Perang Buntu, Ukraina Diprediksi Terapkan Mobilisasi Penuh Seluruh Warga
Jum'at, 14 April 2023 - 09:24 WIB
KIEV - Amerika Serikat (AS) percaya Ukraina maupun Rusia tidak akan mencapai keuntungan besar di medan perang tahun ini.
Kebuntuan berikutnya akan memaksa Kiev memanggil setiap orang terakhir yang tersedia untuk berperang. Prediksi itu terungkap dalam dokumen Pentagon yang bocor yang dikutip Washington Post.
Badan Intelijen Pertahanan AS memandang Kiev maupun Moskow memiliki “pasukan dan persediaan yang tidak mencukupi untuk operasi yang efektif,” dan dengan demikian memperkirakan konflik di Ukraina akan berlanjut hingga tahun 2024.
“Selain itu, kedua belah pihak hanya mencapai keuntungan teritorial marginal tahun ini,” ungkap surat kabar itu pada Rabu (12/4/2023).
“Namun demikian, negosiasi untuk mengakhiri konflik tidak mungkin terjadi,” tulis agensi tersebut dalam penilaiannya, yang termasuk dalam kumpulan dokumen yang bocor.
The Washington Post dan sejumlah surat kabar telah menerbitkan informasi dari beberapa dokumen tersebut.
Media juga membantu pemerintah melacak tersangka pembocor, yang ditangkap FBI pada Kamis setelah New York Times mempublikasikan identitasnya.
Dalam konflik yang berlarut-larut dengan sedikit peluang kemenangan atau negosiasi, Ukrainalah yang akan membayar harga terberat, menurut laporan Pentagon.
“Kebuntuan seperti itu akan memaksa Kiev memberlakukan mobilisasi penuh populasi laki-laki yang tersisa,” papar Washington Post.
Langkah ini diprediksi akan memicu "kritik" publik terhadap pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan membuat "perubahan kepemimpinan lebih mungkin terjadi."
Dokumen tersebut juga memberikan skenario di mana Ukraina mencetak kemenangan yang menentukan, memaksa Rusia meningkatkan atau bernegosiasi, atau Rusia mencetak kemenangan yang memungkinkannya menuntut perubahan rezim di Kiev.
Namun, hasil kebuntuan dilaporkan terdaftar sebagai "skenario yang paling mungkin terjadi".
Upaya Kiev mewajibkan warga sipil ke dalam dinas militer terbukti tidak populer, dengan banyak video yang muncul menunjukkan orang-orang ditahan secara paksa di jalan-jalan dan dipaksa masuk ke dalam dinas militer.
Dengan anggota parlemen Ukraina dilaporkan mempertimbangkan memperluas draf tersebut, banyak dari mereka yang sudah berseragam telah disalurkan ke kota Artyomovsk (dikenal sebagai Bakhmut di Ukraina), yang mereka anggap tidak lagi layak untuk dipertahankan.
Dokumen Pentagon yang baru-baru ini bocor mengungkapkan, pada Februari, AS yakin Ukraina telah menderita hingga 131.000 korban dalam konflik sejauh ini, termasuk hingga 17.500 tewas.
Menetapkan jumlah jasad korban sebenarnya sulit, karena Ukraina jarang mempublikasikan kerugiannya.
Musim gugur yang lalu, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen menyebutkan kematian di Kiev mencapai 100.000 jiwa, klaim yang dibantah Kiev dan kemudian dihapus dari situs web Uni Eropa.
The Post mencatat dokumen tersebut tidak menentukan apakah "perubahan kepemimpinan" di Kiev mengacu pada rotasi pemimpin politik atau petinggi militer.
Pejabat di Kiev dilaporkan marah atas kebocoran tersebut, yang juga termasuk informasi yang menunjukkan Ukraina tidak siap melakukan serangan balasan musim semi yang telah lama dijanjikan.
Kebuntuan berikutnya akan memaksa Kiev memanggil setiap orang terakhir yang tersedia untuk berperang. Prediksi itu terungkap dalam dokumen Pentagon yang bocor yang dikutip Washington Post.
Badan Intelijen Pertahanan AS memandang Kiev maupun Moskow memiliki “pasukan dan persediaan yang tidak mencukupi untuk operasi yang efektif,” dan dengan demikian memperkirakan konflik di Ukraina akan berlanjut hingga tahun 2024.
“Selain itu, kedua belah pihak hanya mencapai keuntungan teritorial marginal tahun ini,” ungkap surat kabar itu pada Rabu (12/4/2023).
“Namun demikian, negosiasi untuk mengakhiri konflik tidak mungkin terjadi,” tulis agensi tersebut dalam penilaiannya, yang termasuk dalam kumpulan dokumen yang bocor.
The Washington Post dan sejumlah surat kabar telah menerbitkan informasi dari beberapa dokumen tersebut.
Media juga membantu pemerintah melacak tersangka pembocor, yang ditangkap FBI pada Kamis setelah New York Times mempublikasikan identitasnya.
Dalam konflik yang berlarut-larut dengan sedikit peluang kemenangan atau negosiasi, Ukrainalah yang akan membayar harga terberat, menurut laporan Pentagon.
“Kebuntuan seperti itu akan memaksa Kiev memberlakukan mobilisasi penuh populasi laki-laki yang tersisa,” papar Washington Post.
Langkah ini diprediksi akan memicu "kritik" publik terhadap pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan membuat "perubahan kepemimpinan lebih mungkin terjadi."
Dokumen tersebut juga memberikan skenario di mana Ukraina mencetak kemenangan yang menentukan, memaksa Rusia meningkatkan atau bernegosiasi, atau Rusia mencetak kemenangan yang memungkinkannya menuntut perubahan rezim di Kiev.
Namun, hasil kebuntuan dilaporkan terdaftar sebagai "skenario yang paling mungkin terjadi".
Upaya Kiev mewajibkan warga sipil ke dalam dinas militer terbukti tidak populer, dengan banyak video yang muncul menunjukkan orang-orang ditahan secara paksa di jalan-jalan dan dipaksa masuk ke dalam dinas militer.
Dengan anggota parlemen Ukraina dilaporkan mempertimbangkan memperluas draf tersebut, banyak dari mereka yang sudah berseragam telah disalurkan ke kota Artyomovsk (dikenal sebagai Bakhmut di Ukraina), yang mereka anggap tidak lagi layak untuk dipertahankan.
Dokumen Pentagon yang baru-baru ini bocor mengungkapkan, pada Februari, AS yakin Ukraina telah menderita hingga 131.000 korban dalam konflik sejauh ini, termasuk hingga 17.500 tewas.
Menetapkan jumlah jasad korban sebenarnya sulit, karena Ukraina jarang mempublikasikan kerugiannya.
Musim gugur yang lalu, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen menyebutkan kematian di Kiev mencapai 100.000 jiwa, klaim yang dibantah Kiev dan kemudian dihapus dari situs web Uni Eropa.
The Post mencatat dokumen tersebut tidak menentukan apakah "perubahan kepemimpinan" di Kiev mengacu pada rotasi pemimpin politik atau petinggi militer.
Pejabat di Kiev dilaporkan marah atas kebocoran tersebut, yang juga termasuk informasi yang menunjukkan Ukraina tidak siap melakukan serangan balasan musim semi yang telah lama dijanjikan.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda