Jenderal Top Israel Sebut Aksi Militer terhadap Iran Sudah di Depan Mata
Rabu, 24 Mei 2023 - 01:28 WIB
TEL AVIV - Letnan Jenderal Herzi Halevi, Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menggambarkan aksi militer terhadap Iran sudah di depan mata.
Ancaman jenderal tertinggi rezim Zionis itu disampaikan bahkan ketika penasihat keamanan nasional pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengecilkan setiap ancaman langsung yang ditimbulkan oleh fasilitas nuklir bawah tanah baru yang digali oleh Teheran.
Upaya kekuatan dunia untuk menegosiasikan pembatasan baru untuk pengayaan uranium Iran dan proyek lain dengan potensi pembuatan bom nuklir sejauh ini tidak membuahkan hasil—mengipasi ancaman lama Israel untuk menggunakan kekerasan jika menganggap diplomasi menemui jalan buntu.
"Iran telah maju dengan pengayaan uranium lebih jauh dari sebelumnya...Ada perkembangan negatif di cakrawala yang dapat membawa aksi (militer)," kata Letnan Jenderal Halevi dalam sebuah pidato pada hari Selasa, seperti dilansir Reuters, Rabu (24/5/2023).
Dia tidak merinci apa perkembangan yang dimkasud, atau aksi militer apa yang mungkin diambil dan oleh siapa.
“Kami memiliki kemampuan, dan pihak lain juga memiliki kemampuan,” kata Halevi pada Konferensi Herzliya, sebuah forum keamanan internasional, yang jelas-jelas merujuk pada sekutu Israel; Amerika Serikat.
Para ahli terpecah mengenai apakah militer Israel memiliki kekuatan untuk menimbulkan kerusakan permanen pada fasilitas nuklir Iran yang jauh, tersebar dan dipertahankan.
Iran membantah ingin membuat bom nuklir dan telah berjanji akan melakukan pembalasan yang menghancurkan untuk setiap serangan terhadap fasilitas nuklirnya.
Ada spekulasi bahwa Israel mungkin menggunakan negara-negara di perbatasan Iran sebagai batu loncatan untuk melakukan serangan. Salah satu negara tersebut, Azerbaijan, menolak gagasan itu meskipun memiliki ikatan Israel yang kuat.
“Kami menahan diri untuk tidak ikut campur dalam perselisihan atau masalah (negara lain), termasuk dengan mengizinkan atau memberikan wilayah kami untuk beberapa operasi atau petualangan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Azerbaijan Fariz Rzayev pada konferensi tersebut.
Kantor berita The Associated Press pada hari Senin melaporkan Iran sedang membangun situs bawah tanah baru di Pegunungan Zagros untuk menggantikan pusat manufaktur sentrifugal uranium yang terbuka di Natanz yang dilanda ledakan dan kebakaran pada Juli 2020.
“Ini tentu saja membatasi kemampuan untuk melakukan serangan, relatif terhadap fasilitas di atas tanah, yang tentunya lebih mudah. Tapi apa yang bisa dikatakan tentang masalah ini adalah tidak ada tempat yang tidak bisa dijangkau," kata Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi dalam konferensi yang sama.
Menyusul insiden tahun 2020, Iran mengumumkan pada tahun 2021 bahwa mereka sedang berupaya memindahkan beberapa ruang produksi sentrifugalnya ke “jantung gunung dekat Natanz”, sebuah area tempat para insinyur Iran telah lama melakukan pekerjaan penggalian.
Hanegbi secara eksplisit serangan Israel dan bahkan menyarankan tanggung jawab serangan pada Amerika Serikat dengan mencatat bahwa Washington memiliki bom GBU-43/B besar yang tidak ada di gudang senjata Israel.
"Ini (fasilitas bawah tanah dekat Natanz) masih bertahun-tahun lagi untuk diselesaikan," ujarnya.
Namun dia menegaskan bahwa tidak ada tempat di Iran yang kebal dari serangan.
“Yang bisa dikatakan tentang masalah ini adalah tidak ada tempat yang tidak bisa dijangkau,” katanya.
"Kami berharap kami tidak akan sampai pada situasi di mana solusi untuk cerita senjata nuklir di Iran adalah solusi kinetik, solusi yang melibatkan serangan," katanya, seraya menambahkan bahwa Israel lebih suka melihat kebuntuan internasional dengan Iran diselesaikan melalui sarana diplomasi.
