Perseteruan dengan AS Memburuk, Rusia Didesak Pertajam Kemampuan Senjata Nuklirnya
Sabtu, 03 Juni 2023 - 03:56 WIB
MOSKOW - Kremlin didesak untuk mempertajam kemampuan senjata nuklirnya sebagai respons atas perseteruan dengan Amerika Serikat (AS) yang semakin memburuk. Desakan ini muncul dari anggota Parlemen Rusia ketika elite pemerintah fokus pada perang di Ukraina dan runtuhnya perjanjian kontrol senjata internasional yang penting.
Oleg Morozov, anggota Duma Negara—majelis rendah Parlemen Federal Rusia—mewakili Partai Rusia Bersatu, partai pendukung Presiden Vladimir Putin, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA Novosti pada hari Jumat (2/6/2023) bahwa runtuhnya Perjanjian START Baru AS-Rusia telah meninggalkan Moskow dalam posisi "tidak ada pilihan" selain harus mempertajam kemampuan senjata nuklirnya.
Ancaman perang nuklir telah menjulang di atas invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina, sebuah langkah militer yang telah memperburuk runtuhnya beberapa perjanjian kontrol senjata nuklir utama.
Pada hari Kamis, AS mengumumkan akan berhenti berbagi data nuklir dengan inspektur Rusia sebagai pembalasan atas penangguhan Perjanjian START Baru oleh Rusia pada Februari 2022.
Morozov—yang telah dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa dan menyarankan Rusia menyerang Polandia dan Inggris—termasuk di antara politisi dan pejabat Rusia yang membingkai keputusan AS sebagai eskalasi nuklir.
"Amerika Serikat telah menghancurkan seluruh sistem keamanan internasional di dunia selama bertahun-tahun untuk mendapatkan keuntungan sepihak," katanya.
"Mereka tidak memberi kita pilihan. Karena mereka tidak ingin mempertahankan perisai bersama, kita harus mengasah pedang. Hipersonik, mesin nuklir, akurasi, dan kekebalan adalah komponen pedang kita. Kita hanya punya dua pilihan, memulai perang nuklir : menang atau tidak kalah. Orang Amerika harus mempelajari ini," paparnya.
Mark Voyger, mantan penasihat khusus untuk urusan Rusia dan Eurasia untuk Letnan Jenderal Ben Hodges ketika Hodges menjadi komandan Angkatan Darat AS di Eropa, mengatakan kepada Newsweek bahwa komponen nuklir adalah salah satu yang paling penting dalam konteks informasi Rusia dan perang hibrida.
Oleg Morozov, anggota Duma Negara—majelis rendah Parlemen Federal Rusia—mewakili Partai Rusia Bersatu, partai pendukung Presiden Vladimir Putin, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA Novosti pada hari Jumat (2/6/2023) bahwa runtuhnya Perjanjian START Baru AS-Rusia telah meninggalkan Moskow dalam posisi "tidak ada pilihan" selain harus mempertajam kemampuan senjata nuklirnya.
Ancaman perang nuklir telah menjulang di atas invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina, sebuah langkah militer yang telah memperburuk runtuhnya beberapa perjanjian kontrol senjata nuklir utama.
Pada hari Kamis, AS mengumumkan akan berhenti berbagi data nuklir dengan inspektur Rusia sebagai pembalasan atas penangguhan Perjanjian START Baru oleh Rusia pada Februari 2022.
Morozov—yang telah dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa dan menyarankan Rusia menyerang Polandia dan Inggris—termasuk di antara politisi dan pejabat Rusia yang membingkai keputusan AS sebagai eskalasi nuklir.
"Amerika Serikat telah menghancurkan seluruh sistem keamanan internasional di dunia selama bertahun-tahun untuk mendapatkan keuntungan sepihak," katanya.
"Mereka tidak memberi kita pilihan. Karena mereka tidak ingin mempertahankan perisai bersama, kita harus mengasah pedang. Hipersonik, mesin nuklir, akurasi, dan kekebalan adalah komponen pedang kita. Kita hanya punya dua pilihan, memulai perang nuklir : menang atau tidak kalah. Orang Amerika harus mempelajari ini," paparnya.
Mark Voyger, mantan penasihat khusus untuk urusan Rusia dan Eurasia untuk Letnan Jenderal Ben Hodges ketika Hodges menjadi komandan Angkatan Darat AS di Eropa, mengatakan kepada Newsweek bahwa komponen nuklir adalah salah satu yang paling penting dalam konteks informasi Rusia dan perang hibrida.
Lihat Juga :
tulis komentar anda