Badai Freddy Tewaskan 225 Orang, Presiden Malawi Sebut Tragedi Nasional
Kamis, 16 Maret 2023 - 04:36 WIB
LILONGWE - Presiden Malawi Lazarus Chakwera mengatakan kehancuran yang disebabkan oleh badai tropis Freddy dan menewaskan 225 orang adalah tragedi nasional. Ia pun berjanji akan akan mengintensifkan operasi pencarian dan penyelamatan, saat menghadiri pemakaman beberapa korban.
Mengenakan sepatu bot karet dan jas hujan, Chakwera menghadiri upacara pemakaman 21 korban di sebuah sekolah dasar di kota Blantyre.
"Saya memohon lebih banyak bantuan dari mitra dan donor internasional. Ini adalah tragedi nasional yang telah mempengaruhi kita semua," katanya seperti dikutip dari BBC, Kamis (16/3/2023).
Dia pun menyatakan 14 hari berkabung nasional.
Badai Tropis Freddy menyebabkan orang-orang tersapu oleh amukan air, atau terkubur tanah longsor.
Pemerintah Malawi telah mendirikan 30 kamp darurat untuk sedikitnya 20.000 orang yang harus meninggalkan rumah mereka.
Blantyre, ibu kota perdagangan Malawi yang berbukit-bukit, terkena dampak terparah, dengan penduduk meninggal akibat tanah longsor dan rumah-rumah ambruk diterjang banjir.
"Bahkan petugas kesehatan kami membutuhkan bantuan," kata Menteri Kesehatan Malawi Khumbize Kandodo Chiponda kepada program Fokus pada BBC Afrika.
Menggambarkan situasinya sebagai "sangat rapuh", dia mengatakan bahwa lebih dari lima juta orang terkena dampak badai tersebut.
"Kami memiliki sejarah mendapatkan siklon, Sayangnya untuk Freddy, itu sama sekali berbeda, sama sekali tidak terduga," katanya.
"Kami masih menemukan mayat. Satu anak ditemukan, untungnya masih hidup," tambah Chiponda.
Badan penanggulangan bencana Malawi mengatakan bahwa 41 orang masih hilang, dan lebih dari 700 orang terluka saat badai melanda Blantyre, dan bagian lain Malawi selatan.
"Sahabat saya, saudara laki-laki, saudara perempuan dan ibunya pergi bersama tanah longsor dan jenazah mereka belum ditemukan. Ini sangat menghancurkan. Anda bahkan tidak bisa berduka," ujar warga Blantyre berusia 19 tahun Fadila Njolomole dikutip kantor berita AFP.
Runtuhnya jalan dan jembatan menghambat operasi penyelamatan, sementara helikopter kesulitan terbang karena hujan lebat dan angin kencang, meski kini sudah mereda.
Menteri Pertahanan Malawi sebelumnya mengatakan bahwa sebuah helikopter militer akan dikirim untuk menyelamatkan dua tentara yang menghabiskan Selasa malam di puncak pohon agar tidak hanyut oleh arus sungai yang kuat di bawah mereka.
Para prajurit sedang dalam misi untuk menyelamatkan korban banjir ketika perahu mereka terbalik, memaksa mereka untuk berenang sampai mencapai pohon.
Dua tentara lainnya dan seorang warga sipil berhasil berenang ke tempat yang aman, tetapi dua lainnya dilaporkan hilang, menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka telah tenggelam.
Di desa lain di daerah Mulanje, seorang pria pada hari Selasa mengirim pesan WhatsApp, mengatakan hujan lebat dan angin bertiup ke arah mereka dari dua daerah pegunungan.
"Kami tidak punya harapan, tidak ada tempat untuk pergi," katanya, seraya menambahkan bahwa perempuan, anak-anak, dan orang tua termasuk di antara mereka yang perlu dievakuasi.
Tidak jelas apakah tim penyelamat telah menghubungi mereka.
Badai Freddy telah membuang curah hujan setara dengan enam bulan dalam enam hari di Malawi dan negara tetangga Mozambik.
Sekitar 20 korban tewas telah dilaporkan di Mozambik.
Pejabat PBB Myrta Kaulard mengatakan kehancuran di Mozambik tidak seburuk yang dikhawatirkan karena pemerintahnya telah berinvestasi dalam langkah-langkah pertahanan banjir setelah dilanda badai tropis selama tiga tahun terakhir.
"Ini adalah demonstrasi besar tentang berapa banyak investasi besar yang diperlukan karena intensitas perubahan iklim di negara seperti Mozambik," katanya kepada program Newsday BBC.
Badai Freddy adalah satu dari hanya empat badai dalam sejarah yang melintasi seluruh Samudra Hindia dari barat laut Australia ke daratan Afrika. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, badai Freddy juga bisa menjadi siklon tropis terlama yang tercatat.
Pada hari Minggu badai melanda Mozambik sebagai topan - untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan - setelah menghantam negara pulau Madagaskar di Samudera Hindia, menyebabkan kerusakan parah.
Para ahli mengatakan perubahan iklim membuat badai tropis di seluruh dunia menjadi lebih basah, lebih berangin, dan lebih intens.
