AS Parah Dihajar Corona, Ini 5 Indikasi Repons Lelet Trump
Minggu, 12 April 2020 - 23:55 WIB
WASHINGTON - Wabah virus corona baru, COVID-19, di Amerika Serikat (AS) tercatat yang terparah di dunia. Tak hanya jumlah kasus infeksi, jumlah kematian pun paling banyak di dunia.
Data worldometers pada Minggu (12/4/2020) pukul 22.30 WIB tercatat ada 535.183 kasus infeksi COVID-19 di AS dengan 20.649 kematian dan 30.604 pasien disembuhkan. Total kasus infeksi di 210 negara mencapai 1.805.159 dengan 110.898 kematian dan 412.766 pasien disembuhkan.
Ketika wabah muncul di China dan mulai menyebar ke berbagai negara, para penasihat puncak Gedung Putih, para ahli di setiap departemen dan badan-badan intelijen semuanya membunyikan alarm dan mendesak tindakan agresif untuk melawan ancaman dari COVID-19. Namun, Presiden Donald John Trump lambat merespons.
Sebuah pemeriksaan terperinci yang dipublikasikan The New York Times mengungkap respons lambat pemerintah Trump.
Pandangan Trump diwarnai oleh perselisihan yang berlangsung lama di dalam pemerintahan mengenai bagaimana berurusan dengan China dan kecurigaannya sendiri akan motivasi para pejabat di dalam apa yang ia pandang sebagai "Negeri Dalam". Selain itu, rekomendasi dari pejabat kesehatan masyarakat sering bersaing dengan pertimbangan ekonomi dan politik dalam debat internal, yang akhirnya memperlambat jalan menuju keputusan yang sudah terlambat.
Wawancara dengan lusinan pejabat saat ini dan sebelumnya serta tinjauan terhadap email dan dokumen lain mengungkapkan titik balik kunci ketika administrasi Trump berjuang untuk menjadi yang terdepan dalam menghadapi pandemi virus—bukan hanya mengejar virus itu—dan debat internal yang memberi Trump pilihan yang jelas.
Berikut lima indikasi respons lamban Trump yang membuat wabah COVID-19 begitu parah di Amerika.
1. Badan Intelijen dan NSC Sudah Menghasilkan Peringatan Dini
Pejabat Dewan Keamanan Nasional (NSC) menerima peringatan pada awal Januari tentang potensi bahaya dari virus baru di Wuhan, China.
Data worldometers pada Minggu (12/4/2020) pukul 22.30 WIB tercatat ada 535.183 kasus infeksi COVID-19 di AS dengan 20.649 kematian dan 30.604 pasien disembuhkan. Total kasus infeksi di 210 negara mencapai 1.805.159 dengan 110.898 kematian dan 412.766 pasien disembuhkan.
Ketika wabah muncul di China dan mulai menyebar ke berbagai negara, para penasihat puncak Gedung Putih, para ahli di setiap departemen dan badan-badan intelijen semuanya membunyikan alarm dan mendesak tindakan agresif untuk melawan ancaman dari COVID-19. Namun, Presiden Donald John Trump lambat merespons.
Sebuah pemeriksaan terperinci yang dipublikasikan The New York Times mengungkap respons lambat pemerintah Trump.
Pandangan Trump diwarnai oleh perselisihan yang berlangsung lama di dalam pemerintahan mengenai bagaimana berurusan dengan China dan kecurigaannya sendiri akan motivasi para pejabat di dalam apa yang ia pandang sebagai "Negeri Dalam". Selain itu, rekomendasi dari pejabat kesehatan masyarakat sering bersaing dengan pertimbangan ekonomi dan politik dalam debat internal, yang akhirnya memperlambat jalan menuju keputusan yang sudah terlambat.
Wawancara dengan lusinan pejabat saat ini dan sebelumnya serta tinjauan terhadap email dan dokumen lain mengungkapkan titik balik kunci ketika administrasi Trump berjuang untuk menjadi yang terdepan dalam menghadapi pandemi virus—bukan hanya mengejar virus itu—dan debat internal yang memberi Trump pilihan yang jelas.
Berikut lima indikasi respons lamban Trump yang membuat wabah COVID-19 begitu parah di Amerika.
1. Badan Intelijen dan NSC Sudah Menghasilkan Peringatan Dini
Pejabat Dewan Keamanan Nasional (NSC) menerima peringatan pada awal Januari tentang potensi bahaya dari virus baru di Wuhan, China.
tulis komentar anda