Usai Kepung Taiwan, China Bersiap Latihan Tembakan Langsung
Senin, 10 April 2023 - 09:28 WIB
TAIPEI - Pasukan China bersiap menggelar latihan tembakan langsung (live-fire) di dekat Taiwan pada Senin (10/4/2023).
Itu akan mengakhiri latihanperang tiga hari, termasuk pengepungan Taiwan, sebagai respons atas pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) Kevin McCarthy di California pekan lalu.
Jet tempur dan kapal perang China telah mensimulasikan serangan terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu selama akhir pekan lalu. Simulasi itu memicu kecaman dari Taipei dan seruan untuk menahan diri dari Washington.
Dijuluki "Joint Sword", latihan perang tiga hari China termasuk latihan pengepungan Taiwan. Demikian disampaikan Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Militer China mengatakan latihan perang melibatkan pengiriman pesawat, kapal, dan personel ke wilayah maritim dan ruang udara di keempat sisi Taiwan.
Di pulau Beigan, bagian dari kepulauan Matsu Taiwan yang terlihat dari daratan China, koki berusia 60 tahun Lin Ke-qiang mengatakan kepada AFP bahwa dia tidak menginginkan perang. Dia ketakutan dengan manuver militer China.
"Kami, orang biasa, hanya ingin menjalani kehidupan yang damai dan stabil," kata Lin, menambahkan militer Taiwan bukan tandingan China.
"Jika ada perang yang terjadi, sekarang misil mereka sangat canggih, tidak mungkin pihak kita bisa melawan. Sisi ini akan rata dengan tanah."
Sebuah laporan dari lembaga penyiaran negara China, CCTV, pada hari Minggu mengatakan latihan perang telah mensimulasikan serangan presisi bersama terhadap sasaran utama di pulau Taiwan dan perairan sekitarnya, menambahkan bahwa pasukan terus mempertahankan situasi yang mengelilingi pulau itu.
"Angkatan udara juga mengerahkan puluhan pesawat untuk terbang ke wilayah udara target, dan pasukan darat telah melakukan latihan untuk serangan presisi multi-target," imbuh laporan itu.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengecam latihan tersebut, yang terjadi setelah dia bertemu minggu lalu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy di California saat perjalanan pulang dari kunjungan ke dua negara sekutu Taipei di Amerika Tengah.
Dia berjanji untuk bekerja dengan AS dan negara-negara yang berpikiran sama dalam menghadapi ekspansi otoriter yang berkelanjutan.
Di Washington, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Amerika Serikat secara konsisten mendesak pengekangan dan tidak ada perubahan pada status quo, sementara Pentagon mengatakan pihaknya juga memantau peristiwa dengan cermat.
"Tidak ada alasan bagi Beijing untuk mengubah transit ini—yang konsisten dengan praktik dan kebijakan AS yang sudah berlangsung lama—menjadi sesuatu yang bukan atau menggunakannya sebagai dalih untuk bereaksi berlebihan," kata juru bicara Departemen Pertahanan AS, merujuk pada pemberhentian Tsai di California.
Amerika Serikat dengan sengaja tidak jelas apakah akan mempertahankan Taiwan secara militer, meskipun selama beberapa dekade telah menjual senjata ke Taipei untuk membantu memastikan pertahanan dirinya.
China dan Taiwan berpisah pada akhir perang saudara pada tahun 1949. Beijing memandang Taiwan yang demokratis sebagai bagian dari wilayah China dan telah berjanji untuk merebutnya suatu hari nanti, jika perlu dengan kekerasan.
Itu akan mengakhiri latihanperang tiga hari, termasuk pengepungan Taiwan, sebagai respons atas pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) Kevin McCarthy di California pekan lalu.
Jet tempur dan kapal perang China telah mensimulasikan serangan terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu selama akhir pekan lalu. Simulasi itu memicu kecaman dari Taipei dan seruan untuk menahan diri dari Washington.
Dijuluki "Joint Sword", latihan perang tiga hari China termasuk latihan pengepungan Taiwan. Demikian disampaikan Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Militer China mengatakan latihan perang melibatkan pengiriman pesawat, kapal, dan personel ke wilayah maritim dan ruang udara di keempat sisi Taiwan.
Di pulau Beigan, bagian dari kepulauan Matsu Taiwan yang terlihat dari daratan China, koki berusia 60 tahun Lin Ke-qiang mengatakan kepada AFP bahwa dia tidak menginginkan perang. Dia ketakutan dengan manuver militer China.
"Kami, orang biasa, hanya ingin menjalani kehidupan yang damai dan stabil," kata Lin, menambahkan militer Taiwan bukan tandingan China.
"Jika ada perang yang terjadi, sekarang misil mereka sangat canggih, tidak mungkin pihak kita bisa melawan. Sisi ini akan rata dengan tanah."
Sebuah laporan dari lembaga penyiaran negara China, CCTV, pada hari Minggu mengatakan latihan perang telah mensimulasikan serangan presisi bersama terhadap sasaran utama di pulau Taiwan dan perairan sekitarnya, menambahkan bahwa pasukan terus mempertahankan situasi yang mengelilingi pulau itu.
"Angkatan udara juga mengerahkan puluhan pesawat untuk terbang ke wilayah udara target, dan pasukan darat telah melakukan latihan untuk serangan presisi multi-target," imbuh laporan itu.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengecam latihan tersebut, yang terjadi setelah dia bertemu minggu lalu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy di California saat perjalanan pulang dari kunjungan ke dua negara sekutu Taipei di Amerika Tengah.
Dia berjanji untuk bekerja dengan AS dan negara-negara yang berpikiran sama dalam menghadapi ekspansi otoriter yang berkelanjutan.
Di Washington, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Amerika Serikat secara konsisten mendesak pengekangan dan tidak ada perubahan pada status quo, sementara Pentagon mengatakan pihaknya juga memantau peristiwa dengan cermat.
"Tidak ada alasan bagi Beijing untuk mengubah transit ini—yang konsisten dengan praktik dan kebijakan AS yang sudah berlangsung lama—menjadi sesuatu yang bukan atau menggunakannya sebagai dalih untuk bereaksi berlebihan," kata juru bicara Departemen Pertahanan AS, merujuk pada pemberhentian Tsai di California.
Amerika Serikat dengan sengaja tidak jelas apakah akan mempertahankan Taiwan secara militer, meskipun selama beberapa dekade telah menjual senjata ke Taipei untuk membantu memastikan pertahanan dirinya.
China dan Taiwan berpisah pada akhir perang saudara pada tahun 1949. Beijing memandang Taiwan yang demokratis sebagai bagian dari wilayah China dan telah berjanji untuk merebutnya suatu hari nanti, jika perlu dengan kekerasan.
(mas)
tulis komentar anda