Anggota Parlemen Israel Ingin Masjid Al-Aqsa Dibagi 2 untuk Muslim dan Yahudi
Sabtu, 10 Juni 2023 - 00:17 WIB
Komite Kepresidenan Tinggi Urusan Gereja di Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rencana itu harus dihentikan dan dikonfrontasi.
Orang-orang Palestina telah lama khawatir bahwa fondasi untuk membagi Al-Aqsa antara Yahudi dan Muslim sedang diletakkan, seperti Masjid Ibrahimi di Hebron yang terpecah pada 1990-an.
Mereka mengutip peningkatan jumlah ultra-nasionalis Israel baru-baru ini yang mengunjungi dan berdoa di kompleks Masjid Al-Aqsa di bawah perlindungan polisi tanpa izin dari pihak Palestina.
Pada tahun 2009, 5.658 pemukim memasuki masjid dalam sebuah penyerbuan. Pada 2019, tepat sebelum pandemi Covid-19, jumlahnya naik menjadi 30.000 pemukim.
Dalam wawancaranya, Halevi juga menyarankan agar perwalian Yordania atas Masjid Al-Aqsa dicabut.
Keluarga Kerajaan Hashemite Yordania telah menjadi penjaga situs suci Muslim dan Kristen di Yerusalem—termasuk Masjid Al-Aqsa—selama beberapa dekade, sebagai bagian dari pengaturan internasional yang rumit yang dikenal sebagai "status quo".
"Jika mereka berdoa di sana, itu tidak menjadikan seluruh Temple Mount sebagai tempat suci bagi umat Islam. Itu tidak dan tidak akan terjadi," kata Halevi, menggunakan istilah Yahudi Temple Mount untuk merujuk ke Masjid Al-Aqsa.
"Kami akan mengambil ujung utara dan berdoa di sana. Seluruh bukit itu suci bagi kami, dan Dome of the Rock adalah tempat di mana kuil itu berdiri. Ini harus menjadi pedoman kami. Israel memimpin. Ini akan menjadi sejarah, pernyataan agama dan nasional," tambah Halevi, yang dilansir Middle East Eye, Jumat (9/6/2023).
Anggota Parlemen itu juga berusaha mengubah prosedur akses bagi orang Yahudi yang mengunjungi Masjid Al-Aqsa, menuntut agar orang Yahudi diizinkan memasuki kompleks melalui semua gerbang, bukan hanya melalui Gerbang Maroko barat daya.
Gerbang Maroko atau Bab al-Magharba adalah satu-satunya gerbang dari 15 titik masuk masjid di bawah kendali penuh otoritas Israel yang tidak dapat diakses oleh warga Palestina.
Orang-orang Palestina telah lama khawatir bahwa fondasi untuk membagi Al-Aqsa antara Yahudi dan Muslim sedang diletakkan, seperti Masjid Ibrahimi di Hebron yang terpecah pada 1990-an.
Mereka mengutip peningkatan jumlah ultra-nasionalis Israel baru-baru ini yang mengunjungi dan berdoa di kompleks Masjid Al-Aqsa di bawah perlindungan polisi tanpa izin dari pihak Palestina.
Pada tahun 2009, 5.658 pemukim memasuki masjid dalam sebuah penyerbuan. Pada 2019, tepat sebelum pandemi Covid-19, jumlahnya naik menjadi 30.000 pemukim.
Dalam wawancaranya, Halevi juga menyarankan agar perwalian Yordania atas Masjid Al-Aqsa dicabut.
Keluarga Kerajaan Hashemite Yordania telah menjadi penjaga situs suci Muslim dan Kristen di Yerusalem—termasuk Masjid Al-Aqsa—selama beberapa dekade, sebagai bagian dari pengaturan internasional yang rumit yang dikenal sebagai "status quo".
"Jika mereka berdoa di sana, itu tidak menjadikan seluruh Temple Mount sebagai tempat suci bagi umat Islam. Itu tidak dan tidak akan terjadi," kata Halevi, menggunakan istilah Yahudi Temple Mount untuk merujuk ke Masjid Al-Aqsa.
"Kami akan mengambil ujung utara dan berdoa di sana. Seluruh bukit itu suci bagi kami, dan Dome of the Rock adalah tempat di mana kuil itu berdiri. Ini harus menjadi pedoman kami. Israel memimpin. Ini akan menjadi sejarah, pernyataan agama dan nasional," tambah Halevi, yang dilansir Middle East Eye, Jumat (9/6/2023).
Anggota Parlemen itu juga berusaha mengubah prosedur akses bagi orang Yahudi yang mengunjungi Masjid Al-Aqsa, menuntut agar orang Yahudi diizinkan memasuki kompleks melalui semua gerbang, bukan hanya melalui Gerbang Maroko barat daya.
Gerbang Maroko atau Bab al-Magharba adalah satu-satunya gerbang dari 15 titik masuk masjid di bawah kendali penuh otoritas Israel yang tidak dapat diakses oleh warga Palestina.
tulis komentar anda