 - 18:07 WIB
“Kekuatan kami tidak tinggi dan sederhana. Pemuda kami mencoba memanfaatkan apa yang mereka miliki, tetapi itu tidak sebanding dengan kekuatan Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat,” ucapnya.
Terlepas dari kerusakan yang meluas pada rumah dan jalan yang disebabkan oleh pasukan Israel selama serangan dua hari itu, banyak penduduk mengatakan mereka senang melihat para pejuang berkeliaran di jalan-jalan kamp keesokan paginya.
“Semua bangunan, furnitur, rumah, mobil – semua itu bisa diganti. Yang paling penting adalah para pejuang selamat,” kata seorang warga setempat, Mutee al-Saadi, kepada Al Jazeera.
Warga lainnya, Amany Abdullah (bukan nama sebenarnya), mengatakan: “Kami sangat takut dengan para pejuang kami. Tapi syukurlah, mereka semua selamat.”
“Ketika mereka (para pejuang) mulai muncul keesokan harinya, seolah-olah saya melihat anak saya,” kata Amany, yang mengatakan bahwa putranya adalah anggota Brigade dan dibunuh oleh Israel dalam beberapa bulan terakhir.
“Peperangan belum berakhir,” katanya kepada Al Jazeera.
“Ini adalah putra-putra kami. Mereka berjuang tanpa makanan dan air selama 48 jam. Namun, ada keheningan total. Sampai kapan kita akan hidup seperti ini?” lanjut Amany.
Sementara itu, warga lain bernama Bassem Tahayneh (41) mengatakan penyerangan di kamp tersebut tidak menantang tekad warga.
“Apa yang mereka lakukan kepada kami mendorong kami untuk melakukan lebih dari ini, dan agar perlawanan menjadi lebih kuat,” kata Tahayneh kepada Al Jazeera dari rumahnya di kamp pada pagi hari setelah pasukan Israel mundur.
Israel Dipermalukan
Terlepas dari kerusakan yang meluas pada rumah dan jalan yang disebabkan oleh pasukan Israel selama serangan dua hari itu, banyak penduduk mengatakan mereka senang melihat para pejuang berkeliaran di jalan-jalan kamp keesokan paginya.
“Semua bangunan, furnitur, rumah, mobil – semua itu bisa diganti. Yang paling penting adalah para pejuang selamat,” kata seorang warga setempat, Mutee al-Saadi, kepada Al Jazeera.
Warga lainnya, Amany Abdullah (bukan nama sebenarnya), mengatakan: “Kami sangat takut dengan para pejuang kami. Tapi syukurlah, mereka semua selamat.”
“Ketika mereka (para pejuang) mulai muncul keesokan harinya, seolah-olah saya melihat anak saya,” kata Amany, yang mengatakan bahwa putranya adalah anggota Brigade dan dibunuh oleh Israel dalam beberapa bulan terakhir.
“Peperangan belum berakhir,” katanya kepada Al Jazeera.
“Ini adalah putra-putra kami. Mereka berjuang tanpa makanan dan air selama 48 jam. Namun, ada keheningan total. Sampai kapan kita akan hidup seperti ini?” lanjut Amany.
Sementara itu, warga lain bernama Bassem Tahayneh (41) mengatakan penyerangan di kamp tersebut tidak menantang tekad warga.
“Apa yang mereka lakukan kepada kami mendorong kami untuk melakukan lebih dari ini, dan agar perlawanan menjadi lebih kuat,” kata Tahayneh kepada Al Jazeera dari rumahnya di kamp pada pagi hari setelah pasukan Israel mundur.
tulis komentar anda