Terungkap, Putin Berupaya Habisi Pembelot Rusia di Amerika Serikat
Rabu, 21 Juni 2023 - 02:07 WIB
Sesuai dengan upaya administrasi Barack Obama—presiden AS saat itu—untuk mengatur ulang hubungan, sebuah kesepakatan dicapai untuk meredakan ketegangan: sepuluh dari 11 mata-mata ditangkap dan diusir ke Rusia.
Sebagai gantinya, Moskow membebaskan empat tahanan Rusia, termasuk Sergei Skripal, mantan kolonel di dinas intelijen militer yang dihukum pada 2006 karena menjual rahasia ke Inggris.
Tawaran untuk membunuh Poteyev terungkap dalam edisi Inggris dari buku "Spies: The Epic Intelligence War Between East and West",yang akan diterbitkan oleh penerbit Little, Brown and Company pada 29 Juni.
Buku ini ditulis oleh Calder Walton, seorang sarjana keamanan nasional dan intelijen di Harvard. The New York Times secara independen mengonfirmasi pekerjaannya dan melaporkan untuk pertama kalinya tentang dampak pahit dari operasi tersebut, termasuk tindakan pembalasan yang terjadi setelah terungkap.
Menurut buku Walton, seorang pejabat Kremlin menegaskan bahwa pembunuh bayaran hampir pasti akan memburu Poteyev. Ramón Mercader, seorang agen Josef Stalin, menyelinap ke ruang kerja Leon Trotsky di Mexico City pada tahun 1940 dan menancapkan kapak es ke kepalanya. Berdasarkan wawancara dengan dua pejabat intelijen AS, Walton menyimpulkan bahwa operasi tersebut adalah awal dari "Mercader modern" yang dikirim untuk membunuh Poteyev.
Menurut seorang mantan pejabat intelijen,Rusia telah lama menggunakan pembunuh untuk membungkam mereka yanag dianggap sebagai musuh. Salah satu yang paling terkenal di markas SVR di Moskow adalah Kolonel Grigory Mairanovsky, seorang ahli biokimia yang bereksperimen dengan racun mematikan.
Putin, seorang mantan perwira KGB, tidak merahasiakan kebenciannya yang mendalam terhadap para pembelot di antara jajaran intelijen, terutama mereka yang membantu Barat.
Peracunan Skripal di tangan agen-agen Rusia di Salisbury, Inggris, pada 2018 menandakan peningkatan taktik Moskow dan meningkatkan kekhawatiran bahwa mereka tidak akan ragu untuk melakukan hal yang sama di pantai Amerika.
Serangan itu, yang menggunakan agen saraf untuk membuat Skripal dan putrinya sakit, memicu gelombang pengusiran diplomatik di seluruh dunia ketika Inggris menggalang dukungan sekutunya dalam upaya mengeluarkan tanggapan yang kuat.
Insiden tersebut memicu alarm di dalam CIA, di mana para pejabat khawatir mantan mata-mata yang telah pindah ke Amerika Serikat, seperti Poteyev, akan segera menjadi sasaran.
Sebagai gantinya, Moskow membebaskan empat tahanan Rusia, termasuk Sergei Skripal, mantan kolonel di dinas intelijen militer yang dihukum pada 2006 karena menjual rahasia ke Inggris.
Tawaran untuk membunuh Poteyev terungkap dalam edisi Inggris dari buku "Spies: The Epic Intelligence War Between East and West",yang akan diterbitkan oleh penerbit Little, Brown and Company pada 29 Juni.
Buku ini ditulis oleh Calder Walton, seorang sarjana keamanan nasional dan intelijen di Harvard. The New York Times secara independen mengonfirmasi pekerjaannya dan melaporkan untuk pertama kalinya tentang dampak pahit dari operasi tersebut, termasuk tindakan pembalasan yang terjadi setelah terungkap.
Menurut buku Walton, seorang pejabat Kremlin menegaskan bahwa pembunuh bayaran hampir pasti akan memburu Poteyev. Ramón Mercader, seorang agen Josef Stalin, menyelinap ke ruang kerja Leon Trotsky di Mexico City pada tahun 1940 dan menancapkan kapak es ke kepalanya. Berdasarkan wawancara dengan dua pejabat intelijen AS, Walton menyimpulkan bahwa operasi tersebut adalah awal dari "Mercader modern" yang dikirim untuk membunuh Poteyev.
Menurut seorang mantan pejabat intelijen,Rusia telah lama menggunakan pembunuh untuk membungkam mereka yanag dianggap sebagai musuh. Salah satu yang paling terkenal di markas SVR di Moskow adalah Kolonel Grigory Mairanovsky, seorang ahli biokimia yang bereksperimen dengan racun mematikan.
Putin, seorang mantan perwira KGB, tidak merahasiakan kebenciannya yang mendalam terhadap para pembelot di antara jajaran intelijen, terutama mereka yang membantu Barat.
Peracunan Skripal di tangan agen-agen Rusia di Salisbury, Inggris, pada 2018 menandakan peningkatan taktik Moskow dan meningkatkan kekhawatiran bahwa mereka tidak akan ragu untuk melakukan hal yang sama di pantai Amerika.
Serangan itu, yang menggunakan agen saraf untuk membuat Skripal dan putrinya sakit, memicu gelombang pengusiran diplomatik di seluruh dunia ketika Inggris menggalang dukungan sekutunya dalam upaya mengeluarkan tanggapan yang kuat.
Insiden tersebut memicu alarm di dalam CIA, di mana para pejabat khawatir mantan mata-mata yang telah pindah ke Amerika Serikat, seperti Poteyev, akan segera menjadi sasaran.
Lihat Juga :
tulis komentar anda