AS Incar TNT Jepang untuk Artileri yang Dikirim ke Ukraina
Jum'at, 02 Juni 2023 - 16:01 WIB
Setelah outlet berita menghubungi 22 pembuat bahan peledak yang terdaftar di situs web Asosiasi Industri Bahan Peledak Jepang, satu-satunya perusahaan yang menanggapi adalah perusahaan Chugoku Kayaku yang berbasis di Hiroshima, yang mengatakan mereka “belum menerima permintaan langsung dari pemerintah AS atau militer AS.”
Konstitusi Jepang melarang negara itu mengekspor barang-barang mematikan ke negara-negara yang terlibat dalam konflik.
Pada saat yang sama, pembatasan ekspor untuk produk atau peralatan penggunaan ganda yang dijual secara komersial tidak seberat barang-barang dengan tujuan militer murni.
Ini membatasi penawaran Tokyo saat ini ke Kiev untuk peralatan seperti jaket antipeluru, helm, dan ransum makanan.
Laporan outlet media AS muncul setelah kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Jepang selama KTT G7 Hiroshima bulan lalu, ketika Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida setuju menyediakan jip dan truk ke Kiev.
Tsuneo Watanabe, rekan senior di Sasakawa Peace Foundation, mengatakan kepada media dalam hal ini bahwa, "Fakta bahwa Jepang telah memutuskan memberikan truk ke Ukraina menunjukkan banyak hal berubah. Namun, tampaknya belum ada konsensus politik sekitar masalah pengiriman bantuan mematikan."
AS dan sekutunya meningkatkan bantuan militer mereka ke Kiev tak lama setelah Rusia memulai operasi militer khususnya di Ukraina.
Dalam perkembangan terbaru, Pentagon meluncurkan paket bantuan baru yang sangat besar untuk Ukraina senilai USD300 juta yang mencakup sejumlah jenis amunisi, mulai dari senapan hingga senjata drone hingga rudal pertahanan udara.
Moskow telah berulang kali memperingatkan negara-negara yang mengirim senjata ke Ukraina bahwa pengiriman militer ini dianggap sebagai target yang sah.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menekankan pengiriman tersebut sama saja dengan keterlibatan langsung dalam konflik Ukraina.
Konstitusi Jepang melarang negara itu mengekspor barang-barang mematikan ke negara-negara yang terlibat dalam konflik.
Pada saat yang sama, pembatasan ekspor untuk produk atau peralatan penggunaan ganda yang dijual secara komersial tidak seberat barang-barang dengan tujuan militer murni.
Ini membatasi penawaran Tokyo saat ini ke Kiev untuk peralatan seperti jaket antipeluru, helm, dan ransum makanan.
Laporan outlet media AS muncul setelah kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Jepang selama KTT G7 Hiroshima bulan lalu, ketika Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida setuju menyediakan jip dan truk ke Kiev.
Tsuneo Watanabe, rekan senior di Sasakawa Peace Foundation, mengatakan kepada media dalam hal ini bahwa, "Fakta bahwa Jepang telah memutuskan memberikan truk ke Ukraina menunjukkan banyak hal berubah. Namun, tampaknya belum ada konsensus politik sekitar masalah pengiriman bantuan mematikan."
AS dan sekutunya meningkatkan bantuan militer mereka ke Kiev tak lama setelah Rusia memulai operasi militer khususnya di Ukraina.
Dalam perkembangan terbaru, Pentagon meluncurkan paket bantuan baru yang sangat besar untuk Ukraina senilai USD300 juta yang mencakup sejumlah jenis amunisi, mulai dari senapan hingga senjata drone hingga rudal pertahanan udara.
Moskow telah berulang kali memperingatkan negara-negara yang mengirim senjata ke Ukraina bahwa pengiriman militer ini dianggap sebagai target yang sah.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menekankan pengiriman tersebut sama saja dengan keterlibatan langsung dalam konflik Ukraina.
tulis komentar anda