Hubungan Retak, Mohammed bin Salman Ancam Blokade UEA Lebih Buruk dari Qatar
Kamis, 20 Juli 2023 - 02:59 WIB
RIYADH - Hubungan Kerajaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) diam-diam telah retak selama beberapa bulan terakhir. Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) telah mengancam akan memblokade tetangga Teluk-nya itu lebih buruk daripada yang pernah dilakukan terhadap Qatar.
Mengutip laporan The Wall Street Journal (WSJ), Kamis (20/7/2023), hubungan Pangeran MBS dengan Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan—dikenal sebagai MBZ—retak karena perbedaan kebijakan regional dan batasan OPEC.
Dalam pengarahan off-the-record pada bulan Desember lalu, Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah mengirim daftar tuntutan ke Abu Dhabi, dan memperingatkan bahwa Arab Saudi akan mengambil tindakan hukuman terhadap sekutu regionalnya itu jika UEA terus melemahkan kerajaan di kawasan regional.
“Ini akan lebih buruk dari apa yang saya lakukan dengan Qatar,” katanya sebagaimana ditirukan oleh orang-orang yang menghadiri pertemuan tersebut.
Pada 2017, Riyadh memimpin embargo diplomatik terhadap Doha, yang diperkuat oleh blokade ekonomi, selama lebih dari tiga tahun, dengan dukungan Abu Dhabi dan Bahrain. Hubungan antara Arab Saudi dan Qatar baru dipulihkan pada tahun 2021.
Menurut sumber WSJ, Pangeran MBS dan MBZ telah terkunci dalam perebutan kekuasaan saat mereka bersaing untuk mendapatkan dominasi di wilayah Teluk Persia, dan belum berbicara selama lebih dari enam bulan.
Mohammed bin Salman mengatakan kepada wartawan Saudi dalam pengarahan; "UEA telah “menikam kami dari belakang”. "Mereka akan melihat apa yang bisa saya lakukan," ujarnya.
Keretakan ini mencerminkan persaingan yang lebih luas untuk mendapatkan pengaruh geopolitik dan ekonomi di Timur Tengah dan pasar minyak global, yang diperparah oleh berkurangnya keterlibatan Amerika Serikat di wilayah tersebut.
Mengutip laporan The Wall Street Journal (WSJ), Kamis (20/7/2023), hubungan Pangeran MBS dengan Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan—dikenal sebagai MBZ—retak karena perbedaan kebijakan regional dan batasan OPEC.
Dalam pengarahan off-the-record pada bulan Desember lalu, Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah mengirim daftar tuntutan ke Abu Dhabi, dan memperingatkan bahwa Arab Saudi akan mengambil tindakan hukuman terhadap sekutu regionalnya itu jika UEA terus melemahkan kerajaan di kawasan regional.
“Ini akan lebih buruk dari apa yang saya lakukan dengan Qatar,” katanya sebagaimana ditirukan oleh orang-orang yang menghadiri pertemuan tersebut.
Pada 2017, Riyadh memimpin embargo diplomatik terhadap Doha, yang diperkuat oleh blokade ekonomi, selama lebih dari tiga tahun, dengan dukungan Abu Dhabi dan Bahrain. Hubungan antara Arab Saudi dan Qatar baru dipulihkan pada tahun 2021.
Menurut sumber WSJ, Pangeran MBS dan MBZ telah terkunci dalam perebutan kekuasaan saat mereka bersaing untuk mendapatkan dominasi di wilayah Teluk Persia, dan belum berbicara selama lebih dari enam bulan.
Mohammed bin Salman mengatakan kepada wartawan Saudi dalam pengarahan; "UEA telah “menikam kami dari belakang”. "Mereka akan melihat apa yang bisa saya lakukan," ujarnya.
Keretakan ini mencerminkan persaingan yang lebih luas untuk mendapatkan pengaruh geopolitik dan ekonomi di Timur Tengah dan pasar minyak global, yang diperparah oleh berkurangnya keterlibatan Amerika Serikat di wilayah tersebut.
tulis komentar anda