Tak Peduli Korut Murka, Kapal Selam Tenaga Nuklir AS Tiba di Korsel
Sabtu, 17 Juni 2023 - 10:29 WIB
SEOUL - Kapal selam rudal jelajah bertenaga nuklir Amerika Serikat (AS) USS Michigan berlabuh di Busan, Korea Selatan (Korsel) untuk pertama kalinya dalam enam tahun pada Jumat (16/6/2023).
Langkah tersebut setelah uji coba rudal Korea Utara (Korut) baru-baru ini. Hal itu sejalan dengan kesepakatan yang dicapai antara Washington dan Seoul pada April untuk meningkatkan visibilitas strategis AS di Semenanjung Korea.
Ini tidak mengherankan, mengingat lokasinya yang strategis dan tindakan penyeimbangan yang halus yang dimainkan negara adidaya selama dan setelah Perang Dingin.
Kawasan itu telah menjadi sarang ketegangan, dengan Korea Utara di satu sisi dan Korea Selatan di sisi lain yang mendapat perlindungan Amerika Serikat.
AS telah mempertahankan kehadiran militer yang signifikan di semenanjung itu sejak akhir Perang Korea pada 1953, dipandang sebagai pencegah dan sinyal komitmen terhadap sekutu Korea Selatannya.
Perkembangan terkini telah meningkatkan ketegangan ini lebih jauh. Dalam unjuk kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya baru-baru ini, AS dan Korea Selatan telah terlibat dalam latihan militer berskala besar yang telah menarik perhatian dan kecaman internasional.
Latihan militer itu semakin mempertegang hubungan di Semenanjung Korea. Latihan tembakan langsung yang dilakukan AS dan Korea Selatan menandakan perubahan yang tegas dan mungkin agresif dalam pendekatan mereka terhadap Korea Utara.
Aksi militer tersebut, yang dipimpin Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, menunjukkan pembaharuan komitmen militer antara kedua sekutu dan tanggapan definitif untuk menahan Korea Utara.
Namun, langkah berani ini berisiko memicu ketegangan yang ada, karena dianggap Korea Utara sebagai provokasi. Hal ini meningkatkan situasi yang tidak stabil di Semenanjung Korea.
Menanggapi unjuk kekuatan oleh AS dan Korea Selatan, Korea Utara meluncurkan uji coba rudal balistik, menandakan penolakannya diintimidasi dan komitmennya menjaga pertahanan yang kuat.
Peluncuran rudal menunjukkan niat Korea Utara untuk terus meningkatkan kemampuan persenjataannya, terlepas dari sanksi yang didukung Barat dan tekanan diplomatik untuk mengisolasi Korea Utara lebih jauh.
Barat juga terus mendorong Semenanjung Korea menuju masa depan yang tidak pasti dan berpotensi berbahaya.
Langkah tersebut setelah uji coba rudal Korea Utara (Korut) baru-baru ini. Hal itu sejalan dengan kesepakatan yang dicapai antara Washington dan Seoul pada April untuk meningkatkan visibilitas strategis AS di Semenanjung Korea.
Ini tidak mengherankan, mengingat lokasinya yang strategis dan tindakan penyeimbangan yang halus yang dimainkan negara adidaya selama dan setelah Perang Dingin.
Kawasan itu telah menjadi sarang ketegangan, dengan Korea Utara di satu sisi dan Korea Selatan di sisi lain yang mendapat perlindungan Amerika Serikat.
AS telah mempertahankan kehadiran militer yang signifikan di semenanjung itu sejak akhir Perang Korea pada 1953, dipandang sebagai pencegah dan sinyal komitmen terhadap sekutu Korea Selatannya.
Perkembangan terkini telah meningkatkan ketegangan ini lebih jauh. Dalam unjuk kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya baru-baru ini, AS dan Korea Selatan telah terlibat dalam latihan militer berskala besar yang telah menarik perhatian dan kecaman internasional.
Latihan militer itu semakin mempertegang hubungan di Semenanjung Korea. Latihan tembakan langsung yang dilakukan AS dan Korea Selatan menandakan perubahan yang tegas dan mungkin agresif dalam pendekatan mereka terhadap Korea Utara.
Aksi militer tersebut, yang dipimpin Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, menunjukkan pembaharuan komitmen militer antara kedua sekutu dan tanggapan definitif untuk menahan Korea Utara.
Namun, langkah berani ini berisiko memicu ketegangan yang ada, karena dianggap Korea Utara sebagai provokasi. Hal ini meningkatkan situasi yang tidak stabil di Semenanjung Korea.
Menanggapi unjuk kekuatan oleh AS dan Korea Selatan, Korea Utara meluncurkan uji coba rudal balistik, menandakan penolakannya diintimidasi dan komitmennya menjaga pertahanan yang kuat.
Peluncuran rudal menunjukkan niat Korea Utara untuk terus meningkatkan kemampuan persenjataannya, terlepas dari sanksi yang didukung Barat dan tekanan diplomatik untuk mengisolasi Korea Utara lebih jauh.
Barat juga terus mendorong Semenanjung Korea menuju masa depan yang tidak pasti dan berpotensi berbahaya.
(sya)
tulis komentar anda