Mantan PM Pakistan Imran Khan Hindari Upaya Penangkapan
Senin, 06 Maret 2023 - 20:11 WIB
ISLAMABAD - Mantan Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan menghindari polisi ketika pihak berwenang berusaha menangkapnya dan membawanya ke pengadilan.
Politisi itu digulingkan dari jabatannya dalam mosi tidak percaya April lalu dan dituduh menjual hadiah-hadiah secara tidak sah dari pejabat asing selama masa pemerintahannya.
Pria berusia 70 tahun itu menggambarkan tuduhan itu tidak masuk akal dan bermotivasi politik.
Dia menyatakan pencopotannya dari kekuasaan sebenarnya adalah kudeta.
Pada Minggu (5/3/2023), polisi Islamabad memposting serangkaian tweet, mengumumkan mereka telah mengirim tim petugas untuk menangkap Khan di kediamannya di Lahore.
Para pejabat memberikan peringatan bahwa tindakan akan diambil terhadap siapa pun yang mencoba menghalangi jalannya persidangan.
Dalam pesan selanjutnya, pihak berwenang menyatakan pemimpin partai Pakistan Tehreek-i-Insaf (PTI) "menghindari" penangkapan.
Polisi telah "masuk ke kamar Imran tetapi dia tidak ada di sana," ungkap tweet itu.
Shibli Faraz, yang menjabat sebagai kepala staf Khan, dikutip mengatakan kepada para pejabat bahwa bosnya "tidak tersedia" pada saat itu, tetapi akan mematuhi prosedur hukum.
Polisi akhirnya membatalkan "operasi" mereka dan kembali ke ibukota Pakistan.
Kemudian pada hari itu, Khan berbicara kepada para pendukungnya, mengatakan dia menolak memenuhi tuntutan pihak berwenang karena dia mengkhawatirkan nyawanya di tengah dugaan ancaman pembunuhan.
Menurut mantan perdana menteri itu, terakhir kali dia hadir di pengadilan di Islamabad “tidak ada keamanan yang diberikan kepada saya.”
Khan selamat dari upaya pembunuhan pada November tahun lalu.
Politisi itu berada dalam beberapa kasus pengadilan, yang dia gambarkan sebagai balas dendam oleh lawan politiknya.
Pekan lalu, pengadilan antikorupsi mengeluarkan surat perintah penangkapan setelah Khan mengabaikan beberapa panggilan.
Sejak pemecatannya, dia telah memimpin kampanye protes besar-besaran, menuntut pemilu dipercepat di Pakistan.
Politisi itu digulingkan dari jabatannya dalam mosi tidak percaya April lalu dan dituduh menjual hadiah-hadiah secara tidak sah dari pejabat asing selama masa pemerintahannya.
Pria berusia 70 tahun itu menggambarkan tuduhan itu tidak masuk akal dan bermotivasi politik.
Dia menyatakan pencopotannya dari kekuasaan sebenarnya adalah kudeta.
Pada Minggu (5/3/2023), polisi Islamabad memposting serangkaian tweet, mengumumkan mereka telah mengirim tim petugas untuk menangkap Khan di kediamannya di Lahore.
Para pejabat memberikan peringatan bahwa tindakan akan diambil terhadap siapa pun yang mencoba menghalangi jalannya persidangan.
Dalam pesan selanjutnya, pihak berwenang menyatakan pemimpin partai Pakistan Tehreek-i-Insaf (PTI) "menghindari" penangkapan.
Polisi telah "masuk ke kamar Imran tetapi dia tidak ada di sana," ungkap tweet itu.
Shibli Faraz, yang menjabat sebagai kepala staf Khan, dikutip mengatakan kepada para pejabat bahwa bosnya "tidak tersedia" pada saat itu, tetapi akan mematuhi prosedur hukum.
Polisi akhirnya membatalkan "operasi" mereka dan kembali ke ibukota Pakistan.
Kemudian pada hari itu, Khan berbicara kepada para pendukungnya, mengatakan dia menolak memenuhi tuntutan pihak berwenang karena dia mengkhawatirkan nyawanya di tengah dugaan ancaman pembunuhan.
Menurut mantan perdana menteri itu, terakhir kali dia hadir di pengadilan di Islamabad “tidak ada keamanan yang diberikan kepada saya.”
Khan selamat dari upaya pembunuhan pada November tahun lalu.
Politisi itu berada dalam beberapa kasus pengadilan, yang dia gambarkan sebagai balas dendam oleh lawan politiknya.
Pekan lalu, pengadilan antikorupsi mengeluarkan surat perintah penangkapan setelah Khan mengabaikan beberapa panggilan.
Sejak pemecatannya, dia telah memimpin kampanye protes besar-besaran, menuntut pemilu dipercepat di Pakistan.
(sya)
tulis komentar anda