Presiden Putin Hendak Dibunuh, Rusia dan AS di Ambang Perang Terbuka
Sabtu, 06 Mei 2023 - 04:14 WIB
MOSKOW - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan negaranya dan Amerika Serikat (AS) sekarang sudah berada di ambang perang terbuka. Situasi ini terjadi setelah serangan drone di Istana Kremlin sebagai upaya untuk membunuh Presiden Vladimir Putin pada Rabu lalu.
Menurut Moskow, serangan dua drone, salah satunya meledek di atas benteng Istana Kremlin, dilakukan oleh Ukraina. Namun Kiev menyangkal tuduhan tersebut.
Putin tidak berada di Istana Kremlin ketika serangan drone terjadi.
"Kami sedang bekerja untuk mencegah jatuhnya hubungan kami dengan AS ke dalam jurang konflik bersenjata terbuka," kata Ryabkov dalam sebuah wawancara televisi pada hari Jumat (5/5/2023).
"Kami sudah berada di ambang jurang ini," ujarnya.
Ryabkov menggambarkan pejabat di Washington sebagai "lawan" dan "musuh" Rusia karena apa yang disebutnya kebijakan Russophobia yang dikejar terlepas dari risikonya.
“Kemarahan dan kebencian terhadap Rusia yang dilakukan Washington dalam situasi di mana ia harus terus terang memikirkan keselamatannya sendiri, tidak dapat dijelaskan,” katanya.
"Saat ini, tidak ada diplomasi nyata terkait konflik Ukraina yang mungkin terjadi antara kedua negara, karena AS bertaruh pada eskalasi lebih lanjut," lanjut Ryabkov, seperti dilansir Russia Today.
"AS telah lama menjadi peserta langsung dalam konflik tersebut dan telah lama mengobarkan perang hibrida terbuka melawan bangsa saya," paparnya.
Diplomat Moskow itu mengatakan Washington cenderung mengabaikan pernyataan pejabat Rusia, mengutip pernyataan yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengenai klaim Rusia bahwa Ukraina berada di balik serangan drone di Kremlin.
"Saya akan mengambil apa pun yang keluar dari Kremlin dengan 'pengocok garam' yang sangat besar," kata Blinken kepada Washington Post.
“Kami menyerahkannya kepada Ukraina untuk memutuskan bagaimana mempertahankan diri,” imbuh Blinken.
Menurut Ryabkov, pemerintah AS memperlakukan sinyal apa pun yang datang dari Moskow sebagai elemen kampanye disinformasi. "Sementara itu, Rusia benar-benar siap menggunakan segala cara yang dimilikinya untuk mencegah ancaman terhadap keamanan dan keselamatan kepemimpinannya," kata Ryabkov.
Dia juga menegaskan kembali klaim Rusia bahwa Washington berbagi tanggung jawab dengan Kiev atas serangan drone tersebut, yang telah dibantah oleh AS.
"Pernyataan non-keterlibatan mereka tidak meyakinkan siapa pun, dan mengingatkan pada bagaimana mereka berusaha untuk menyalahkan kami atas pengeboman pipa Nord Stream," kata Ryabkov.
Menurut Moskow, serangan dua drone, salah satunya meledek di atas benteng Istana Kremlin, dilakukan oleh Ukraina. Namun Kiev menyangkal tuduhan tersebut.
Putin tidak berada di Istana Kremlin ketika serangan drone terjadi.
"Kami sedang bekerja untuk mencegah jatuhnya hubungan kami dengan AS ke dalam jurang konflik bersenjata terbuka," kata Ryabkov dalam sebuah wawancara televisi pada hari Jumat (5/5/2023).
"Kami sudah berada di ambang jurang ini," ujarnya.
Ryabkov menggambarkan pejabat di Washington sebagai "lawan" dan "musuh" Rusia karena apa yang disebutnya kebijakan Russophobia yang dikejar terlepas dari risikonya.
“Kemarahan dan kebencian terhadap Rusia yang dilakukan Washington dalam situasi di mana ia harus terus terang memikirkan keselamatannya sendiri, tidak dapat dijelaskan,” katanya.
"Saat ini, tidak ada diplomasi nyata terkait konflik Ukraina yang mungkin terjadi antara kedua negara, karena AS bertaruh pada eskalasi lebih lanjut," lanjut Ryabkov, seperti dilansir Russia Today.
"AS telah lama menjadi peserta langsung dalam konflik tersebut dan telah lama mengobarkan perang hibrida terbuka melawan bangsa saya," paparnya.
Diplomat Moskow itu mengatakan Washington cenderung mengabaikan pernyataan pejabat Rusia, mengutip pernyataan yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengenai klaim Rusia bahwa Ukraina berada di balik serangan drone di Kremlin.
"Saya akan mengambil apa pun yang keluar dari Kremlin dengan 'pengocok garam' yang sangat besar," kata Blinken kepada Washington Post.
“Kami menyerahkannya kepada Ukraina untuk memutuskan bagaimana mempertahankan diri,” imbuh Blinken.
Menurut Ryabkov, pemerintah AS memperlakukan sinyal apa pun yang datang dari Moskow sebagai elemen kampanye disinformasi. "Sementara itu, Rusia benar-benar siap menggunakan segala cara yang dimilikinya untuk mencegah ancaman terhadap keamanan dan keselamatan kepemimpinannya," kata Ryabkov.
Dia juga menegaskan kembali klaim Rusia bahwa Washington berbagi tanggung jawab dengan Kiev atas serangan drone tersebut, yang telah dibantah oleh AS.
"Pernyataan non-keterlibatan mereka tidak meyakinkan siapa pun, dan mengingatkan pada bagaimana mereka berusaha untuk menyalahkan kami atas pengeboman pipa Nord Stream," kata Ryabkov.
(mas)
tulis komentar anda