Langkah China Damaikan Arab Saudi dan Iran Ubah Timur Tengah, AS Terpukul

Rabu, 15 Maret 2023 - 10:11 WIB
“Pertama, perlu dicatat bahwa Negara-negara Teluk bukanlah sekutu nilai bagi AS seperti halnya negara-negara Eropa, dan tidak berkewajiban secara moral untuk mengikuti tujuan Amerika,” ungkap Fomenko.

“Sebaliknya, mereka adalah monarki yang mementingkan diri sendiri dengan ideologi dan sistem nilai yang sangat berbeda (Islam Wahabi yang ketat) dan telah melihat AS sebagai pelindung dalam menjamin kepentingan ekonomi dan keamanan mereka (minyak untuk senjata). Ini bukan perkawinan, hanya bisnis,” papar dia.

Dia menjelaskan, “Harus dipahami bahwa dunia telah berubah dengan cara yang sekarang membuat negara-negara ini merasa bahwa dominasi AS yang tak tertandingi, yang merupakan tujuan kebijakan luar negerinya yang tegas, tidak lagi menjadi kepentingan terbaik mereka.”

“Mereka telah menemukan mitra baru yang lebih besar di Beijing yang tidak hanya dapat membeli lebih banyak minyak mereka, tetapi juga tidak memiliki doktrin kebijakan luar negeri yang didasarkan pada penginjilan ideologinya atau menciptakan perang di seluruh wilayah,” ujar dia.

Dengan demikian, ketika AS mengirimkan ultimatum ke Uni Emirat Arab bahwa mereka akan memblokir ekspor F-35 jika mereka tidak menjatuhkan Huawei dari jaringan 5G mereka, Abu Dhabi memberi tahu Washington ke mana harus pergi.

Fomenko menjelaskan, sementara pergeseran ini sudah berlangsung pada tahun 2022, peristiwa tahun lalu semakin memperburuknya ketika Negara-negara Teluk tiba-tiba mendapati AS menuntut agar mereka memihak dalam perang di Ukraina, yang tidak menjadi perhatian mereka, dan lebih buruk lagi, menuntut agar mereka mengkompromikan kepentingan ekonomi mereka sendiri agar sesuai dengan agenda sanksinya.

AS berselisih dengan OPEC, dan Arab Saudi secara terbuka menolak tuntutan Washington untuk meningkatkan produksi minyak.

Sementara itu, peristiwa tahun itu juga menguatkan Iran, yang tidak terpengaruh oleh tekanan AS, dan kembalinya Benjamin Netanyahu berkuasa di Israel memperburuk ketegangan Arab-Israel, merusak Persetujuan Abraham yang didukung AS, dan menghalangi kesediaan Arab Saudi untuk normalisasi dengan Israel.

Peristiwa ini pada akhirnya menciptakan ruang politik untuk rekonsiliasi diplomatik antara Arab Saudi dan Iran, yang didukung oleh China.

“Ini merupakan pukulan besar bagi kepentingan Amerika karena ini adalah kesepakatan besar Timur Tengah pertama yang ditengahi tanpa pengaruh Washington, dan kemudian melemahkan kebijakannya untuk menciptakan mesin perang abadi untuk melegitimasi jejaknya di wilayah tersebut dan pengaruhnya atas Negara-negara Arab,” ungkap Fomenko.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More