AS: Hacker China Bisa Serang Jaringan Pipa Gas dan Sistem Kereta Api
Sabtu, 27 Mei 2023 - 04:30 WIB
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) memperingatkan pada Kamis (25/5/2023), bahwa China mampu meluncurkan serangan dunia maya terhadap infrastruktur penting, termasuk jaringan pipa minyak dan gas serta sistem kereta api.
Peringatan ini muncul setelah para peneliti menemukan kelompok peretas China telah memata-matai jaringan tersebut. Peringatan multi-negara yang dikeluarkan pada Rabu (24/5/2023) itu mengungkapkan bahwa kampanye spionase dunia maya China telah ditujukan pada sasaran militer dan pemerintah di AS.
Pemerintah China telah menolak pernyataan bahwa mata-matanya mengejar target Barat. Beijing menyebut peringatan yang dikeluarkan oleh AS dan sekutunya sebagai "kampanye disinformasi kolektif".
Para pejabat AS sendiri mengatakan mereka masih dalam proses mengatasi ancaman tersebut. "Kami memiliki setidaknya satu lokasi yang tidak kami ketahui sejak panduan perburuan dirilis dengan data dan informasi," jelas Rob Joyce, Direktur Keamanan Siber Badan Keamanan Nasional AS (NSA), mengatakan kepada Reuters.
Agensi itu mengungkapkan detail teknis sebelumnya untuk membantu penyedia layanan penting mendeteksi mata-mata. Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS (CISA) secara terpisah mengatakan sedang bekerja untuk memahami "luasnya potensi gangguan dan dampak terkait".
“Itu akan membantunya memberikan bantuan jika diperlukan, dan lebih efektif memahami taktik yang dilakukan oleh musuh ini", kata Asisten Direktur Eksekutif CISA, Eric Goldstein.
Bagian dari tantangan dalam bertahan melawan pekerjaan spionase ini adalah bahwa ini lebih terselubung daripada operasi mata-mata biasa, menurut para peneliti dan pejabat.
"Dalam kasus ini, musuh sering menggunakan kredensial yang sah dan alat administrasi jaringan yang sah untuk mendapatkan akses guna menjalankan tujuan mereka di jaringan target," kata Goldstein. "Banyak metode pendeteksian tradisional, seperti antivirus, tidak akan menemukan intrusi ini," lanjutnya.
Sementara analis Microsoft yang mengidentifikasi kampanye tersebut, yang mereka juluki Volt Typhoon, mengatakan serangan itu "dapat mengganggu infrastruktur komunikasi penting antara Amerika Serikat dan kawasan Asia selama krisis di masa depan".
"Komunitas intelijen AS menilai bahwa China hampir pasti mampu meluncurkan serangan siber yang dapat mengganggu layanan infrastruktur penting di Amerika Serikat, termasuk terhadap jaringan pipa minyak dan gas serta sistem kereta api," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller dalam konferensi pers.
"Sangat penting bagi pemerintah dan pembela jaringan di masyarakat untuk tetap waspada," lanjutnya.
Peringatan ini muncul setelah para peneliti menemukan kelompok peretas China telah memata-matai jaringan tersebut. Peringatan multi-negara yang dikeluarkan pada Rabu (24/5/2023) itu mengungkapkan bahwa kampanye spionase dunia maya China telah ditujukan pada sasaran militer dan pemerintah di AS.
Pemerintah China telah menolak pernyataan bahwa mata-matanya mengejar target Barat. Beijing menyebut peringatan yang dikeluarkan oleh AS dan sekutunya sebagai "kampanye disinformasi kolektif".
Para pejabat AS sendiri mengatakan mereka masih dalam proses mengatasi ancaman tersebut. "Kami memiliki setidaknya satu lokasi yang tidak kami ketahui sejak panduan perburuan dirilis dengan data dan informasi," jelas Rob Joyce, Direktur Keamanan Siber Badan Keamanan Nasional AS (NSA), mengatakan kepada Reuters.
Agensi itu mengungkapkan detail teknis sebelumnya untuk membantu penyedia layanan penting mendeteksi mata-mata. Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS (CISA) secara terpisah mengatakan sedang bekerja untuk memahami "luasnya potensi gangguan dan dampak terkait".
“Itu akan membantunya memberikan bantuan jika diperlukan, dan lebih efektif memahami taktik yang dilakukan oleh musuh ini", kata Asisten Direktur Eksekutif CISA, Eric Goldstein.
Bagian dari tantangan dalam bertahan melawan pekerjaan spionase ini adalah bahwa ini lebih terselubung daripada operasi mata-mata biasa, menurut para peneliti dan pejabat.
"Dalam kasus ini, musuh sering menggunakan kredensial yang sah dan alat administrasi jaringan yang sah untuk mendapatkan akses guna menjalankan tujuan mereka di jaringan target," kata Goldstein. "Banyak metode pendeteksian tradisional, seperti antivirus, tidak akan menemukan intrusi ini," lanjutnya.
Sementara analis Microsoft yang mengidentifikasi kampanye tersebut, yang mereka juluki Volt Typhoon, mengatakan serangan itu "dapat mengganggu infrastruktur komunikasi penting antara Amerika Serikat dan kawasan Asia selama krisis di masa depan".
"Komunitas intelijen AS menilai bahwa China hampir pasti mampu meluncurkan serangan siber yang dapat mengganggu layanan infrastruktur penting di Amerika Serikat, termasuk terhadap jaringan pipa minyak dan gas serta sistem kereta api," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller dalam konferensi pers.
"Sangat penting bagi pemerintah dan pembela jaringan di masyarakat untuk tetap waspada," lanjutnya.
(esn)
tulis komentar anda