Remaja Ditembak Mati Polisi, Macron: Tidak Dapat Dimaafkan

Rabu, 28 Juni 2023 - 23:34 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam penembakan fatal terhadap remaja berusia 17 tahun, menyebutnya tidak dapat dimaafkan. Foto/Ilustrasi
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam penembakan terhadap seorang remaja oleh polisi. Ia menyebutnya tidak dapat dimaafkan dan tidak ada yang membenarkan kematian seorang remaja.

Komentar Macron muncul setelah protes atas pembunuhan itu mencengkeram wilayah Paris semalam.

Seorang petugas polisi sedang diselidiki atas pembunuhan karena menembak seorang remaja, yang berasal dari Afrika Utara. Jaksa mengatakan korban gagal mematuhi perintah untuk menghentikan mobilnya pada Senin pagi.



Kementerian Dalam Negeri Prancis menyerukan semua pihak untuk tenang setelah setidaknya 31 orang ditangkap dalam bentrokan semalam, terutama di pinggiran Paris, Nanterre, tempat korban tinggal, dengan pemuda membakar mobil dan menembakkan kembang api ke arah polisi, yang menyemprot orang dengan gas air mata.

"Kami memiliki seorang remaja yang terbunuh, itu tidak dapat dijelaskan dan dimaafkan," kata Macron kepada wartawan di Marseille.

"Tidak ada yang membenarkan kematian seorang pemuda," tegasnya, sebelum meminta pengadilan untuk melakukan tugasnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (28/6/2023).

Kelompok HAM menuduh rasisme sistemik di dalam lembaga penegak hukum di Prancis, tuduhan yang sebelumnya dibantah oleh Macron.



Sebuah video yang dibagikan di media sosial, diverifikasi oleh Reuters, menunjukkan dua petugas polisi di samping mobil, sebuah Mercedes AMG, dengan satu orang menembak pengemudi saat mobil itu menjauh. Dia kemudian meninggal karena luka-lukanya, kata jaksa setempat.

"Anda memiliki video yang sangat jelas: seorang petugas polisi membunuh seorang pemuda berusia 17 tahun. Kami dapat melihat bahwa penembakan itu tidak sesuai aturan," kata Yassine Bouzrou, pengacara keluarga tersebut.

Pihak keluarga korban telah mengajukan tuntutan hukum terhadap petugas atas pembunuhan, keterlibatan dalam pembunuhan dan kesaksian palsu, kata pengacara tersebut.

Dalam sebuah video yang dibagikan di TikTok, seorang wanita yang diidentifikasi sebagai ibu korban menyerukan pawai peringatan di Nanterre pada hari Kamis.

"Semua orang datang, kami akan memimpin pemberontakan untuk anakku," katanya.

Sementara itu anggota parlemen Prancis mengheningkan cipta selama satu menit di Majelis Nasional, di mana Perdana Menteri Elisabeth Borne mengatakan penembakan itu tampak jelas tidak sesuai dengan aturan.

Juru bicara kepolisian nasional mengatakan pembunuhan pada Selasa itu sejauh ini adalah penembakan fatal ketiga saat pemberhentian lalu lintasdi Prancis pada 2023, turun dari rekor tahun lalu 13.



Menurut penghitungan Reuters, ada tiga pembunuhan seperti itu pada 2021 dan dua pada 2020, yang menunjukkan mayoritas korban sejak 2017 adalah orang kulit hitam atau keturunan Arab.

Ombudsman hak asasi manusia Prancis telah membuka penyelidikan atas kematian tersebut, penyelidikan keenam atas insiden serupa pada tahun 2022 dan 2023.

Pernyataan Macron sangat jujur di negara di mana politisi senior sering enggan mengkritik polisi karena masalah keamanan pemilih.

Dia telah menghadapi kritik dari saingan yang menuduhnya bersikap lunak terhadap pengedar narkoba dan penjahat kecil dan telah menerapkan kebijakan yang bertujuan untuk membatasi kejahatan perkotaan, termasuk otoritas yang lebih besar bagi polisi untuk mengeluarkan denda.

Setelah kerusuhan semalam, Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan 2.000 polisi telah dikerahkan di wilayah Paris.

Jalanan Nanterre tampak tenang pada Rabu pagi dan Fatima, seorang warga, berharap tidak akan ada lagi kekerasan.

"Untuk memberontak seperti yang kita lakukan kemarin tidak akan mengubah banyak hal, kita perlu berdiskusi dan berbicara," katanya.

(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More