Pria China Serang Taman Kanak-kanak, 6 Tewas Termasuk 3 Anak-anak
Senin, 10 Juli 2023 - 23:59 WIB
BEIJING - Enam orang termasuk tiga anak tewas dalam aksi penikaman di taman kanak-kanak di Lianjiang, provinsi Guangdong, China tenggara. Polisi mengatakan mereka telah menangkap seorang pria berusia 25 tahun dengan nama keluarga Wu.
Mengutip seorang pejabat setempat, AFP melaporkan korban lainnya adalah seorang guru dan dua orang tua. Satu orang juga terluka.
Polisi menyebut insiden ini sebagai kasus "penyerangan yang disengaja" tetapi tidak merinci kemungkinan motifnya.
Serangan itu terjadi pada Senin (10/7/2023) pukul 07:40 waktu setempat, tepat ketika para orang tua mengantar anak-anak mereka ke kelas musim panas. Pria tersebut ditangkap pada pukul 08.00.
Seorang pemilik toko yang bekerja di dekat taman kanak-kanak tersebut mengatakan kepada BBC bahwa daerah sekitarnya telah ditutup.
Lianjiang memiliki populasi sekitar 1,87 juta.
Saat video serangan itu tersebar di media sosial China, peristia itu memicu kemarahan dan keterkejutan.
Penusukan juga cocok dengan pola yang sangat familiar. Senjata api dilarang di China tetapi negara itu telah mengalami serentetan serangan pisau dalam beberapa tahun terakhir, meskipun ada juga satu insiden di mana penyerang menggunakan semprotan kimia untuk melukai 50 anak di ruang kelas.
BBC telah menghitung setidaknya 17 serangan pisau di sekolah, perguruan tinggi dan universitas sejak 2010. Sepuluh di antaranya terjadi antara 2018 dan 2023.
Pada Agustus tahun lalu, seorang penyerang bersenjatakan pisau menyerbu sebuah taman kanak-kanak di provinsi Jiangxi tenggara, menewaskan tiga orang dan melukai enam lainnya.
Pada April 2021, dua anak tewas sementara 16 lainnya luka-luka dalam penusukan massal di Kota Beiliu, di wilayah otonomi Guangxi Zhuang.
Pada Oktober 2018, 14 anak terluka dalam serangan pisau di taman kanak-kanak di Chongqing, China barat daya.
Dalam sebagian besar kasus ini, pelakunya adalah laki-laki dan telah mengungkapkan dendam terhadap masyarakat. Pola serupa terlihat dalam pembunuhan massal di negara lain, dari AS hingga Jepang. Tetapi para ahli mengatakan mungkin ada beberapa alasan tambahan untuk peningkatan penikaman massal di China.
Mereka yakin pandemi Covid-19, yang memaksa kota-kota di China mengalami lockdown terlama dan terberat di dunia, bisa menjadi salah satu alasannya. Efek sampingnya belum dipahami dengan baik, tetapi dapat mencakup perasaan marah dan dendam, serta melibatkan hilangnya pekerjaan, investasi, dan hubungan.
Faktor lain yang mungkin dikutip adalah stres yang tinggi dan harapan yang tinggi pada pria muda di masyarakat China. Hal ini diperparah oleh tingginya tingkat pengangguran kaum muda dan melebarnya jurang kaya-miskin. Seorang ahli mengatakan kepada BBC bahwa rasa "kekurangan sosial" yang kuat dapat menyebabkan beberapa orang menggunakan kekerasan untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka terhadap masyarakat.
Pihak berwenang China telah meningkatkan keamanan di sekitar sekolah sejak 2010. Tahun itu, Kementerian Keamanan Publik telah mendesak pihak berwenang setempat untuk "menindak tegas" kegiatan kriminal untuk memastikan keselamatan guru dan siswa.
Setelah serangan April 2021, Kementerian Pendidikan China juga mengamanatkan latihan evakuasi darurat di sekolah.