Badai juga melumpuhkan pasokan listrik di Malawi, dengan sebagian besar negara mengalami pemadaman listrik yang berkepanjangan.
Perusahaan listrik nasional mengatakan tidak dapat menjalankan pembangkit listrik tenaga airnya karena telah dipenuhi puing-puing.
Mengenakan sepatu bot karet dan jas hujan, Chakwera menghadiri upacara pemakaman 21 korban di sebuah sekolah dasar di kota Blantyre.
"Saya memohon lebih banyak bantuan dari mitra dan donor internasional. Ini adalah tragedi nasional yang telah mempengaruhi kita semua," katanya seperti dikutip dari BBC, Kamis (16/3/2023).
Dia pun menyatakan 14 hari berkabung nasional.
Badai Tropis Freddy menyebabkan orang-orang tersapu oleh amukan air, atau terkubur tanah longsor.
Pemerintah Malawi telah mendirikan 30 kamp darurat untuk sedikitnya 20.000 orang yang harus meninggalkan rumah mereka.
Blantyre, ibu kota perdagangan Malawi yang berbukit-bukit, terkena dampak terparah, dengan penduduk meninggal akibat tanah longsor dan rumah-rumah ambruk diterjang banjir.
"Bahkan petugas kesehatan kami membutuhkan bantuan," kata Menteri Kesehatan Malawi Khumbize Kandodo Chiponda kepada program Fokus pada BBC Afrika.
Menggambarkan situasinya sebagai "sangat rapuh", dia mengatakan bahwa lebih dari lima juta orang terkena dampak badai tersebut.
"Kami memiliki sejarah mendapatkan siklon, Sayangnya untuk Freddy, itu sama sekali berbeda, sama sekali tidak terduga," katanya.
"Kami masih menemukan mayat. Satu anak ditemukan, untungnya masih hidup," tambah Chiponda.
Badan penanggulangan bencana Malawi mengatakan bahwa 41 orang masih hilang, dan lebih dari 700 orang terluka saat badai melanda Blantyre, dan bagian lain Malawi selatan.
"Sahabat saya, saudara laki-laki, saudara perempuan dan ibunya pergi bersama tanah longsor dan jenazah mereka belum ditemukan. Ini sangat menghancurkan. Anda bahkan tidak bisa berduka," ujar warga Blantyre berusia 19 tahun Fadila Njolomole dikutip kantor berita AFP.
Runtuhnya jalan dan jembatan menghambat operasi penyelamatan, sementara helikopter kesulitan terbang karena hujan lebat dan angin kencang, meski kini sudah mereda.
Menteri Pertahanan Malawi sebelumnya mengatakan bahwa sebuah helikopter militer akan dikirim untuk menyelamatkan dua tentara yang menghabiskan Selasa malam di puncak pohon agar tidak hanyut oleh arus sungai yang kuat di bawah mereka.
Para prajurit sedang dalam misi untuk menyelamatkan korban banjir ketika perahu mereka terbalik, memaksa mereka untuk berenang sampai mencapai pohon.
Dua tentara lainnya dan seorang warga sipil berhasil berenang ke tempat yang aman, tetapi dua lainnya dilaporkan hilang, menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka telah tenggelam.
Di desa lain di daerah Mulanje, seorang pria pada hari Selasa mengirim pesan WhatsApp, mengatakan hujan lebat dan angin bertiup ke arah mereka dari dua daerah pegunungan.
"Kami tidak punya harapan, tidak ada tempat untuk pergi," katanya, seraya menambahkan bahwa perempuan, anak-anak, dan orang tua termasuk di antara mereka yang perlu dievakuasi.
Tidak jelas apakah tim penyelamat telah menghubungi mereka.
Badai Freddy telah membuang curah hujan setara dengan enam bulan dalam enam hari di Malawi dan negara tetangga Mozambik.
Sekitar 20 korban tewas telah dilaporkan di Mozambik.
Pejabat PBB Myrta Kaulard mengatakan kehancuran di Mozambik tidak seburuk yang dikhawatirkan karena pemerintahnya telah berinvestasi dalam langkah-langkah pertahanan banjir setelah dilanda badai tropis selama tiga tahun terakhir.
"Ini adalah demonstrasi besar tentang berapa banyak investasi besar yang diperlukan karena intensitas perubahan iklim di negara seperti Mozambik," katanya kepada program Newsday BBC.
Badai Freddy adalah satu dari hanya empat badai dalam sejarah yang melintasi seluruh Samudra Hindia dari barat laut Australia ke daratan Afrika. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, badai Freddy juga bisa menjadi siklon tropis terlama yang tercatat.
Pada hari Minggu badai melanda Mozambik sebagai topan - untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan - setelah menghantam negara pulau Madagaskar di Samudera Hindia, menyebabkan kerusakan parah.
Para ahli mengatakan perubahan iklim membuat badai tropis di seluruh dunia menjadi lebih basah, lebih berangin, dan lebih intens.
Badai juga melumpuhkan pasokan listrik di Malawi, dengan sebagian besar negara mengalami pemadaman listrik yang berkepanjangan.
Perusahaan listrik nasional mengatakan tidak dapat menjalankan pembangkit listrik tenaga airnya karena telah dipenuhi puing-puing.
(ian)
tulis komentar anda