Eropa di Ambang Bencana Lingkungan, Apa Itu Depleted Uranium?
Sabtu, 20 Mei 2023 - 20:01 WIB
Sementara terkait dengan dampak lingkungan, DU dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan jika tidak ditangani dengan benar. Risiko jangka panjang dari penggunaan DU dalam amunisi dikatakan bisa tertinggal di bekas medan perang. Dalam hal ini, muncul beberapa kekhawatiran seperti bahaya DU yang dapat mencemari air atau bahkan persediaan makanan di sekitarnya.
Beberapa dampak yang dikaitkan dengan depleted uranium terhadap lingkungan meliputi:
Jika depleted uranium terbuang secara tidak aman atau tidak diproses dengan benar, ia dapat mencemari tanah dan air di sekitarnya. Partikel-partikel uranium yang terbuang dapat terlarut dalam air tanah atau mengendap di tanah, mempengaruhi kualitas air dan kesuburan tanah.
Depleted uranium yang masuk ke dalam ekosistem melalui tanah dan air dapat mempengaruhi organisme hidup di dalamnya. Ini dapat memengaruhi keanekaragaman hayati, termasuk tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Pencemaran ini dapat mengganggu rantai makanan dan berpotensi merusak ekosistem secara keseluruhan.
Penggunaan DU juga bisa menimbulkan menyebabkan keracunan logam jika terhirup atau tertelan dalam jumlah yang signifikan. Keracunan logam berat adalah kondisi ketika zat-zat logam tertentu menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan efek berbahaya.
Ketika partikel-partikel uranium dalam bentuk debu atau asap DU terhirup, mereka dapat masuk ke dalam sistem pernapasan dan menuju paru-paru. Dari sana, uranium dapat diserap ke dalam aliran darah dan menyebar ke berbagai organ tubuh. Uranium yang terakumulasi dalam jaringan tubuh, terutama ginjal, dapat menyebabkan kerusakan organ dan gangguan fungsi tubuh.
Mesin perang NATO telah menggunakan amunisi depleted uranium (DU) dalam banyak kampanyenya sejak akhir Perang Dingin, menabur hingga 2.300 ton DU di seluruh Irak selama Perang Teluk 1991 dan invasi negara itu tahun 2003, juga menggunakan senjata di Afghanistan dan Suriah dalam skala yang lebih kecil.
Secara terpisah pada tahun 1999, AS dan sekutunya menghabiskan 78 hari mengebom negara Yugoslavia yang sekarang sudah bubar dan mencemari Balkan dengan setidaknya 15 ton amunisi DU.
Beberapa dampak yang dikaitkan dengan depleted uranium terhadap lingkungan meliputi:
1. Polusi tanah dan air
Jika depleted uranium terbuang secara tidak aman atau tidak diproses dengan benar, ia dapat mencemari tanah dan air di sekitarnya. Partikel-partikel uranium yang terbuang dapat terlarut dalam air tanah atau mengendap di tanah, mempengaruhi kualitas air dan kesuburan tanah.
2. Pencemaran ekosistem
Depleted uranium yang masuk ke dalam ekosistem melalui tanah dan air dapat mempengaruhi organisme hidup di dalamnya. Ini dapat memengaruhi keanekaragaman hayati, termasuk tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Pencemaran ini dapat mengganggu rantai makanan dan berpotensi merusak ekosistem secara keseluruhan.
Penggunaan DU juga bisa menimbulkan menyebabkan keracunan logam jika terhirup atau tertelan dalam jumlah yang signifikan. Keracunan logam berat adalah kondisi ketika zat-zat logam tertentu menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan efek berbahaya.
Ketika partikel-partikel uranium dalam bentuk debu atau asap DU terhirup, mereka dapat masuk ke dalam sistem pernapasan dan menuju paru-paru. Dari sana, uranium dapat diserap ke dalam aliran darah dan menyebar ke berbagai organ tubuh. Uranium yang terakumulasi dalam jaringan tubuh, terutama ginjal, dapat menyebabkan kerusakan organ dan gangguan fungsi tubuh.
Mesin perang NATO telah menggunakan amunisi depleted uranium (DU) dalam banyak kampanyenya sejak akhir Perang Dingin, menabur hingga 2.300 ton DU di seluruh Irak selama Perang Teluk 1991 dan invasi negara itu tahun 2003, juga menggunakan senjata di Afghanistan dan Suriah dalam skala yang lebih kecil.
Secara terpisah pada tahun 1999, AS dan sekutunya menghabiskan 78 hari mengebom negara Yugoslavia yang sekarang sudah bubar dan mencemari Balkan dengan setidaknya 15 ton amunisi DU.
tulis komentar anda