Akibat Pandemi Covid-19, Sebanyak 265 Juta Orang Terancam Kelaparan
Sabtu, 18 Juli 2020 - 07:02 WIB
JENEWA - Pandemi virus corona (Covid-19) bukan berhenti pada persoalan kesehatan dan kematian yang diakibatkannya. Di balik itu, ada ancaman yang jauh lebih besar lagi menyangkut kehidupan mendasar manusia, yakni kekurangan pangan.
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 265 juta orang di dunia terancam kelaparan. Hal ini terjadi karena pandemi Covid-19 mengakibatkan krisis ekonomi disemua negara di dunia. Lembaga tersebut pun meminta dunia internasional untuk bahu membahu mengatasi bencana kelaparan yang disadari lebih berbahaya dibandingkan pandemi corona.
Jika tidak segera bertindak, bencana yang lebih besar akan segera terjadi. Pandemi virus corona sendiri telah menginfeksi 13,6 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan 574.000 orang.
“Pandemi virus corona telah mengakibatkan peningkatan kemiskinan terbesar secara global pertama kalinya sejak 1990 dan mengakibatkan 265 orang terancam kelaparan,” kata Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, dilansir Reuters. (Baca: Sekutu Netanyahu Tolak Aneksasi Tepi Barat)
Sebagai langkah awal, PBB telah meminta negara-negara kaya untuk menggelontorkan bantuan kemanusiaan sebesar USD10,3 miliar (Rp153triliun) kepada negara yang terancam mengalami kelaparan. Dana tersebut juga untuk membantu masyarakat berpendapatan rendah serta negara-negara rentan. Jika gagal membantu, PBB memperingatkan bahwa dampak pandemi bisa merusak pembangunan selama berpuluh tahun.
PBB awalnya meminta sumbangan USD2 miliar (Rp31 triliun) saat pandemi mulai merebak pada Maret lalu. Namun, jumlah itu kemudian direvisi. PBB mengatakan negara-negara kaya telah membuang aturan keuangan untuk melindungi ekonomi mereka sendiri dan kini harus melakukan hal serupa untuk negara-negara miskin.
Sejauh ini, Lowcock mengungkapkan, PBB baru menerima USD1,7 miliar. Imbauan itu disampaikan di saat para menteri dari negara ekonomi maju (G-20) akan menggelar pertemuan virtual pada hari ini. “Pesan bagi G-20 adalah perlunya memberikan bantuan saat ini,” katanya. (Baca juga: kasus Djoko Tjandra, Satu Lagi Pejabat Polri Dicopot)
Sejauh ini, kata Lowcock, negara kaya hanya mengamankan rakyat dan ekonominya sendiri. Mereka belum berpikir pandemi ini akan berdampak lebih luas dan lebih berbahaya.
Jutaan pekerja migran dipecat sehingga tidak bisa mengirim uang ke kampung halaman mereka, program vaksinasi anak tertunda, dan negara-negara yang dilanda konflik selama beberapa tahun terakhir tidak mampu menghadapi pandemi. Banyak perusahaan diberbagai belahan dunia juga terancam gulung tikar. Investasi pun tidak bisa dikucurkan karena banyak investor harus berpikir berulang kali untuk mengembangkan bisnis.
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 265 juta orang di dunia terancam kelaparan. Hal ini terjadi karena pandemi Covid-19 mengakibatkan krisis ekonomi disemua negara di dunia. Lembaga tersebut pun meminta dunia internasional untuk bahu membahu mengatasi bencana kelaparan yang disadari lebih berbahaya dibandingkan pandemi corona.
Jika tidak segera bertindak, bencana yang lebih besar akan segera terjadi. Pandemi virus corona sendiri telah menginfeksi 13,6 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan 574.000 orang.
“Pandemi virus corona telah mengakibatkan peningkatan kemiskinan terbesar secara global pertama kalinya sejak 1990 dan mengakibatkan 265 orang terancam kelaparan,” kata Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, dilansir Reuters. (Baca: Sekutu Netanyahu Tolak Aneksasi Tepi Barat)
Sebagai langkah awal, PBB telah meminta negara-negara kaya untuk menggelontorkan bantuan kemanusiaan sebesar USD10,3 miliar (Rp153triliun) kepada negara yang terancam mengalami kelaparan. Dana tersebut juga untuk membantu masyarakat berpendapatan rendah serta negara-negara rentan. Jika gagal membantu, PBB memperingatkan bahwa dampak pandemi bisa merusak pembangunan selama berpuluh tahun.
PBB awalnya meminta sumbangan USD2 miliar (Rp31 triliun) saat pandemi mulai merebak pada Maret lalu. Namun, jumlah itu kemudian direvisi. PBB mengatakan negara-negara kaya telah membuang aturan keuangan untuk melindungi ekonomi mereka sendiri dan kini harus melakukan hal serupa untuk negara-negara miskin.
Sejauh ini, Lowcock mengungkapkan, PBB baru menerima USD1,7 miliar. Imbauan itu disampaikan di saat para menteri dari negara ekonomi maju (G-20) akan menggelar pertemuan virtual pada hari ini. “Pesan bagi G-20 adalah perlunya memberikan bantuan saat ini,” katanya. (Baca juga: kasus Djoko Tjandra, Satu Lagi Pejabat Polri Dicopot)
Sejauh ini, kata Lowcock, negara kaya hanya mengamankan rakyat dan ekonominya sendiri. Mereka belum berpikir pandemi ini akan berdampak lebih luas dan lebih berbahaya.
Jutaan pekerja migran dipecat sehingga tidak bisa mengirim uang ke kampung halaman mereka, program vaksinasi anak tertunda, dan negara-negara yang dilanda konflik selama beberapa tahun terakhir tidak mampu menghadapi pandemi. Banyak perusahaan diberbagai belahan dunia juga terancam gulung tikar. Investasi pun tidak bisa dikucurkan karena banyak investor harus berpikir berulang kali untuk mengembangkan bisnis.
tulis komentar anda