AS Beli 8 Jet Tempur Siluman F-35 yang Seharusnya Milik Turki

Rabu, 22 Juli 2020 - 03:42 WIB
Pesawat jet tempur siluman F-35A Lightning II Lockheed Martin. Foto/Anadolu Agency
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) secara resmi membeli delapan jet tempur siluman F-35 Lightning II Lockheed Martin yang seharusnya milik Turki.

Kedelapan pesawat tempur canggih ini dicegah pengirimannya oleh Washington setelah Ankara didepak dari program konsorsium bersama jet tempur generasi kelima tersebut. Ankara dikeluarkan dari program itu karena nekat membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia yang sangat ditentang Amerika dan NATO.

Mengutip laporan Defense News, Rabu (22/7/2020), Angkatan Udara Amerika resmi membeli delapan jet tempur F-35A versi lepas landas dan pendaratan konvensional yang awalnya dibuat Lockheed Martin untuk Turki sebagai bagian dari modifikasi kontrak senilai USD862 juta.



Kesepakatan dalam kontrak itu juga berisi enam unit F-35A tambahan yang dibuat untuk Angkatan Udara Turki dan modifikasi yang akan membawa jet-jet tempur Turki sejalan dengan konfigurasi AS.

Keputusan AS itu diambil pada hari Senin dalam pengumuman kontrak Pentagon. (Baca: Indonesia Beli Eurofighter Typhoon Austria, Su-35 Rusia atau F-35 AS? )

AS secara resmi mengeluarkan Turki dari program F-35 Joint Strike Fighter (JSF) pada Juli 2019 karena Ankara nekat membeli sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.

AS dan negara-negara mitra NATO menyatakan sistem pertahanan S-400 menimbulkan risiko keamanan bagi jet tempur F-35. Selain itu, sistem rudal itu dikhawatirkan akan menjadi jalan bagi Rusia untuk secara secara diam-diam menggunakannya guna mendapatkan rincian rahasia jet tempur gernasi kelima tersebut. Washington juga memperingatkan bahwa sistem itu tidak sesuai dengan sistem NATO.

Turki, bagaimanapun, telah menegaskan bahwa S-400 yang mereka beli dari Moskow tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi.

Meskipun Turki dikeluarkan secara resmi dari program F-35, AS dan negara-negara mitra akan terus bergantung pada manufaktur Turki untuk bagian-bagian penting dari jet tempur F-35 hingga 2022.

Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Mike Andrews, mengatakan meskipun Turki dilarang membeli F-35, keputusan ini dibuat pada akhir 2019 untuk menghormati pengaturan kontrak yang ada dan menerima pengiriman suku cadang yang sudah ada dalam kontrak."

Andrews menekankan bahwa tujuannya adalah untuk menghindari pemutusan kontrak yang mahal, mengganggu dan boros.

Keputusan itu sangat diisyaratkan dalam laporan Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) pada Mei, yang mengatakan pencoretan Turki dari program F-35 kemungkinan akan menambah proses manufaktur yang sudah terkepung.

Pengawas Kongres menetapkan bahwa sementara program F-35 telah membuat kemajuan dalam menurunkan harga dan meningkatkan produksi.

GAO mengutip data dari Badan Manajemen Kontrak Pertahanan Pentagon yang mengatakan pada saat pendepakan Turki, program itu menghadapi peningkatan tingkat pengiriman suku cadang pesawat yang terlambat.

Lebih lanjut, GAO mencatat bahwa "risiko tetap" dengan rencana mengalihkan pemasok suku cadang F-35 dari beberapa pabrikan Turki ke pemasok alternatif, mencatat secara khusus bahwa "beberapa pemasok suku cadang baru ini tidak akan berproduksi pada tingkat yang diperlukan sampai tahun depan, karena sekitar 10 persen baru untuk program F-35."
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More