4 Alasan Aliansi Militer Pimpinan AS di Timur Tengah Makin Mandul
Kamis, 01 Juni 2023 - 12:11 WIB
Kemarahan itu telah memuncak. Pada Januari 2022, rentetan serangan drone bersenjata menewaskan tiga warga sipil di dekat Abu Dhabi. Serangan itu, yang diklaim oleh pemberontak Houthi Yaman, menandai serangan pertama yang diketahui di wilayah negara itu oleh proksi Iran. Pejabat Emirat menggambarkan serangan itu sebagai penghinaan besar yang mirip dengan serangan 11 September di AS.
Serangkaian langkah yang ditujukan untuk melawan Beijing dan meyakinkan sekutu Indo-Pasifik bahwa Amerika akan berdiri bersama mereka melawan ancaman dari China dan Korea Utara.
Kebijakan AS fokus membentang dari Jepang ke Kepulauan Solomon. Dan mereka melibatkan latihan militer yang semakin maju di wilayah tersebut dan rotasi pasukan tambahan di area utama di Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Dalam beberapa kasus, AS juga dapat memberikan dukungan logistik jika terjadi konflik dengan China, khususnya untuk mempertahankan pulau Taiwan.
Foto/Reuters
AS mengurangi kekuatan militernya dengan menarik sebagian aset pertahanan udaranya baik dari Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Yordania. Pada Juli 2021, AS menutup beberapa instalasi di Qatar (As Sayliyah-Main, As Sayliyah-South, dan titik pasokan amunisi “Falco”). AS memindahkan logistik militer yang tersisa di Qatar ke pusat di Yordania.
Kenapa AS mengurangi kekuatan militernya di Timur Tengah? Tidak ada ancaman lagi bagi AS di negara tersebut. “Arsitektur pangkalan AS di Timur Tengah — termasuk Teluk — terutama dirancang untuk melawan ancaman dari negara-negara. Namun hari ini, kerajaan di Teluk dan kepentingan Amerika di Teluk terutama terancam oleh aktor non-negara dan hibrid, sebagian besar terkait dengan Iran atau kelompok al-Qaeda dan sebagainya,” kata ISPI (Istituto per gli Studi di Politica Internazionale), lembaga riset asal Italia.
Selain itu, restrukturisasi kehadiran militer Amerika di Teluk juga mencakup pertahanan udara. Sejak Juni 2021, AS telah mulai mengurangi sistem antirudal yang dikerahkannya menyusul serangan mengejutkan terhadap Saudi Aramco pada September 2019. Ini termasuk penarikan delapan baterai antimisil Patriot dari Arab Saudi, Irak, Kuwait, dan Yordania. Sistem Thaad (Terminal High Altitude Area Defense) juga akan ditarik dari Arab Saudi, sementara skuadron jet tempur juga akan dikurangi.
3. AS Sibuk dengan Asia
AS memperluas kehadiran militernya di Asia. Itu dilakukan sejak Barack Obama berkuasa. Itu dilanjutkan hingga Presiden AS Joe Biden.Serangkaian langkah yang ditujukan untuk melawan Beijing dan meyakinkan sekutu Indo-Pasifik bahwa Amerika akan berdiri bersama mereka melawan ancaman dari China dan Korea Utara.
Kebijakan AS fokus membentang dari Jepang ke Kepulauan Solomon. Dan mereka melibatkan latihan militer yang semakin maju di wilayah tersebut dan rotasi pasukan tambahan di area utama di Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Dalam beberapa kasus, AS juga dapat memberikan dukungan logistik jika terjadi konflik dengan China, khususnya untuk mempertahankan pulau Taiwan.
Baca Juga
4. Tidak Ada Ancaman di Timur Tengah
Foto/Reuters
AS mengurangi kekuatan militernya dengan menarik sebagian aset pertahanan udaranya baik dari Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Yordania. Pada Juli 2021, AS menutup beberapa instalasi di Qatar (As Sayliyah-Main, As Sayliyah-South, dan titik pasokan amunisi “Falco”). AS memindahkan logistik militer yang tersisa di Qatar ke pusat di Yordania.
Kenapa AS mengurangi kekuatan militernya di Timur Tengah? Tidak ada ancaman lagi bagi AS di negara tersebut. “Arsitektur pangkalan AS di Timur Tengah — termasuk Teluk — terutama dirancang untuk melawan ancaman dari negara-negara. Namun hari ini, kerajaan di Teluk dan kepentingan Amerika di Teluk terutama terancam oleh aktor non-negara dan hibrid, sebagian besar terkait dengan Iran atau kelompok al-Qaeda dan sebagainya,” kata ISPI (Istituto per gli Studi di Politica Internazionale), lembaga riset asal Italia.
Selain itu, restrukturisasi kehadiran militer Amerika di Teluk juga mencakup pertahanan udara. Sejak Juni 2021, AS telah mulai mengurangi sistem antirudal yang dikerahkannya menyusul serangan mengejutkan terhadap Saudi Aramco pada September 2019. Ini termasuk penarikan delapan baterai antimisil Patriot dari Arab Saudi, Irak, Kuwait, dan Yordania. Sistem Thaad (Terminal High Altitude Area Defense) juga akan ditarik dari Arab Saudi, sementara skuadron jet tempur juga akan dikurangi.
tulis komentar anda