Jelang Berakhirnya Gencatan Senjata, Bentrokan Hebat Landa Khartoum
Selasa, 30 Mei 2023 - 00:30 WIB
KHARTOUM - Bentrokan hebat dan berkelanjutan terdengar di beberapa bagian ibu kota Sudan, Khartoum , Senin (29/5/2023). Bentrokan terjadi beberapa jam sebelum berakhirnya kesepakatan gencatan senjata yang goyah.
Seperti dilaporkan Arab News, pertempuran berlanjut sejak Minggu (28/5/2023), hingga awal pekan ini di selatan dan barat Omdurman, salah satu dari tiga kota yang bersebelahan dengan Khartoum. Warga di seberang Sungai Nil di Khartoum selatan juga melaporkan bentrokan pada Minggu malam.
Tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter telah terkunci dalam perebutan kekuasaan yang meletus menjadi konflik pada 15 April. Bentrokan itu telah menewaskan ratusan orang dan mengusir hampir 1,4 juta orang dari rumah mereka.
Kedua belah pihak mengaku sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata selama seminggu yang ditengahi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat. Gencatan senjata itu dirancang untuk memungkinkan distribusi bantuan dan akan berakhir pada Senin, pukul 9.45 malam waktu setempat.
Arab Saudi dan Amerika Serikat mengatakan pada akhir pekan lalu, bahwa tentara dan RSF telah berulang kali melanggar gencatan senjata dan telah menghalangi pengiriman akses kemanusiaan dan pemulihan layanan penting.
Sementara itu, Polisi Sudan meminta pensiunan polisi dan "mereka yang mampu memanggul senjata untuk melapor ke polisi setempat untuk bergabung dengan pasukan". Seruan itu datang sehari setelah Kementerian Pertahanan meminta pensiunan tentara untuk mendaftar ulang di tengah pertempuran dengan kelompok paramiliter.
Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat dalam sebuah langkah yang dikecam oleh kekuatan politik sebagai "kudeta".
Masa transisi Sudan, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir, dijadwalkan berakhir dengan pemilu pada awal 2024.
Seperti dilaporkan Arab News, pertempuran berlanjut sejak Minggu (28/5/2023), hingga awal pekan ini di selatan dan barat Omdurman, salah satu dari tiga kota yang bersebelahan dengan Khartoum. Warga di seberang Sungai Nil di Khartoum selatan juga melaporkan bentrokan pada Minggu malam.
Tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter telah terkunci dalam perebutan kekuasaan yang meletus menjadi konflik pada 15 April. Bentrokan itu telah menewaskan ratusan orang dan mengusir hampir 1,4 juta orang dari rumah mereka.
Kedua belah pihak mengaku sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata selama seminggu yang ditengahi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat. Gencatan senjata itu dirancang untuk memungkinkan distribusi bantuan dan akan berakhir pada Senin, pukul 9.45 malam waktu setempat.
Arab Saudi dan Amerika Serikat mengatakan pada akhir pekan lalu, bahwa tentara dan RSF telah berulang kali melanggar gencatan senjata dan telah menghalangi pengiriman akses kemanusiaan dan pemulihan layanan penting.
Sementara itu, Polisi Sudan meminta pensiunan polisi dan "mereka yang mampu memanggul senjata untuk melapor ke polisi setempat untuk bergabung dengan pasukan". Seruan itu datang sehari setelah Kementerian Pertahanan meminta pensiunan tentara untuk mendaftar ulang di tengah pertempuran dengan kelompok paramiliter.
Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat dalam sebuah langkah yang dikecam oleh kekuatan politik sebagai "kudeta".
Masa transisi Sudan, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir, dijadwalkan berakhir dengan pemilu pada awal 2024.
(esn)
tulis komentar anda