Ancaman jenderal tertinggi rezim Zionis itu disampaikan bahkan ketika penasihat keamanan nasional pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengecilkan setiap ancaman langsung yang ditimbulkan oleh fasilitas nuklir bawah tanah baru yang digali oleh Teheran.
Upaya kekuatan dunia untuk menegosiasikan pembatasan baru untuk pengayaan uranium Iran dan proyek lain dengan potensi pembuatan bom nuklir sejauh ini tidak membuahkan hasil—mengipasi ancaman lama Israel untuk menggunakan kekerasan jika menganggap diplomasi menemui jalan buntu.
"Iran telah maju dengan pengayaan uranium lebih jauh dari sebelumnya...Ada perkembangan negatif di cakrawala yang dapat membawa aksi (militer)," kata Letnan Jenderal Halevi dalam sebuah pidato pada hari Selasa, seperti dilansir Reuters, Rabu (24/5/2023).
Baca Juga
Dia tidak merinci apa perkembangan yang dimkasud, atau aksi militer apa yang mungkin diambil dan oleh siapa.
“Kami memiliki kemampuan, dan pihak lain juga memiliki kemampuan,” kata Halevi pada Konferensi Herzliya, sebuah forum keamanan internasional, yang jelas-jelas merujuk pada sekutu Israel; Amerika Serikat.
Para ahli terpecah mengenai apakah militer Israel memiliki kekuatan untuk menimbulkan kerusakan permanen pada fasilitas nuklir Iran yang jauh, tersebar dan dipertahankan.
Iran membantah ingin membuat bom nuklir dan telah berjanji akan melakukan pembalasan yang menghancurkan untuk setiap serangan terhadap fasilitas nuklirnya.
Ada spekulasi bahwa Israel mungkin menggunakan negara-negara di perbatasan Iran sebagai batu loncatan untuk melakukan serangan. Salah satu negara tersebut, Azerbaijan, menolak gagasan itu meskipun memiliki ikatan Israel yang kuat.
“Kami menahan diri untuk tidak ikut campur dalam perselisihan atau masalah (negara lain), termasuk dengan mengizinkan atau memberikan wilayah kami untuk beberapa operasi atau petualangan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Azerbaijan Fariz Rzayev pada konferensi tersebut.
Kantor berita The Associated Press pada hari Senin melaporkan Iran sedang membangun situs bawah tanah baru di Pegunungan Zagros untuk menggantikan pusat manufaktur sentrifugal uranium yang terbuka di Natanz yang dilanda ledakan dan kebakaran pada Juli 2020.
“Ini tentu saja membatasi kemampuan untuk melakukan serangan, relatif terhadap fasilitas di atas tanah, yang tentunya lebih mudah. Tapi apa yang bisa dikatakan tentang masalah ini adalah tidak ada tempat yang tidak bisa dijangkau," kata Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi dalam konferensi yang sama.
Menyusul insiden tahun 2020, Iran mengumumkan pada tahun 2021 bahwa mereka sedang berupaya memindahkan beberapa ruang produksi sentrifugalnya ke “jantung gunung dekat Natanz”, sebuah area tempat para insinyur Iran telah lama melakukan pekerjaan penggalian.
Hanegbi secara eksplisit serangan Israel dan bahkan menyarankan tanggung jawab serangan pada Amerika Serikat dengan mencatat bahwa Washington memiliki bom GBU-43/B besar yang tidak ada di gudang senjata Israel.
"Ini (fasilitas bawah tanah dekat Natanz) masih bertahun-tahun lagi untuk diselesaikan," ujarnya.
Namun dia menegaskan bahwa tidak ada tempat di Iran yang kebal dari serangan.
“Yang bisa dikatakan tentang masalah ini adalah tidak ada tempat yang tidak bisa dijangkau,” katanya.
"Kami berharap kami tidak akan sampai pada situasi di mana solusi untuk cerita senjata nuklir di Iran adalah solusi kinetik, solusi yang melibatkan serangan," katanya, seraya menambahkan bahwa Israel lebih suka melihat kebuntuan internasional dengan Iran diselesaikan melalui sarana diplomasi.
(mas)
tulis komentar anda