4 Alasan Aliansi Militer Pimpinan AS di Timur Tengah Makin Mandul

Kamis, 01 Juni 2023 - 12:11 WIB
Amerika Serikat sudah meninggalkan Timur Tengah karena tidak ada musuh yang besar dan sepadan. Foto/Reuters
DUBAI - Militer Amerika Serikat (AS) tidak lagi menjadi kekuatan yang diperhitungkan di Timur Tengah. Itu dikarenakan Washington memilih menggeser kekuatan militernya ke Asia untuk melawan China.

Akibatnya, mitra aliansi AS di Timur Tengah, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) sudah menunjukkan sinyal kemarahan. Mereka menganggap bahwa AS sudah mandul dan tidak mau lagi menghadapi Iran. AS kehilangan pamornya sebagai negara adidaya untuk melindungi mitra koalisinya.

Berikut adalah 4 alasan utama kenapa militer AS mulai mandul di Timur Tengah.

1. Saudi Makin Mesra dengan China



Foto/Reuters

Arab Saudi semakin dekat untuk bergabung dengan blok keamanan dan ekonomi Asia yang dipimpin China. Beijing sudah diberikan status sebagai mitra dialog di Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) kepada Riyadh.



SCO merupakan sebuah perkumpulan yang sebagian besar negara bekas Soviet. SCO mencakup Rusia dan China, serta pemain ekonomi utama lainnya seperti India dan Pakistan.

Arab Saudi juga secara signifikan memperkuat ikatan energinya dengan China dengan senilai USD3,6 miliar untuk membeli 10% Rongsheng Petrochemical China, yang akan memasok 480.000 barel per hari minyak mentah ke perusahaan tersebut.

Analis mengatakan bahwa ketika persaingan AS dengan China dan Rusia meningkat di dunia yang semakin terpolarisasi, Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah lainnya memilih untuk mendiversifikasi kemitraan global mereka. Tetapi sementara negara-negara seperti Arab Saudi mungkin semakin dekat dengan China, Beijing jauh dari menjadi saingan AS di wilayah tersebut.

“Hubungan monogami tradisional dengan AS kini telah berakhir,” kata Ali Shihabi, seorang analis dan pakar politik Saudi, dilansir CNN. “Dan kami telah menjalin hubungan yang lebih terbuka; kuat dengan AS tetapi sama kuatnya dengan China, India, Inggris, Prancis, dan lainnya.”
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More