Ukraina Tolak Tawaran Irak Jadi Mediator Pembicaraan dengan Rusia
Senin, 17 April 2023 - 23:10 WIB
BAGHDAD - Irak menawarkan untuk menjadi mediator pembicaraan antara Ukraina dan Rusia untuk mencoba dan mengakhiri perang di Eropa. Tetapi, diplomat tinggi Ukraina menolak tawaran tersebut, selama kunjungan yang jarang terjadi ke Baghdad.
Seperti dilaporkan AP, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menegaskan kembali posisi negaranya bahwa ia tidak akan terlibat dalam pembicaraan damai apa pun, kecuali Rusia menarik diri dari semua wilayah Ukraina.
Kremlin ingin Kiev mengakui kedaulatan Rusia atas Krimea, yang diambil alih Moskow pada 2014, dan juga mengakui pencaplokan provinsi Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia di Ukraina pada September.
Ukraina telah menolak tuntutan tersebut dan bersikeras tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Rusia sampai pasukan Moskow mundur dari semua wilayah pendudukan.
Di Irak, Kuleba bertemu dengan mitranya dari Irak, Fuad Hussein. Itu adalah kunjungan pertama pejabat Ukraina ke Baghdad sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 dan kunjungan pertama menteri luar negeri Ukraina dalam 11 tahun.
Hussein menunjuk pada pengalaman Irak selama bertahun-tahun dengan perang dan konflik, serta menjadi tuan rumah negosiasi antara pihak-pihak yang bermusuhan—seperti pembicaraan Saudi-Iran baru-baru ini.
Baghdad telah menjadi tuan rumah beberapa putaran pembicaraan antara Riyadh dan Teheran sebelum negosiasi gagal. Mereka kemudian melanjutkan dengan China sebagai mediator, menghasilkan pengumuman bulan lalu bahwa kedua rival regional itu akan memulihkan hubungan diplomatik.
“Baghdad memiliki pengalaman dalam komunikasi dengan negara-negara yang memiliki ketegangan di antara mereka" dan "siap untuk melayani perdamaian," kata Hussein dalam konferensi pers, Senin (17/4/2023).
“Kelanjutan perang akan berbahaya tidak hanya bagi kedua negara tetapi juga bagi dunia,” lanjutnya. Irak, seperti sebagian besar Timur Tengah, secara historis sangat bergantung pada biji-bijian yang diimpor dari Ukraina, dan konsumen menderita akibat kenaikan harga pangan sejak awal perang.
Sementara Kuleba mengatakan bahwa Ukraina melihat Irak sebagai negara yang mampu membangun jembatan. Namun, Rusia tetap menyerang dan ini adalah rintangan terbesar menuju perdamaian.
“Kami membutuhkan Rusia untuk menyetujui fakta yang sangat sederhana bahwa ia harus menghentikan perang dan menarik diri,” tambah Kuleba.
Seperti dilaporkan AP, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menegaskan kembali posisi negaranya bahwa ia tidak akan terlibat dalam pembicaraan damai apa pun, kecuali Rusia menarik diri dari semua wilayah Ukraina.
Kremlin ingin Kiev mengakui kedaulatan Rusia atas Krimea, yang diambil alih Moskow pada 2014, dan juga mengakui pencaplokan provinsi Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia di Ukraina pada September.
Ukraina telah menolak tuntutan tersebut dan bersikeras tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Rusia sampai pasukan Moskow mundur dari semua wilayah pendudukan.
Di Irak, Kuleba bertemu dengan mitranya dari Irak, Fuad Hussein. Itu adalah kunjungan pertama pejabat Ukraina ke Baghdad sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 dan kunjungan pertama menteri luar negeri Ukraina dalam 11 tahun.
Hussein menunjuk pada pengalaman Irak selama bertahun-tahun dengan perang dan konflik, serta menjadi tuan rumah negosiasi antara pihak-pihak yang bermusuhan—seperti pembicaraan Saudi-Iran baru-baru ini.
Baghdad telah menjadi tuan rumah beberapa putaran pembicaraan antara Riyadh dan Teheran sebelum negosiasi gagal. Mereka kemudian melanjutkan dengan China sebagai mediator, menghasilkan pengumuman bulan lalu bahwa kedua rival regional itu akan memulihkan hubungan diplomatik.
“Baghdad memiliki pengalaman dalam komunikasi dengan negara-negara yang memiliki ketegangan di antara mereka" dan "siap untuk melayani perdamaian," kata Hussein dalam konferensi pers, Senin (17/4/2023).
“Kelanjutan perang akan berbahaya tidak hanya bagi kedua negara tetapi juga bagi dunia,” lanjutnya. Irak, seperti sebagian besar Timur Tengah, secara historis sangat bergantung pada biji-bijian yang diimpor dari Ukraina, dan konsumen menderita akibat kenaikan harga pangan sejak awal perang.
Sementara Kuleba mengatakan bahwa Ukraina melihat Irak sebagai negara yang mampu membangun jembatan. Namun, Rusia tetap menyerang dan ini adalah rintangan terbesar menuju perdamaian.
“Kami membutuhkan Rusia untuk menyetujui fakta yang sangat sederhana bahwa ia harus menghentikan perang dan menarik diri,” tambah Kuleba.
(esn)
tulis komentar anda