Khawatir akan serangan peniru, Beijing juga tidak mengizinkan media pemerintah untuk mempublikasikan rincian lengkap insiden hari Senin di taman kanak-kanak tersebut.
Mengutip seorang pejabat setempat, AFP melaporkan korban lainnya adalah seorang guru dan dua orang tua. Satu orang juga terluka.
Polisi menyebut insiden ini sebagai kasus "penyerangan yang disengaja" tetapi tidak merinci kemungkinan motifnya.
Serangan itu terjadi pada Senin (10/7/2023) pukul 07:40 waktu setempat, tepat ketika para orang tua mengantar anak-anak mereka ke kelas musim panas. Pria tersebut ditangkap pada pukul 08.00.
Seorang pemilik toko yang bekerja di dekat taman kanak-kanak tersebut mengatakan kepada BBC bahwa daerah sekitarnya telah ditutup.
Lianjiang memiliki populasi sekitar 1,87 juta.
Saat video serangan itu tersebar di media sosial China, peristia itu memicu kemarahan dan keterkejutan.
Penusukan juga cocok dengan pola yang sangat familiar. Senjata api dilarang di China tetapi negara itu telah mengalami serentetan serangan pisau dalam beberapa tahun terakhir, meskipun ada juga satu insiden di mana penyerang menggunakan semprotan kimia untuk melukai 50 anak di ruang kelas.
BBC telah menghitung setidaknya 17 serangan pisau di sekolah, perguruan tinggi dan universitas sejak 2010. Sepuluh di antaranya terjadi antara 2018 dan 2023.
Pada Agustus tahun lalu, seorang penyerang bersenjatakan pisau menyerbu sebuah taman kanak-kanak di provinsi Jiangxi tenggara, menewaskan tiga orang dan melukai enam lainnya.
Pada April 2021, dua anak tewas sementara 16 lainnya luka-luka dalam penusukan massal di Kota Beiliu, di wilayah otonomi Guangxi Zhuang.
Pada Oktober 2018, 14 anak terluka dalam serangan pisau di taman kanak-kanak di Chongqing, China barat daya.
Dalam sebagian besar kasus ini, pelakunya adalah laki-laki dan telah mengungkapkan dendam terhadap masyarakat. Pola serupa terlihat dalam pembunuhan massal di negara lain, dari AS hingga Jepang. Tetapi para ahli mengatakan mungkin ada beberapa alasan tambahan untuk peningkatan penikaman massal di China.
Mereka yakin pandemi Covid-19, yang memaksa kota-kota di China mengalami lockdown terlama dan terberat di dunia, bisa menjadi salah satu alasannya. Efek sampingnya belum dipahami dengan baik, tetapi dapat mencakup perasaan marah dan dendam, serta melibatkan hilangnya pekerjaan, investasi, dan hubungan.
Faktor lain yang mungkin dikutip adalah stres yang tinggi dan harapan yang tinggi pada pria muda di masyarakat China. Hal ini diperparah oleh tingginya tingkat pengangguran kaum muda dan melebarnya jurang kaya-miskin. Seorang ahli mengatakan kepada BBC bahwa rasa "kekurangan sosial" yang kuat dapat menyebabkan beberapa orang menggunakan kekerasan untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka terhadap masyarakat.
Pihak berwenang China telah meningkatkan keamanan di sekitar sekolah sejak 2010. Tahun itu, Kementerian Keamanan Publik telah mendesak pihak berwenang setempat untuk "menindak tegas" kegiatan kriminal untuk memastikan keselamatan guru dan siswa.
Setelah serangan April 2021, Kementerian Pendidikan China juga mengamanatkan latihan evakuasi darurat di sekolah.
Khawatir akan serangan peniru, Beijing juga tidak mengizinkan media pemerintah untuk mempublikasikan rincian lengkap insiden hari Senin di taman kanak-kanak tersebut.
(ian)
tulis komentar anda